{"title":"PENGGUNAAN ZPA HASIL EKSTRAK KULIT POHON RAMBUTAN RAPI’AH UNTUK PEWARNAAN BATIK CELUP MENGGUNAKAN TEKNIK FIKSASI","authors":"Kaffah imanuddin MR Santosa, Sri Listiani","doi":"10.21009/pftej.v3i2.37819","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dalam perkembangannya batik menjadi sebuah trend yang tidak hanya menjadi sebuah pakaian yang formal, di era kontemporer batik banyak digunakan menjadi berbagai model busana keseharian. Batik juga merupakan warisan budaya yang mengandung makna dari setiap visualnya. Di Indonesai batik dikenal memiliki beragam motif yang berasal dari beberapa daerah berbeda. Batik adalah sebuah teknik juga dikenal sebagai pewarnaan kain serat alami dengan menggunakan teknik celup rintang. Bagian kain menjadi bercorak karena pada waktu dicelupkan dalam cairan warna, terdapat bagian yang sengaja dirintangi. Bagian kain yang dirintangi itulah yang menimbulkan corak motif batik. (Tocharman, 2009) Pewarna batik umumnya menggunakan zat kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan. Namun karena sifatnya yang praktis dan berorientasi pada kuantitas produksi menjadi media pewarnaan konvensional. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Kondisi ini menuntut kita untuk dapat mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam secara benar. Salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan dalam industri batik adalah zat pewarna alam (ZPA). Proses penggunaan warna-warna alam dalam teknik batik ternyata sudah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun sampai ditemukan warna sintetis yang dipandang praktis dan ekonomis. Pohon rambutan merupakan pohon yang banyak ditemukan di Indonesia. Disamping buah, penulis berasumsi banyaknya getah yang terkandung dalam batang pohon rambutan rapi’ah, maka kulit pohon rambutan rapi’ah dapat dimanfaatkan sebagai Zat Pewarna Alam pada batik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan eksperimen terhadap kain mori yang biasa digunakan sebagai kain batik untuk melihat hasil warna yang dihasilkan dari ekstrak pohon rambutan rapi’ah dengan menggunakan beragam fiksasi.","PeriodicalId":489433,"journal":{"name":"Practice of Fashion and Textile Education Journal","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Practice of Fashion and Textile Education Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21009/pftej.v3i2.37819","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Dalam perkembangannya batik menjadi sebuah trend yang tidak hanya menjadi sebuah pakaian yang formal, di era kontemporer batik banyak digunakan menjadi berbagai model busana keseharian. Batik juga merupakan warisan budaya yang mengandung makna dari setiap visualnya. Di Indonesai batik dikenal memiliki beragam motif yang berasal dari beberapa daerah berbeda. Batik adalah sebuah teknik juga dikenal sebagai pewarnaan kain serat alami dengan menggunakan teknik celup rintang. Bagian kain menjadi bercorak karena pada waktu dicelupkan dalam cairan warna, terdapat bagian yang sengaja dirintangi. Bagian kain yang dirintangi itulah yang menimbulkan corak motif batik. (Tocharman, 2009) Pewarna batik umumnya menggunakan zat kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan. Namun karena sifatnya yang praktis dan berorientasi pada kuantitas produksi menjadi media pewarnaan konvensional. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Kondisi ini menuntut kita untuk dapat mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam secara benar. Salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan dalam industri batik adalah zat pewarna alam (ZPA). Proses penggunaan warna-warna alam dalam teknik batik ternyata sudah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun sampai ditemukan warna sintetis yang dipandang praktis dan ekonomis. Pohon rambutan merupakan pohon yang banyak ditemukan di Indonesia. Disamping buah, penulis berasumsi banyaknya getah yang terkandung dalam batang pohon rambutan rapi’ah, maka kulit pohon rambutan rapi’ah dapat dimanfaatkan sebagai Zat Pewarna Alam pada batik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan eksperimen terhadap kain mori yang biasa digunakan sebagai kain batik untuk melihat hasil warna yang dihasilkan dari ekstrak pohon rambutan rapi’ah dengan menggunakan beragam fiksasi.