{"title":"Akuisisi dan Polemik Filsafat dalam Islam","authors":"S. Sunaryo","doi":"10.51353/jpb.v1i1.500","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Melalui artikel ini penulis menjelaskan bagaimana filsafat Yunani masuk ke dalam dunia muslim, bagaimana ia diserap, dikembangkan dan didiskusikan. Dari cara sarjana muslim merespon peradaban luar atau asing saat itu kita bisa melihat sebuah watak agama yang sangat terbuka dan sekaligus juga kritis. Meski dalam topik-topik tertentu mereka tidak satu pendapat, tetapi secara umum tradisi yang dikembangkan adalah sebuah sikap kritis yang cukup ilmiah. Suasana ini membentuk lingkungan keilmuan yang positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dalam dunia muslim. Polemik antar-para teolog dan filsuf soal filsafat pada masa itu bisa kita pahami sebagai ekspresi keragaman pendapat yang membuat Islam semakin kaya dalam pemikiran. Keragaman ini menjadi penting ketika kita bicara tentang sikap Islam terhadap filsafat dan filsuf. Ketidaksetujuan terhadap filsafat hanya salah satu bagian pandangan cendekiawan muslim, sebagaimana dilakukan oleh al-Ghazālī, karena cendikiawan muslim yang lain justru menganggap itu sebagai sesuatu yang mandūb (dianjurkan) sebagaimana dinyatakan oleh Ibn Rusyd.","PeriodicalId":34326,"journal":{"name":"Nalar Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-08-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Nalar Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51353/jpb.v1i1.500","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Melalui artikel ini penulis menjelaskan bagaimana filsafat Yunani masuk ke dalam dunia muslim, bagaimana ia diserap, dikembangkan dan didiskusikan. Dari cara sarjana muslim merespon peradaban luar atau asing saat itu kita bisa melihat sebuah watak agama yang sangat terbuka dan sekaligus juga kritis. Meski dalam topik-topik tertentu mereka tidak satu pendapat, tetapi secara umum tradisi yang dikembangkan adalah sebuah sikap kritis yang cukup ilmiah. Suasana ini membentuk lingkungan keilmuan yang positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dalam dunia muslim. Polemik antar-para teolog dan filsuf soal filsafat pada masa itu bisa kita pahami sebagai ekspresi keragaman pendapat yang membuat Islam semakin kaya dalam pemikiran. Keragaman ini menjadi penting ketika kita bicara tentang sikap Islam terhadap filsafat dan filsuf. Ketidaksetujuan terhadap filsafat hanya salah satu bagian pandangan cendekiawan muslim, sebagaimana dilakukan oleh al-Ghazālī, karena cendikiawan muslim yang lain justru menganggap itu sebagai sesuatu yang mandūb (dianjurkan) sebagaimana dinyatakan oleh Ibn Rusyd.