Kebijakan Perlindungan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia

Christa Gumanti Manik, Sri Mardikani Nugraha, Maya Ryandita
{"title":"Kebijakan Perlindungan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia","authors":"Christa Gumanti Manik, Sri Mardikani Nugraha, Maya Ryandita","doi":"10.22435/JPPPK.V4I2.3274","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak \nTenaga kesehatan (nakes) dalam penanganan pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) menghadapi berbagai isu, seperti kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), kelelahan fisik, tekanan psikososial karena stigmatisasi dan diskriminasi. Mengingat pentingnya peran nakes dalam sistem kesehatan, khususnya terkait penanganan COVID-19, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan perlindungan nakes pada saat pandemi COVID-19, dengan menelaah regulasi, jurnal terkait, media (elektronik) nasional dan internasional, serta data nakes yang menangani, terinfeksi, dan meninggal karena COVID-19. Segitiga kebijakan Waltz dan Gilson digunakan dalam menganalisis kebijakan. Kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat antara lain terkait dengan relaksasi kebijakan dalam memenuhi ketersediaan APD, insentif, penyediaan transportasi dan penginapan, telemedicine, kewajiban penggunaan masker, dan layanan psikososial berupa buku pedoman dan konseling online. Permasalahan yang ada terkait kebijakan tersebut seperti pengawasan kualitas APD donasi masih berada di level rumah sakit, insentif finansial untuk nakes hanya sampai tiga bulan, telemedicine menuai pro dan kontra dalam penegakan diagnosis penyakit, dan layanan psikososial berupa konseling online dan buku pedoman masih bersifat umum. Pemerintah perlu mengawasi ketersediaan APD yang berkualitas. Diperlukan insentif finansial yang berkelanjutan sampai wabah berakhir dan insentif non-finansial seperti memberlakukan paid sick leave, mengatur jumlah jam kerja yang tepat, serta menyediakan layanan psikososial yang ditujukan khusus untuk nakes dan meningkatkan penyebaran informasi layanan psikososial tersebut. Diperlukan pelatihan berkelanjutan dalam merespon wabah dan kerjasama multisektoral dalam pengembangan layanan kesehatan berbasis teknologi. Pemerintah perlu menghimpun data nasional nakes yang terinfeksi maupun meninggal. Pemakaian masker dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi budaya dikalangan masyarakat. \nKata kunci : Kebijakan, Tenaga Kesehatan (Nakes), Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) \nAbstract \nHealth workers battling Coronavirus Disease (COVID-19) outbreak face various issues, such as lack of Personal Protective Equipment (PPE), physical fatigue, and psychosocial pressures. Considering the health workers’ significant role in the health system, this paper aims to analyse Indonesian government’s policies related to the protection of health workers during the COVID-19 outbreak, by examining regulations, related journals, national and international (electronic) media, and related data on health workers contracting the disease. Waltz and Gilson’s policy triangle was used for the policies analysis. Government’s policies related to the protection of health workers involve easing policies to meet PPE demands, providing financial incentives, providing online psychosocial services, transportation, and hotel, using telemedicine, and wearing masks in public spaces. Issues related to the policies include lack of quality monitoring for donated PPE, the financial incentives for health workers which are only for three months, and the use of telemedicine which is still debatable. We suggest that government needs to monitor the availability of high-quality PPE, arrange appropriate working hours for health workers, provides the financial incentives at least until the outbreak ends, as well as provides non-financial incentives, such as paid sick leave and psychosocial services specialy intended for health workers. Multisectoral cooperation to develop technology-based health services and continued training for health workers in responding the outbreak are needed. Government needs to collect and publish data on health worker infection rates and deaths nationally. It is also important to keep promoting the use of masks and good hygiene practices in the society. Keywords: Policy, Health Workers, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"81 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V4I2.3274","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3

