{"title":"回顾宗教对婚姻圣训的理解","authors":"Nurul Nurul, Mochamad Tholib Khoiril Waro","doi":"10.21043/riwayah.v8i1.14951","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Intellectual discourse on women especially on marriage in Islamic tradition are dominated by patriarchal perspective. Islamic Intellectual treasures such as hadith and its explanation, exegesis, books, scholar and their intellectual products showed us how ancient Arabic patriarchal pattern existed. On the other hand, modernity led civilization to the values of equity, equality, human right and democracy against inequity, inequality, monarchy and individual cult. Problems of inequity appeared much on women discourse in Islamic tradition. Thousands of hadiths were identified recorded by men in patriarchal culture. It made gender issues in Islamic tradition are still sensitive. This article tries to reconstruct the discourse in one of the popular hadiths in marriage in order to explore the possibility of studying the meaning of a more moderate hadith. By using Juynboll's common link, the author finds the hadith narrowed to one name, namely A'masy which is then categorized as a common link in this study. In addition to having implications for the emergence of certain names as common links, this study also reviews further implications regarding the relevance of broader studies in hadith studies; urgent efforts to be made in order to place hadith as a source of more contextual and moderate religious discourse.[Tinjauan Pemahaman Agama Terhadap Hadis Pernikahan. Wacana intelektual tentang perempuan khususnya perkawinan dalam tradisi Islam didominasi oleh perspektif patriarki. Kekayaan Intelektual Islam seperti hadits dan penjelasannya, tafsir, kitab-kitab, ulama dan produk intelektualnya menunjukkan kepada kita bagaimana pola patriarki Arab kuno ada. Di sisi lain, modernitas membawa peradaban pada nilai-nilai kesetaraan, kesetaraan, hak asasi manusia dan demokrasi melawan ketidakadilan, ketidaksetaraan, monarki dan kultus individu. Masalah ketidakadilan banyak muncul pada wacana perempuan dalam tradisi Islam. Ribuan hadis diidentifikasi dicatat oleh laki-laki dalam budaya patriarki. Hal itu membuat isu gender dalam tradisi Islam masih sensitif. Artikel ini mencoba merekonstruksi wacana dalam salah satu hadis populer dalam pernikahan guna menjajaki kemungkinan mengkaji makna hadis yang lebih moderat. Dengan menggunakan common link Juynboll, penulis menemukan hadits tersebut dipersempit menjadi satu nama, yaitu A'masy yang kemudian dikategorikan sebagai common link dalam penelitian ini. Selain berimplikasi pada munculnya nama-nama tertentu sebagai common link, kajian ini juga mengkaji implikasi lebih lanjut mengenai relevansi kajian yang lebih luas dalam kajian hadis; Upaya mendesak dilakukan untuk menempatkan hadis sebagai sumber wacana keagamaan yang lebih kontekstual dan moderat.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"REVIEWING RELIGIOUS UNDERSTANDING OF THE MARRIAGE HADITH\",\"authors\":\"Nurul Nurul, Mochamad Tholib Khoiril Waro\",\"doi\":\"10.21043/riwayah.v8i1.14951\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Intellectual discourse on women especially on marriage in Islamic tradition are dominated by patriarchal perspective. Islamic Intellectual treasures such as hadith and its explanation, exegesis, books, scholar and their intellectual products showed us how ancient Arabic patriarchal pattern existed. On the other hand, modernity led civilization to the values of equity, equality, human right and democracy against inequity, inequality, monarchy and individual cult. Problems of inequity appeared much on women discourse in Islamic tradition. Thousands of hadiths were identified recorded by men in patriarchal culture. It made gender issues in Islamic tradition are still sensitive. This article tries to reconstruct the discourse in one of the popular hadiths in marriage in order to explore the possibility of studying the meaning of a more moderate hadith. By using Juynboll's common link, the author finds the hadith narrowed to one name, namely A'masy which is then categorized as a common link in this study. In addition to having implications for the emergence of certain names as common links, this study also reviews further implications regarding the relevance of broader studies in hadith studies; urgent efforts to be made in order to place hadith as a source of more contextual and moderate religious discourse.[Tinjauan Pemahaman Agama Terhadap Hadis Pernikahan. Wacana intelektual tentang perempuan khususnya perkawinan dalam tradisi Islam didominasi oleh perspektif patriarki. Kekayaan Intelektual Islam seperti hadits dan penjelasannya, tafsir, kitab-kitab, ulama dan produk intelektualnya menunjukkan kepada kita bagaimana pola patriarki Arab kuno ada. Di sisi lain, modernitas membawa peradaban pada nilai-nilai kesetaraan, kesetaraan, hak asasi manusia dan demokrasi melawan ketidakadilan, ketidaksetaraan, monarki dan kultus individu. Masalah ketidakadilan banyak muncul pada wacana perempuan dalam tradisi Islam. Ribuan hadis diidentifikasi dicatat oleh laki-laki dalam budaya patriarki. Hal itu membuat isu gender dalam tradisi Islam masih sensitif. Artikel ini mencoba merekonstruksi wacana dalam salah satu hadis populer dalam pernikahan guna menjajaki kemungkinan mengkaji makna hadis yang lebih moderat. Dengan menggunakan common link Juynboll, penulis menemukan hadits tersebut dipersempit menjadi satu nama, yaitu A'masy yang kemudian dikategorikan sebagai common link dalam penelitian ini. Selain berimplikasi pada munculnya nama-nama tertentu sebagai common link, kajian ini juga mengkaji implikasi lebih lanjut mengenai relevansi kajian yang lebih luas dalam kajian hadis; Upaya mendesak dilakukan untuk menempatkan hadis sebagai sumber wacana keagamaan yang lebih kontekstual dan moderat.]