Brugia malayi dan Dirofilaria spp sebagai penyebab Filariasis pada hewan reservoir di daerah endemis di Kalimantan

Dicky Andiarsa, B. Hairani, Abdullah Fadilly
{"title":"Brugia malayi dan Dirofilaria spp sebagai penyebab Filariasis pada hewan reservoir di daerah endemis di Kalimantan","authors":"Dicky Andiarsa, B. Hairani, Abdullah Fadilly","doi":"10.22435/JHECDS.V4I1.367","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak. Penyakit limfatik filariasis dan dirofilariasis berpotensi zoonosis di Indonesia. Kurangnya data tentang dirofilariasis pada manusia dan hewan menjadi dasar alasan dilakukannya studi ini menggunakan metode studi observasional dengan desain potong lintang. Sebanyak 201 hewan reservoir digunakan pada penelitian ini, yaitu kucing rumah (Felis catus), lutung (Presbytis cristatus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing hutan (Felis silvestris) dan anjing (Canis familiaris) di dua daerah endemis filariasis, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Kabupaten Kotawaringin Barat (KOBAR), Kalimantan. Pengambilan darah hewan melalui vena dilakukan pada malam hari. Keberadaan mikrofilaria dalam darah dideteksi melalui preparat ulas darah tebal dan tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21%  dan 28,7% hewan reservoir di Kabupaten HSU dan KOBAR secara berurutan terinfeksi mikrofilaria. Hewan domestikasi yang terinfeksi mikrofilaria lebih banyak dibandingkan dengan hewan liar. Berdasarkan agen penyebabnya,  Dirofilaria spp. (20,89%) lebih dominan menginfeksi hewan reservoir, diikuti dengan Brugia malayi (2,48%). Infeksi campuran diperoleh dari 1,49% hewan reservoir. Hasil ini mengindikasikan bahwa hewan reservoir di kedua kabupaten tersebut berpotensi sebagai sumber penularan filariasis, sekaligus sebagai sumber agen zoonosis pada kasus dirofilariasis. Pemantauan secara rutin dan terintegrasi serta kolaborasi antar stake holder lintas program harus terus dilakukan untuk memutus mata rantai penularan filariasis dan menghambat terjadinya penularan zoonosis dari dirofilariasis.","PeriodicalId":345984,"journal":{"name":"Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/JHECDS.V4I1.367","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5

Abstract

Abstrak. Penyakit limfatik filariasis dan dirofilariasis berpotensi zoonosis di Indonesia. Kurangnya data tentang dirofilariasis pada manusia dan hewan menjadi dasar alasan dilakukannya studi ini menggunakan metode studi observasional dengan desain potong lintang. Sebanyak 201 hewan reservoir digunakan pada penelitian ini, yaitu kucing rumah (Felis catus), lutung (Presbytis cristatus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing hutan (Felis silvestris) dan anjing (Canis familiaris) di dua daerah endemis filariasis, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Kabupaten Kotawaringin Barat (KOBAR), Kalimantan. Pengambilan darah hewan melalui vena dilakukan pada malam hari. Keberadaan mikrofilaria dalam darah dideteksi melalui preparat ulas darah tebal dan tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21%  dan 28,7% hewan reservoir di Kabupaten HSU dan KOBAR secara berurutan terinfeksi mikrofilaria. Hewan domestikasi yang terinfeksi mikrofilaria lebih banyak dibandingkan dengan hewan liar. Berdasarkan agen penyebabnya,  Dirofilaria spp. (20,89%) lebih dominan menginfeksi hewan reservoir, diikuti dengan Brugia malayi (2,48%). Infeksi campuran diperoleh dari 1,49% hewan reservoir. Hasil ini mengindikasikan bahwa hewan reservoir di kedua kabupaten tersebut berpotensi sebagai sumber penularan filariasis, sekaligus sebagai sumber agen zoonosis pada kasus dirofilariasis. Pemantauan secara rutin dan terintegrasi serta kolaborasi antar stake holder lintas program harus terus dilakukan untuk memutus mata rantai penularan filariasis dan menghambat terjadinya penularan zoonosis dari dirofilariasis.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
抽象。印度尼西亚的淋巴瘤和消化疾病可能会导致黄疸。人类和动物之间缺乏相互作用的数据,为该研究采用经纬度切割的观察方法提供了基础。这项研究使用了多达201种不同种类的动物,如家猫(Felis catus)、叶猴(Presbytis cristatus)、长尾猴(Macaca fascicularis)、山猫(golis silvestsis)和狗(Canis familiaris)。动物通过静脉抽血是在夜间进行的。通过厚实的血液制剂检测血液中微纤维化的存在。研究结果显示,在许苏和科巴区,21%和287%的动物水库都被微生物性感染。与野生动物相比,受微生物感染的驯化动物要多得多。根据病因制剂,Dirofilaria spp(20.89%)比传染病更普遍,其次是Brugia malayi(2,48%)。混合感染来自1349%的动物水库。结果表明,这两个地区的动物水库都有可能作为filariasis传染的来源,同时也是dirofilariasis的zoonosis代理资源。必须继续进行常规的、整合和交叉索引之间的监控和合作,以切断filariasis感染链和阻止人孔感染的传播。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Hubungan Penerapan Etika Batuk pada Penderita TB Paru dengan Kejadian TB Paru pada Pasangan di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Distribusi spasial Covid-19 di DKI Jakarta, Indonesia (Januari 2021 - Oktober 2021) Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Pengaruh keberadaan fasilitas kesehatan terhadap penemuan kasus tuberkulosis di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2019 Hubungan ko-infeksi soil-transmitted helminths terhadap status gizi pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Puger
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1