{"title":"PENERAPAN MATERIAL LANTAI BERPENGARUH TERHADAP KALOR RUANG GEREJA KATOLIK DI PURBALINGGA","authors":"Yohanes Wahyu Dwi Yudono, Reni Sulistyawati","doi":"10.53810/jt.v21i2.374","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACT The nature of heat moves from a higher temperature to a lower temperature. This phenomenon is the theme of observation in this paper. Meanwhile, there is a standard that is felt to provide a sense of comfort, namely with a temperature limit ranging from 21 0C with a humidity of 40% to 70%. Thus, it is appropriate for every building design to pay attention to the elements of the building elements related to the properties of the heat / heat conductivity.The floor is a building element that can be treated as an insulating or protective material against hot and cold outside air. In this case the floor can be seen according to the laws of physics as well as the roof and wall materials. For this reason, in this paper, we try to explore more deeply the floor applied to the Catholic church in Purbalingga in terms of its heat conduction aspect. From the analysis based on existing data on the Catholic church in Purbalingga, the findings of the heat transfer coefficient on the church floor are 5.747 kcal / M2.jam0C. meaning that the value of the heat transfer coefficient (K) of floor construction is greater than the requirements, namely 1.75 kcal / M2.jam0C, thus the floor construction applied to the church does not meet the requirements for the benefit of heat resistance capacity.Key words: floor construction, conductivity, convection, emission, floor material heat conductivity ABSTRAKSifat dasar kalor berpindah dari suhu benda yang lebih tinggi menuju suhu benda yang lebih rendah. Fenomena inilah yang menjadi tema pengamatan pada tulisan ini. Sementara ada suatu standart yang dirasa memberi rasa nyaman yaitu dengan batasan suhu berkisar antara 21 0C dengan kelembaban 40% hingga 70%. Dengan demikian, selayaknya dalam setiap perancangan bangunan harus memperhatikan elemen elemen bangunan yang berhubungan dengan sifat daya penghantaran panas/kalor tersebut. Lantai salah satu elemen bangunan yang dapat diperlakukan sebagai material isolasi atau pelindung terhadap panas dan dingin udara luar. Dalam hal ini lantai dapat dilihat menurut hukum hukum fisika seperti halnya pada material atap dan dinding. Untuk itu, dalam tulisan ini mencoba untuk mengupas lebih dalam mengenai lantai yang diterapkan pada gereja Katholik di Purbalingga yang ditinjau dari aspek hantaran kalornya. Dari hasil analisa yang mendasarkan pada data yang ada pada gereja Katholik di Purbalingga diperoleh temuan nilai koefisien perpindahan kalor lantai gereja sebesar 5,747 kcal/M2.jam0C. artinya nilai koefisien perpindahan kalor (K) konstruksi lantai lebih besar dari persyaratan yaitu 1,75 kcal/M2.jam0C, dengan demikian konstruksi lantai yang diterapkan pada gereja tidak memenuhi persyaratan bagi kepentingan kemampuan tahanan kalor.Kata-kata Kunci : konstruksi lantai, hantaran, konveksi, pancaran, daya hantar panas material lantai","PeriodicalId":119312,"journal":{"name":"Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-02-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.53810/jt.v21i2.374","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
