Si Vis Pacem, Para Bellum?: Perspektif Pacifisme Kristen

P. Widjaja
{"title":"Si Vis Pacem, Para Bellum?: Perspektif Pacifisme Kristen","authors":"P. Widjaja","doi":"10.21460/gema.2024.91.1170","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractWar after war has been fought on earth for centuries, without a single one succeeding in bringing true peace. However, there are still many people and state leaders, including church leaders, who believe in the truth of the proposition “Si vis pacem, para bellum”. This article shows that the proposition is problematic since it originates from the national security paradigm. This article emphasizes the need to understand peace positively and actively, as a comprehensive idea related to relations and interconnectedness between humans and between humans and the non-human natural environment. In this light, Christian pacifismcalls for the church and Christians to abandon all forms of violence, including war, as they are not in accordance with Christian ethics. It seeks peace that is based on symbiocentric paradigm, which considersnot primarily the security of oneself and one’s group exclusively, but the sustainable well-being of all life. Christian Pacifism also calls on everyone to abandon the safety net of moral certainty, for Christian Pacifism is not primarily a technical or methodological issue related to war; about which methods can be more effective in resolving conflicts. Christian pacifism is a matter of faith and repentance. Equipped with this belief, churches and Christians can embody the Pancadharma of Peace which contains the Christian virtues of hope, vulnerability, humility, patience, and empathy.\nAbstrakPerang demi perang telah terjadi di bumi selama berabad-abad lamanya, tanpa satu pun berhasil membawa perdamaian sejati. Namun demikian, masih banyak orang dan pemimpin negara, termasuk pemimpin gereja, yang meyakini kebenaran dalil “Si vis pacem, para bellum”. Tulisan ini menunjukkan bahwa dalil tersebut bermasalah karena bersumber dari paradigma national security. Tulisan ini menekankan perlunya  memahami perdamaian secara positif dan aktif, sebagai sebuah gagasan komprehensif terkait relasi antarmanusia dan antara manusia dan alam lingkungan non-manusia. Dalam terang itu, pacifisme Kristen memanggil gereja dan orang-orang Kristen untuk meninggalkan segala macam bentuk kekerasan, termasuk perang, karena tidak sesuai dengan etika Kristen. Pacifisme Kristen mencari upaya perdamaian yang dilandaskan pada paradigma symbiocentric yang memperhitungkan bukan terutama keamanan diri sendiri dan kelompok sendiri secara eksklusif, tetapi kesejahteraan seluruh kehidupan yang berkelanjutan. Pacifisme Kristen juga mengajak semua orang meninggalkan jaring pengaman kepastian moral, karena pacifisme Kristen bukan terutama masalah teknis atau metodologis terkait perang; tentang metode mana yang lebih efektif dalam penyelesaian konflik. Pacifisme Kristen adalah persoalan iman dan pertobatan. Berbekal keyakinan inilah gereja dan orang-orang Kristen bisa menghidupi dan membudayakan Pancadharma Perdamaian yang berisi kebajikan-kebajikan Kristiani, yaitu: pengharapan, kerentanan, kerendahan-hati, kesabaran, dan empati. ","PeriodicalId":327010,"journal":{"name":"GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian","volume":"124 13","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-04-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21460/gema.2024.91.1170","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

