N. Rakhmawati, Dani Miarso, Baiq Diken Safitri, Muhamad Zakki Saefurrohim, Mustika Suci Susilastuti, Amanda Hesti Pratiwi, W. Warsono
{"title":"Kegiatan Skrining TBC pada Balita Stunting sebagai Upaya Percepatan Eliminasi Tahun 2028 di Kota Semarang","authors":"N. Rakhmawati, Dani Miarso, Baiq Diken Safitri, Muhamad Zakki Saefurrohim, Mustika Suci Susilastuti, Amanda Hesti Pratiwi, W. Warsono","doi":"10.26714/sjpkm.v3i1.12469","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kasus TBC anak di Kota Semarang hingga Januari 2023 terdapat 140 kasus (32,56%). Anak dengan kategori stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar TBC. Status gizi terutama stunting pada anak berhubungan dengan daya tahan tubuh. Gejala TBC pada anak stunting seperti anoreksia, muntah, batuk, demam, dan penurunan berat badan. Bahaya TBC pada balita stunting terlihat pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi, status gizi yang terganggu, dan potensi konsekuensi psikososial. Sangat penting untuk memprioritaskan kegiatan skrining TBC pada balita stunting, deteksi dini, dan pengobatan segera untuk mengurangi bahaya ini. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai Upaya Penemuan kasus TBC Anak, dan penemuan kasus ILTB untuk diberikan TPT. kegiatan dilakukan selama 4 hari yang dibagi 2 hari pemeriksaan dan 2 hari pembacaan TST (tuberculin skin test). Kegiatan dilakukan di aula kelurahan Mijen dengan sasaran anak dibawah 5 tahun yang berada di wilayah kerja puskesmas Mijen, Karangmalang, Ngaliyan, dan Purwoyoso. Kegiatan ini bermitra dengan IDI, IDAI, dan Udinus. Jumlah balita yang datang 149 balita, 16 balita tidak memiliki data antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) yang lengkap. Berdasarkan pengukuran antropometri terdapat 111 (74,5%) balita stunting, 32 (21,5%) balita diantaranya positif TBC, 28 (25,22%) balita TBC Klinis, dan 7 (6,3%) balita TBC Laten. Balita positif TBC segera dilakukan inisiasi pengobatan dan pemantauan kepatuhan, dukungan nutrisi dan pemantauan pertumbuhan, dukungan psikososial dan pemantauan perkembangan yang dilakukan secara komprehensif","PeriodicalId":286810,"journal":{"name":"SALUTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"SALUTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26714/sjpkm.v3i1.12469","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kasus TBC anak di Kota Semarang hingga Januari 2023 terdapat 140 kasus (32,56%). Anak dengan kategori stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar TBC. Status gizi terutama stunting pada anak berhubungan dengan daya tahan tubuh. Gejala TBC pada anak stunting seperti anoreksia, muntah, batuk, demam, dan penurunan berat badan. Bahaya TBC pada balita stunting terlihat pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi, status gizi yang terganggu, dan potensi konsekuensi psikososial. Sangat penting untuk memprioritaskan kegiatan skrining TBC pada balita stunting, deteksi dini, dan pengobatan segera untuk mengurangi bahaya ini. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai Upaya Penemuan kasus TBC Anak, dan penemuan kasus ILTB untuk diberikan TPT. kegiatan dilakukan selama 4 hari yang dibagi 2 hari pemeriksaan dan 2 hari pembacaan TST (tuberculin skin test). Kegiatan dilakukan di aula kelurahan Mijen dengan sasaran anak dibawah 5 tahun yang berada di wilayah kerja puskesmas Mijen, Karangmalang, Ngaliyan, dan Purwoyoso. Kegiatan ini bermitra dengan IDI, IDAI, dan Udinus. Jumlah balita yang datang 149 balita, 16 balita tidak memiliki data antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) yang lengkap. Berdasarkan pengukuran antropometri terdapat 111 (74,5%) balita stunting, 32 (21,5%) balita diantaranya positif TBC, 28 (25,22%) balita TBC Klinis, dan 7 (6,3%) balita TBC Laten. Balita positif TBC segera dilakukan inisiasi pengobatan dan pemantauan kepatuhan, dukungan nutrisi dan pemantauan pertumbuhan, dukungan psikososial dan pemantauan perkembangan yang dilakukan secara komprehensif