Made Ayu Lely Suratri, Telly Purnamasari Agus, T. A. Jovina
{"title":"Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masyarakat di Provinsi DI Yogyakarta","authors":"Made Ayu Lely Suratri, Telly Purnamasari Agus, T. A. Jovina","doi":"10.22435/jpppk.v5i2.5676","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Status Kesehatan Gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum mendapat prioritas tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi karies gigi mencapai 88,80% dan prevalensi periodontitis 74,10%. Provinsi DIY termasuk provinsi yang mempunyai proporsi yang bermasalah dengan gigi dan mulut nya di atas angka Nasional (65,60%) dan yang mendapatkan perawatan oleh tenaga medis gigi 16,40%. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui gambaran status kesehatan gigi dan mulut di Provinsi DIY. Metode penelitian non intervensi dengan desain potong lintang (cross-sectional). Pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut dilakukan di 5 kabupaten kota Provinsi DIY melalui Riskesdas 2018, dengan sampel penelitian adalah semua anggota rumah tangga di rumah tangga terpilih berusia ≥ 3 tahun ke atas. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, dan pemeriksaan gigi dan mulut dengan menggunakan formulir dan alat sesuai dengan standar WHO. Hasil penelitian diketahui jumlah responden usia ≥ 3 tahun, sebanyak 10.897 orang terdiri dari responden laki laki 49,34 % dan perempuan 50,66%. Kabupaten Gunung Kidul yang bermasalah paling tinggi dengan gigi rusak/berlubang/sakit, dan yang bermasalah paling tinggi dengan kesehatan mulut dengan gusi bengkak dan/atau keluar bisul (abses) yaitu Kota Yogyakarta. Mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dengan cara pengobatan/minum obat (35,43%), kemudian diikuti dengan konseling perawatan kebersihan dan kesehatan gigi & mulut (14,00%), pencabutan gigi (8,63%), dan penumpatan/penambalan gigi (6,41%). Proporsi responden yang menyikat gigi setiap hari sebesar 65,59% dan waktu menyikat gigi yang benar sebesar 16,41%. Kesimpulan, proporsi tertinggi responden yang bermasalah dengan gigi rusak, berlubang ataupun sakit adalah kelompok usia 5-9 tahun, sedangkan proporsi terendah kelompok usia 3-4 tahun. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kesehatan gigi dan mulut dengan pengobatan/minum obat yang tertinggi di Kota Yogyakarta. Kabupaten Gunung Kidul yang bermasalah dengan gigi dan mulut tertinggi, sedangkan Kabupaten Bantul yang menerima perawatan paling tinggi oleh tenaga medis gigi. Kata kunci: gambaran, status kesehatan gigi dan mulut, provinsi DIY","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v5i2.5676","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Abstrak Status Kesehatan Gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum mendapat prioritas tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi karies gigi mencapai 88,80% dan prevalensi periodontitis 74,10%. Provinsi DIY termasuk provinsi yang mempunyai proporsi yang bermasalah dengan gigi dan mulut nya di atas angka Nasional (65,60%) dan yang mendapatkan perawatan oleh tenaga medis gigi 16,40%. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui gambaran status kesehatan gigi dan mulut di Provinsi DIY. Metode penelitian non intervensi dengan desain potong lintang (cross-sectional). Pengumpulan data kesehatan gigi dan mulut dilakukan di 5 kabupaten kota Provinsi DIY melalui Riskesdas 2018, dengan sampel penelitian adalah semua anggota rumah tangga di rumah tangga terpilih berusia ≥ 3 tahun ke atas. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, dan pemeriksaan gigi dan mulut dengan menggunakan formulir dan alat sesuai dengan standar WHO. Hasil penelitian diketahui jumlah responden usia ≥ 3 tahun, sebanyak 10.897 orang terdiri dari responden laki laki 49,34 % dan perempuan 50,66%. Kabupaten Gunung Kidul yang bermasalah paling tinggi dengan gigi rusak/berlubang/sakit, dan yang bermasalah paling tinggi dengan kesehatan mulut dengan gusi bengkak dan/atau keluar bisul (abses) yaitu Kota Yogyakarta. Mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dengan cara pengobatan/minum obat (35,43%), kemudian diikuti dengan konseling perawatan kebersihan dan kesehatan gigi & mulut (14,00%), pencabutan gigi (8,63%), dan penumpatan/penambalan gigi (6,41%). Proporsi responden yang menyikat gigi setiap hari sebesar 65,59% dan waktu menyikat gigi yang benar sebesar 16,41%. Kesimpulan, proporsi tertinggi responden yang bermasalah dengan gigi rusak, berlubang ataupun sakit adalah kelompok usia 5-9 tahun, sedangkan proporsi terendah kelompok usia 3-4 tahun. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kesehatan gigi dan mulut dengan pengobatan/minum obat yang tertinggi di Kota Yogyakarta. Kabupaten Gunung Kidul yang bermasalah dengan gigi dan mulut tertinggi, sedangkan Kabupaten Bantul yang menerima perawatan paling tinggi oleh tenaga medis gigi. Kata kunci: gambaran, status kesehatan gigi dan mulut, provinsi DIY