AbstractWar after war has been fought on earth for centuries, without a single one succeeding in bringing true peace. However, there are still many people and state leaders, including church leaders, who believe in the truth of the proposition “Si vis pacem, para bellum”. This article shows that the proposition is problematic since it originates from the national security paradigm. This article emphasizes the need to understand peace positively and actively, as a comprehensive idea related to relations and interconnectedness between humans and between humans and the non-human natural environment. In this light, Christian pacifismcalls for the church and Christians to abandon all forms of violence, including war, as they are not in accordance with Christian ethics. It seeks peace that is based on symbiocentric paradigm, which considersnot primarily the security of oneself and one’s group exclusively, but the sustainable well-being of all life. Christian Pacifism also calls on everyone to abandon the safety net of moral certainty, for Christian Pacifism is not primarily a technical or methodological issue related to war; about which methods can be more effective in resolving conflicts. Christian pacifism is a matter of faith and repentance. Equipped with this belief, churches and Christians can embody the Pancadharma of Peace which contains the Christian virtues of hope, vulnerability, humility, patience, and empathy. AbstrakPerang demi perang telah terjadi di bumi selama berabad-abad lamanya, tanpa satu pun berhasil membawa perdamaian sejati. Namun demikian, masih banyak orang dan pemimpin negara, termasuk pemimpin gereja, yang meyakini kebenaran dalil “Si vis pacem, para bellum”. Tulisan ini menunjukkan bahwa dalil tersebut bermasalah karena bersumber dari paradigma national security. Tulisan ini menekankan perlunya  memahami perdamaian secara positif dan aktif, sebagai sebuah gagasan komprehensif terkait relasi antarmanusia dan antara manusia dan alam lingkungan non-manusia. Dalam terang itu, pacifisme Kristen memanggil gereja dan orang-orang Kristen untuk meninggalkan segala macam bentuk kekerasan, termasuk perang, karena tidak sesuai dengan etika Kristen. Pacifisme Kristen mencari upaya perdamaian yang dilandaskan pada paradigma symbiocentric yang memperhitungkan bukan terutama keamanan diri sendiri dan kelompok sendiri secara eksklusif, tetapi kesejahteraan seluruh kehidupan yang berkelanjutan. Pacifisme Kristen juga mengajak semua orang meninggalkan jaring pengaman kepastian moral, karena pacifisme Kristen bukan terutama masalah teknis atau metodologis terkait perang; tentang metode mana yang lebih efektif dalam penyelesaian konflik. Pacifisme Kristen adalah persoalan iman dan pertobatan. Berbekal keyakinan inilah gereja dan orang-orang Kristen bisa menghidupi dan membudayakan Pancadharma Perdamaian yang berisi kebajikan-kebajikan Kristiani, yaitu: pengharapan, kerentanan, kerendahan-hati, kesabaran, dan empati. 
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Si Vis Pacem, Para Bellum?: Perspektif Pacifisme Kristen
摘要 几个世纪以来,地球上发生了一场又一场战争,但没有一场战争能带来真正的和平。然而,仍有许多人和国家领导人,包括教会领袖,相信 "Si vis pacem, para bellum"(和平就是战争)命题的真实性。本文指出,这一命题是有问题的,因为它源于国家安全范式。本文强调有必要积极主动地理解和平,将其视为与人类之间以及人类与非人类自然环境之间的关系和相互联系相关的综合理念。有鉴于此,基督教和平主义呼吁教会和基督徒放弃一切形式的暴力,包括战争,因为它们不符合基督教伦理。它所寻求的和平建立在共生中心主义范式的基础上,这种范式主要考虑的不是自身和群体的安全,而是所有生命的可持续福祉。基督教和平主义还呼吁每个人放弃道德确定性的安全网,因为基督教和平主义主要不是一个与战争有关的技术或方法问题;也不是一个关于哪种方法能更有效地解决冲突的问题。基督教和平主义是一个信仰和悔改的问题。有了这一信念,教会和基督徒就能体现和平三原则,其中包含基督教的希望、脆弱、谦卑、忍耐和同情等美德。尽管如此,包括教会领袖在内的许多人和领导人仍然相信 "Si vis pacem, para bellum "这一命题的真实性。本文指出,这一命题是有问题的,因为它源于国家安全范式。本文强调有必要积极主动地理解和平,将其视为与人类之间以及人类与非人类自然环境之间的关系相关的综合理念。有鉴于此,基督教和平主义呼吁教会和基督徒摒弃包括战争在内的一切形式的暴力,因为这不符合基督教伦理。基督教和平主义寻求以共生为中心的范式为基础的和平努力,这种范式主要考虑的不是自己和自己群体的安全,而是所有生命的可持续福祉。基督教和平主义还请每个人放弃道德确定性的安全网,因为基督教和平主义主要不是一个关于战争的技术或方法问题,也不是关于哪种方法在解决冲突方面更有效的问题。基督教和平主义是一个信仰和悔改的问题。正是基于这种信念,教会和基督徒才能生活和培养和平潘达玛,其中包含基督教的美德,即希望、脆弱、谦逊、忍耐和同情。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Kasih Kristus dan Filantropi Kristen pada Kegiatan Sega Mubeng di Pastoran Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta Christian Mindfulness: Sebuah Spiritualitas Holistik Keseharian dalam Tradisi Buddha dan Kristen Sebuah Tinjauan Pastoral-Psikologis terhadap Anak Perempuan Penenun Ulos di Kabupaten Tapanuli Resensi Buku: Worship With Teenagers: Adolescent Spirituality and Congregational Practice Resensi Buku: Incarnate Earth: Deep Incarnation and the Face of Christ
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1