{"title":"EFISIENSI RELATIF USAHATANI SAYURAN BUNCIS DI DUSUN TELAGA KODOK DESA HITU KABUPATEN MALUKU TENGAH","authors":"N. R. Timisela","doi":"10.20884/1.agrin.2022.26.1.687","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sayuran buncis digunakan sebagai bahan makanan, karena rasanya enak, memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang cukup besar untuk dikembangkan. Rendahnya pengetahuan tentang efisiensi, produksi dan pengaruh penggunaan faktor produksi merupakan informasi penting yang perlu dikaji untuk pengembangan usahatani sayuran buncis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani buncis. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode sensus. Jumlah keseluruhan petani buncis sebanyak 33 responden. Analisis data penelitian menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu analisis orientasi input. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah DMU efisien yang mencapai skala efisiensi satu atau 100 persen sebanyak 10 responden atau 30 persen. Sisanya sebesar 23 responden atau 70 persen merupakan DMU yang tidak mencapai skala efisiensi 100 persen sebagai DMU inefisiensi. Skala efisiensi relatif terendah sebesar 4,1 persen dan skala tertinggi sebesar 67,9 persen. DMU yang tidak efisien dalam penggunaan input dikarenakan sebagian petani belum mengoptimalkan penggunaan input dengan baik dan atau berlebihan. Petani yang menggunakan input belum efisien artinya petani masih berkesempatan untuk meningkatkan jumlah input agar menghasilkan produksi optimal. DMU efisien beroperasi pada skala CRS yang merupakan suatu kondisi proporsi alokasi penambahan input produksi sama dengan penambahan output, yaitu sebanyak 10 responden atau 30 persen. Artinya jika DMU tersebut menambah alokasi input akan proporsional dengan output yang terima. Kondisi skala efisiensi CRS ini didapat dari hasil perhitungan nilai efisiensi relatif dengan asumsi CRS sama dengan asumsi VRS dengan skala efisiensi sebesar 1,00. Sisanya yaitu 23 DMU inefisien beroperasi pada kondisi IRS dan DRS.Kata kunci: CRS, DMU, DEA, efisiensi, VRS","PeriodicalId":31902,"journal":{"name":"Agrin Jurnal Penelitian Pertanian","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Agrin Jurnal Penelitian Pertanian","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20884/1.agrin.2022.26.1.687","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
EFISIENSI RELATIF USAHATANI SAYURAN BUNCIS DI DUSUN TELAGA KODOK DESA HITU KABUPATEN MALUKU TENGAH
Sayuran buncis digunakan sebagai bahan makanan, karena rasanya enak, memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang cukup besar untuk dikembangkan. Rendahnya pengetahuan tentang efisiensi, produksi dan pengaruh penggunaan faktor produksi merupakan informasi penting yang perlu dikaji untuk pengembangan usahatani sayuran buncis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani buncis. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode sensus. Jumlah keseluruhan petani buncis sebanyak 33 responden. Analisis data penelitian menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu analisis orientasi input. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah DMU efisien yang mencapai skala efisiensi satu atau 100 persen sebanyak 10 responden atau 30 persen. Sisanya sebesar 23 responden atau 70 persen merupakan DMU yang tidak mencapai skala efisiensi 100 persen sebagai DMU inefisiensi. Skala efisiensi relatif terendah sebesar 4,1 persen dan skala tertinggi sebesar 67,9 persen. DMU yang tidak efisien dalam penggunaan input dikarenakan sebagian petani belum mengoptimalkan penggunaan input dengan baik dan atau berlebihan. Petani yang menggunakan input belum efisien artinya petani masih berkesempatan untuk meningkatkan jumlah input agar menghasilkan produksi optimal. DMU efisien beroperasi pada skala CRS yang merupakan suatu kondisi proporsi alokasi penambahan input produksi sama dengan penambahan output, yaitu sebanyak 10 responden atau 30 persen. Artinya jika DMU tersebut menambah alokasi input akan proporsional dengan output yang terima. Kondisi skala efisiensi CRS ini didapat dari hasil perhitungan nilai efisiensi relatif dengan asumsi CRS sama dengan asumsi VRS dengan skala efisiensi sebesar 1,00. Sisanya yaitu 23 DMU inefisien beroperasi pada kondisi IRS dan DRS.Kata kunci: CRS, DMU, DEA, efisiensi, VRS