{"title":"PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN MELALUI DETEKSI DINI KEHAMILAN RISIKO TINGGI DALAM MENCEGAH TERJADINYA STUNTING","authors":"Fitra Arsy Nur Cory’ah","doi":"10.32807/JPMS.V1I1.453","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Stunting merupakan retardasi pertumbuhan, ditandai dengan kekurangan gizi kronis, dikarenakan asupan yang tidak adekuat, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan linier pada anak balita. Berdasarkan standar baku WHO Child Growth Standart tahun 2010, dengan indikator pengukuran tinggi badan dibandingkan dengan umur (TB/U), atau panjang badan dibandingkan dengan umur (PB/U), dengan batasan nilai z-scorenya kurang dari -2 SD. Prevalensi panjang badan lahir pendek di Indonesia masih tinggi Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 30,8 %, paling tinggi lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara,sedangkan di Kabupaten Lombok Barat prevalensi stunting menunjukan 38,1%. Salah satu upaya dalam pencegahan stunting dapat dimulai dimasa kehamilan. Di Indonesia (2010) kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu 34 tahun 3 sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4%. Upaya pencegahan stunting yaitu melalui deteksi dini resiko tinggi kehamilan, dapat dimulai dari kader, merupakan orang terdekat dari ibu hamil maupun masyarakat.Jumlah kader di desa karang bayan yaitu 25 kader. Hasil Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat keseluruhan kader datang mengikuti kelas kader yaitu sebanyak 25 kader. Hasil evaluasi menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan kader tentang stunting kategori baik sebanyak 18 orang (72%), sedangkan dari hasil pemahaman akan deteksidini resiko tinggi yaitu dalam kategori baik sebanyak 20 orang (80%) Pada saat evaluasi materi 85 % peserta, mampu menjawab pertanyaan tentang deteksi dini kehamilan resiko tinggi dan stunting. Dari hasil analisis uji statistic Wilcoxon Signed Ranks nilai yaitu P value = 0,000 < α = 0,05, menunjukan bahwa kelas edukasi melalui pemberdayaan kader kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan kader tentang stunting dan deteksi dini resiko tinggi.","PeriodicalId":443431,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32807/JPMS.V1I1.453","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Stunting merupakan retardasi pertumbuhan, ditandai dengan kekurangan gizi kronis, dikarenakan asupan yang tidak adekuat, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan linier pada anak balita. Berdasarkan standar baku WHO Child Growth Standart tahun 2010, dengan indikator pengukuran tinggi badan dibandingkan dengan umur (TB/U), atau panjang badan dibandingkan dengan umur (PB/U), dengan batasan nilai z-scorenya kurang dari -2 SD. Prevalensi panjang badan lahir pendek di Indonesia masih tinggi Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 30,8 %, paling tinggi lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara,sedangkan di Kabupaten Lombok Barat prevalensi stunting menunjukan 38,1%. Salah satu upaya dalam pencegahan stunting dapat dimulai dimasa kehamilan. Di Indonesia (2010) kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu 34 tahun 3 sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4%. Upaya pencegahan stunting yaitu melalui deteksi dini resiko tinggi kehamilan, dapat dimulai dari kader, merupakan orang terdekat dari ibu hamil maupun masyarakat.Jumlah kader di desa karang bayan yaitu 25 kader. Hasil Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat keseluruhan kader datang mengikuti kelas kader yaitu sebanyak 25 kader. Hasil evaluasi menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan kader tentang stunting kategori baik sebanyak 18 orang (72%), sedangkan dari hasil pemahaman akan deteksidini resiko tinggi yaitu dalam kategori baik sebanyak 20 orang (80%) Pada saat evaluasi materi 85 % peserta, mampu menjawab pertanyaan tentang deteksi dini kehamilan resiko tinggi dan stunting. Dari hasil analisis uji statistic Wilcoxon Signed Ranks nilai yaitu P value = 0,000 < α = 0,05, menunjukan bahwa kelas edukasi melalui pemberdayaan kader kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan kader tentang stunting dan deteksi dini resiko tinggi.