{"title":"TITIK TEMU SUFISME DAN PSIKOLOGI; KAJIAN ATAS QS. AL-FAJR: 27-30","authors":"Muhsin","doi":"10.19105/revelatia.v2i1.4489","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The problem that this paper would like to answer is whether there are similarities between sufism and psychology in the discussion of soul. So far, sufism is known on the purification of the soul as its material object. To examine the soul, I observe the interpretation of Q.S al-Fajr verses 27-30. The method used is the tahlili method. This means to know how Islam understands the soul then to relate it with the explanation of soul according to psychology. Based on the results of this study, I reveal that there is a meeting point between sufism and psychology. Referring to the poems of Ibn Athailah al-Iskandari, I see similarities between him and secular psychologists such as Aristotle and Plato. I also conclude that considering the soul as their common object material. (Permasalahan yang akan dijawab dalam tulisan ini yaitu apakah terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi dalam pembahasan kejiwaan. Selama ini sufisme yang dikenal dengan penyucian diri menjadikan jiwa sebagai obyek materialnya. Untuk mengkaji jiwa, penulis melihat penafsiran Q.S al-Fajr ayat 27 – 30 dengan metode tahlili. Ini dimaksudkan untuk melihat pemahaman Islam terhadap jiwa kemudian mengaitkannya dengan penjabaran dari jiwa menurut ilmu psikologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat titik pertemuan antara sufisme dan psikologi. Mengacu kepada Syair-Syair Ibn Athailah al-Iskandari, misalnya, penulis melihat ada persamaan dengan para psikolog umum seperti Aristoteles dan Plato. Dengan demikian, terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi karena sama-sama menjelaskan tentang jiwa).","PeriodicalId":21155,"journal":{"name":"REVELATIA: Jurnal Ilmu al-Qur`an dan Tafsir","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"REVELATIA: Jurnal Ilmu al-Qur`an dan Tafsir","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19105/revelatia.v2i1.4489","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本文想要回答的问题是,在灵魂的讨论中,苏菲主义和心理学之间是否有相似之处。到目前为止,苏菲主义以灵魂的净化为其物质对象而闻名。为了检验灵魂,我观察了Q.S al-Fajr第27-30节的解释。所使用的方法是tahlili法。这意味着要了解伊斯兰教是如何理解灵魂的,然后将其与心理学对灵魂的解释联系起来。根据本研究的结果,我揭示了苏菲主义与心理学之间存在一个交汇点。提到伊本·阿赛拉·伊斯坎达里的诗歌,我发现他与亚里士多德、柏拉图等世俗心理学家有相似之处。我也得出结论,考虑到灵魂是它们共同的客体材料。“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”Selama ini sufisme yang dikenal dengan penucian didii menjadikan jiwa sebagai obyek材料。[6]李文杰,李文杰,李文杰,等。中国科学院学报,27 - 30 .]我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat titik perteman an sufisme和心理学。依斯坎达里,misalnya, penulis melihat, ada persamaan, dengan para心理学,将亚里士多德和柏拉图分开。邓甘·德米克,心理学家,心理学家,心理学家,心理学家,心理学家。
TITIK TEMU SUFISME DAN PSIKOLOGI; KAJIAN ATAS QS. AL-FAJR: 27-30
The problem that this paper would like to answer is whether there are similarities between sufism and psychology in the discussion of soul. So far, sufism is known on the purification of the soul as its material object. To examine the soul, I observe the interpretation of Q.S al-Fajr verses 27-30. The method used is the tahlili method. This means to know how Islam understands the soul then to relate it with the explanation of soul according to psychology. Based on the results of this study, I reveal that there is a meeting point between sufism and psychology. Referring to the poems of Ibn Athailah al-Iskandari, I see similarities between him and secular psychologists such as Aristotle and Plato. I also conclude that considering the soul as their common object material. (Permasalahan yang akan dijawab dalam tulisan ini yaitu apakah terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi dalam pembahasan kejiwaan. Selama ini sufisme yang dikenal dengan penyucian diri menjadikan jiwa sebagai obyek materialnya. Untuk mengkaji jiwa, penulis melihat penafsiran Q.S al-Fajr ayat 27 – 30 dengan metode tahlili. Ini dimaksudkan untuk melihat pemahaman Islam terhadap jiwa kemudian mengaitkannya dengan penjabaran dari jiwa menurut ilmu psikologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat titik pertemuan antara sufisme dan psikologi. Mengacu kepada Syair-Syair Ibn Athailah al-Iskandari, misalnya, penulis melihat ada persamaan dengan para psikolog umum seperti Aristoteles dan Plato. Dengan demikian, terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi karena sama-sama menjelaskan tentang jiwa).