\",\"PeriodicalId\":31822,\"journal\":{\"name\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-16\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Riwayah Jurnal Studi Hadis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21043/riwayah.v8i1.14951\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v8i1.14951","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
伊斯兰传统中关于女性尤其是婚姻的知识话语被父权观点所主导。伊斯兰教的知识宝藏,如圣训及其解释、训诂、书籍、学者及其知识成果,向我们展示了古代阿拉伯父权模式是如何存在的。另一方面,现代性将文明引向公平、平等、人权和民主的价值观,反对不平等、不平等、君主制和个人崇拜。在伊斯兰传统中,妇女话语中经常出现不平等的问题。在父权文化中,男性记录了成千上万的圣训。这使得性别问题在伊斯兰传统中仍然很敏感。本文试图重建一篇流行的婚姻圣训中的话语,以探索研究一篇更温和的圣训的意义的可能性。通过使用Juynboll的共同链接,作者发现圣训缩小到一个名字,即A'masy,然后在本研究中将其归类为共同链接。除了对某些名字作为共同联系的出现产生影响外,本研究还回顾了有关圣训研究中更广泛研究的相关性的进一步影响;迫切需要作出努力,使圣训成为更有背景和更温和的宗教话语的来源。[Tinjauan Pemahaman Agama Terhadap Hadis Pernikahan]。瓦卡纳的知识分子tentang perempuan khususnya perkawinan dalam tradisi Islam didominis oleh perspetif patriki。Kekayaan知识分子伊斯兰教的分离是它的dan penjelasannya, tafsir, kitab-kitab, ulama dan产品知识分子menunjukkan kepaada kita bagaimana pola patriarki Arab kuno ada。Di sisi lain, modernnias membawa peradaban pada nilai-nilai kesetaraan, kesetaraan, hak asasi manusia dan demokrasi melawan ketidakadilan, ketidaksetaraan, monarki dan kultus个人。Masalah ketidakadilan banyak muncul pada wacana perempuan dalam tradisi Islam。Ribuan hadis的diidentifikasi dicatatoleh laki-laki dalam budaya patriarki。哈尔图成员对性别问题的看法是敏感的。阿蒂克尔尼mencoba merekonstruksi wacana dalam salah satu hais populis dalam pernikahan guna menjajaki kemungkinan mengkaji makna hais yang lebih moderh。邓安menggunakan共同链接Juynboll, penulis menemukan haits tersebut dipersempemjadi satu nama, yitu 'masy yang kemudian dikategorikan sebagai共同链接dalam penelitian ini。Selain berimplikasi pada munculnya nama-nama tertentu sebagai common link, kajian ini juga mengkaji implikasi lebih lanjut mengenai relevansi kajian yang lebih luas dalam kajian hais;[Upaya mendesak dilakukan untuk menempatkan hais sebagai sumana keagamaan yang lebih kontekstual dan moderat]
REVIEWING RELIGIOUS UNDERSTANDING OF THE MARRIAGE HADITH
Intellectual discourse on women especially on marriage in Islamic tradition are dominated by patriarchal perspective. Islamic Intellectual treasures such as hadith and its explanation, exegesis, books, scholar and their intellectual products showed us how ancient Arabic patriarchal pattern existed. On the other hand, modernity led civilization to the values of equity, equality, human right and democracy against inequity, inequality, monarchy and individual cult. Problems of inequity appeared much on women discourse in Islamic tradition. Thousands of hadiths were identified recorded by men in patriarchal culture. It made gender issues in Islamic tradition are still sensitive. This article tries to reconstruct the discourse in one of the popular hadiths in marriage in order to explore the possibility of studying the meaning of a more moderate hadith. By using Juynboll's common link, the author finds the hadith narrowed to one name, namely A'masy which is then categorized as a common link in this study. In addition to having implications for the emergence of certain names as common links, this study also reviews further implications regarding the relevance of broader studies in hadith studies; urgent efforts to be made in order to place hadith as a source of more contextual and moderate religious discourse.[Tinjauan Pemahaman Agama Terhadap Hadis Pernikahan. Wacana intelektual tentang perempuan khususnya perkawinan dalam tradisi Islam didominasi oleh perspektif patriarki. Kekayaan Intelektual Islam seperti hadits dan penjelasannya, tafsir, kitab-kitab, ulama dan produk intelektualnya menunjukkan kepada kita bagaimana pola patriarki Arab kuno ada. Di sisi lain, modernitas membawa peradaban pada nilai-nilai kesetaraan, kesetaraan, hak asasi manusia dan demokrasi melawan ketidakadilan, ketidaksetaraan, monarki dan kultus individu. Masalah ketidakadilan banyak muncul pada wacana perempuan dalam tradisi Islam. Ribuan hadis diidentifikasi dicatat oleh laki-laki dalam budaya patriarki. Hal itu membuat isu gender dalam tradisi Islam masih sensitif. Artikel ini mencoba merekonstruksi wacana dalam salah satu hadis populer dalam pernikahan guna menjajaki kemungkinan mengkaji makna hadis yang lebih moderat. Dengan menggunakan common link Juynboll, penulis menemukan hadits tersebut dipersempit menjadi satu nama, yaitu A'masy yang kemudian dikategorikan sebagai common link dalam penelitian ini. Selain berimplikasi pada munculnya nama-nama tertentu sebagai common link, kajian ini juga mengkaji implikasi lebih lanjut mengenai relevansi kajian yang lebih luas dalam kajian hadis; Upaya mendesak dilakukan untuk menempatkan hadis sebagai sumber wacana keagamaan yang lebih kontekstual dan moderat.]