Abstract

Abstrak Tenaga kesehatan (nakes) dalam penanganan pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) menghadapi berbagai isu, seperti kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), kelelahan fisik, tekanan psikososial karena stigmatisasi dan diskriminasi. Mengingat pentingnya peran nakes dalam sistem kesehatan, khususnya terkait penanganan COVID-19, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan perlindungan nakes pada saat pandemi COVID-19, dengan menelaah regulasi, jurnal terkait, media (elektronik) nasional dan internasional, serta data nakes yang menangani, terinfeksi, dan meninggal karena COVID-19. Segitiga kebijakan Waltz dan Gilson digunakan dalam menganalisis kebijakan. Kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat antara lain terkait dengan relaksasi kebijakan dalam memenuhi ketersediaan APD, insentif, penyediaan transportasi dan penginapan, telemedicine, kewajiban penggunaan masker, dan layanan psikososial berupa buku pedoman dan konseling online. Permasalahan yang ada terkait kebijakan tersebut seperti pengawasan kualitas APD donasi masih berada di level rumah sakit, insentif finansial untuk nakes hanya sampai tiga bulan, telemedicine menuai pro dan kontra dalam penegakan diagnosis penyakit, dan layanan psikososial berupa konseling online dan buku pedoman masih bersifat umum. Pemerintah perlu mengawasi ketersediaan APD yang berkualitas. Diperlukan insentif finansial yang berkelanjutan sampai wabah berakhir dan insentif non-finansial seperti memberlakukan paid sick leave, mengatur jumlah jam kerja yang tepat, serta menyediakan layanan psikososial yang ditujukan khusus untuk nakes dan meningkatkan penyebaran informasi layanan psikososial tersebut. Diperlukan pelatihan berkelanjutan dalam merespon wabah dan kerjasama multisektoral dalam pengembangan layanan kesehatan berbasis teknologi. Pemerintah perlu menghimpun data nasional nakes yang terinfeksi maupun meninggal. Pemakaian masker dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi budaya dikalangan masyarakat. Kata kunci : Kebijakan, Tenaga Kesehatan (Nakes), Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Abstract Health workers battling Coronavirus Disease (COVID-19) outbreak face various issues, such as lack of Personal Protective Equipment (PPE), physical fatigue, and psychosocial pressures. Considering the health workers’ significant role in the health system, this paper aims to analyse Indonesian government’s policies related to the protection of health workers during the COVID-19 outbreak, by examining regulations, related journals, national and international (electronic) media, and related data on health workers contracting the disease. Waltz and Gilson’s policy triangle was used for the policies analysis. Government’s policies related to the protection of health workers involve easing policies to meet PPE demands, providing financial incentives, providing online psychosocial services, transportation, and hotel, using telemedicine, and wearing masks in public spaces. Issues related to the policies include lack of quality monitoring for donated PPE, the financial incentives for health workers which are only for three months, and the use of telemedicine which is still debatable. We suggest that government needs to monitor the availability of high-quality PPE, arrange appropriate working hours for health workers, provides the financial incentives at least until the outbreak ends, as well as provides non-financial incentives, such as paid sick leave and psychosocial services specialy intended for health workers. Multisectoral cooperation to develop technology-based health services and continued training for health workers in responding the outbreak are needed. Government needs to collect and publish data on health worker infection rates and deaths nationally. It is also important to keep promoting the use of masks and good hygiene practices in the society. Keywords: Policy, Health Workers, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
印度尼西亚的Coronavirus (COVID-19)面临的卫生保健政策
卫生保健专业人员(nees)在Coronavirus大流行(COVID-19)的治疗中面临许多问题,如缺乏自我保护(APD)、身体疲劳、歧视和歧视的精神社会压力等。鉴于nakes在卫生系统中的作用,特别是在COVID-19的处理方面的重要性,本文的目的是分析COVID-19大流行期间的nakes保护政策,研究国家和国际媒体,以及处理、感染和死亡的nakes数据。华尔兹和吉尔森的三角形政策被用于分析政策。中央政府制定的政策包括在满足APD的可用性、激励、交通和住宿提供、遥定性、口罩使用义务以及在线心理社会服务方面的宽松政策。与此相关的政策问题,如APD捐款的质量控制仍在医院的层面,nakes的经济激励只有三个月,遥测正在获得支持和反对诊断,以及在线咨询和手册的心理社会服务。政府需要监督APD的可行性。它需要持续的金融激励,直到疫情结束,像实施病假、管理适当的工作时间、为nakes提供专门为nakes提供的心理社会服务以及促进心理社会服务信息的传播等非金融激励。这需要持续的培训,以应对疫情,并在以技术为基础的卫生保健发展方面共同努力。政府需要收集全国感染和死亡的病例数据。戴上口罩和清洁、健康的生活方式必须成为社区的一种文化。关键词:政策、卫生保健、Coronavirus Disease 2019 (covid考虑到卫生系统中对健康工作人员有严重影响的原因,这篇分析印尼政府政策与健康工作人员的保护有关华尔兹和吉尔森的政策三角形用于警察分析。政府的政策与保护健康工作人员的政策有关,这些政策包括满足个人需求、提供金融保障、提供在线精神社会服务、运输和酒店、使用电话记录和公共空间的蒙面。警方对提供PPE的高质量监控有何影响?这是三个月来唯一健康工作者的资金奖励,而这种对策的使用仍然是不可避免的。我们建议政府应该监控PPE的高质量、预算工作时间对健康工作人员、至少在打击非金融机构的情况下,以及对病假和精神社会服务的具体需求。多部门合作开发基于技术的健康服务和不断培训的健康工作的外部需求。政府需要收集和公布卫生工作人员感染和死亡国家的数据。这也是重要的,继续促进在社会中使用马术和良好的卫生实践。重点词:政策、卫生工作人员、冠状动脉病毒2019 (COVID-19)
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Status Vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) dan Angka Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak di Indonesia Kepuasan Orangtua Pasien Terhadap Pelayanan di Bangsal Anak Sebagai Salah Satu Indikator Keberhasilan Pelayanan RSUP Sanglah di Denpasar Faktor Risiko COVID-19 sebagai Dasar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masyarakat di Provinsi DI Yogyakarta Evaluasi Faktor-faktor Pengelolaan Vaksin di Puskesmas dan Praktek Mandiri Bidan di Kabupaten Lampung Timur
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1