ABSTRACT The nature of heat moves from a higher temperature to a lower temperature. This phenomenon is the theme of observation in this paper. Meanwhile, there is a standard that is felt to provide a sense of comfort, namely with a temperature limit ranging from 21 0C with a humidity of 40% to 70%. Thus, it is appropriate for every building design to pay attention to the elements of the building elements related to the properties of the heat / heat conductivity.The floor is a building element that can be treated as an insulating or protective material against hot and cold outside air. In this case the floor can be seen according to the laws of physics as well as the roof and wall materials. For this reason, in this paper, we try to explore more deeply the floor applied to the Catholic church in Purbalingga in terms of its heat conduction aspect. From the analysis based on existing data on the Catholic church in Purbalingga, the findings of the heat transfer coefficient on the church floor are 5.747 kcal / M2.jam0C. meaning that the value of the heat transfer coefficient (K) of floor construction is greater than the requirements, namely 1.75 kcal / M2.jam0C, thus the floor construction applied to the church does not meet the requirements for the benefit of heat resistance capacity.Key words: floor construction, conductivity, convection, emission, floor material heat conductivity ABSTRAKSifat dasar kalor berpindah dari suhu benda yang lebih tinggi menuju suhu benda yang lebih rendah. Fenomena inilah yang menjadi tema pengamatan pada tulisan ini. Sementara ada suatu standart yang dirasa memberi rasa nyaman yaitu dengan batasan suhu berkisar antara 21 0C dengan kelembaban 40% hingga 70%. Dengan demikian, selayaknya dalam setiap perancangan bangunan harus memperhatikan elemen elemen bangunan yang berhubungan dengan sifat daya penghantaran panas/kalor tersebut. Lantai salah satu elemen bangunan yang dapat diperlakukan sebagai material isolasi atau pelindung terhadap panas dan dingin udara luar. Dalam hal ini lantai dapat dilihat menurut hukum hukum fisika seperti halnya pada material atap dan dinding. Untuk itu, dalam tulisan ini mencoba untuk mengupas lebih dalam mengenai lantai yang diterapkan pada gereja Katholik di Purbalingga yang ditinjau dari aspek hantaran kalornya. Dari hasil analisa yang mendasarkan pada data yang ada pada gereja Katholik di Purbalingga diperoleh temuan nilai koefisien perpindahan kalor lantai gereja sebesar 5,747 kcal/M2.jam0C. artinya nilai koefisien perpindahan kalor (K) konstruksi lantai lebih besar dari persyaratan yaitu 1,75 kcal/M2.jam0C, dengan demikian konstruksi lantai yang diterapkan pada gereja tidak memenuhi persyaratan bagi kepentingan kemampuan tahanan kalor.Kata-kata Kunci : konstruksi lantai, hantaran, konveksi, pancaran, daya hantar panas material lantai
热的性质从较高的温度转移到较低的温度。这一现象是本文观察的主题。同时,有一个标准是为了提供舒适感,即温度限制在21℃,湿度为40%至70%。因此,对于每一个建筑设计来说,关注建筑元素中与热/导热性能相关的元素是合适的。地板是一种建筑构件,可以作为绝缘或保护材料,抵御外界的冷热空气。在这种情况下,可以根据物理定律看到地板以及屋顶和墙壁材料。因此,在本文中,我们试图从热传导方面更深入地探讨在Purbalingga天主教堂中使用的地板。通过对Purbalingga天主教教堂现有数据的分析,得出教堂地板传热系数为5.747 kcal / M2.jam0C。即楼板结构换热系数(K)值大于要求,即1.75 kcal / M2。jam0C,因此应用于教堂的地板结构不符合耐热能力效益的要求。关键词:地板施工,传导,对流,辐射,地板材料热conductivityÂ摘要:sifat dasar kalor berpindah dari suhu benda yang lebih tinggi menuju suhu benda yang lebih rendah。现象:阳门贾迪tema pengamatan patada tulisan ini。Sementara ada suatu标准yang diasa成员rasa nyaman yitu登干batasan suhu berkisar antara 21 0C登干kelembaban 40% hinga 70%。Dengan demikian, selayaknya dalam setiap perancangan bangunan harus成员perhatikan元素元素bangunan yang berhuhubungan Dengan sifat daya penghantaran panas/kalor tersebut。Lantai salah satu element bangunan yang dapat diperlakukan sebagai material isolasi atau pelindung terhadap panas dandingin udara luar。Dalam hal ini lantai dapat dililhat menurut hukum hukum fisika seperti halnya pada材料tap和dinding。不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语,不丹语。中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:57747 kcal/M2.jam0C。artinya nilai koefisien perpindahan kalor (K) konstruksi lantai lebih besar dari persyatatytu 1,75 kcal/M2。[3] [footnoteren] [footnoteren] [footnoteren] [footnoteren] [footnoteren] [footnoteren] [footnoteren]。]Kata-kata Kunci:Â konstruksi lantai, hantaran, konveksi, pancaran, daya hantar panas材料lantai