DYNAMICS OF INTERFAITH COMMUNICATION IN SEGREGATED COMMUNITIES

Harmoni Pub Date : 2024-07-08 DOI:10.32488/harmoni.v23i1.532
Alhamuddin, Muhammad Alifuddin
{"title":"DYNAMICS OF INTERFAITH COMMUNICATION IN SEGREGATED COMMUNITIES","authors":"Alhamuddin, Muhammad Alifuddin","doi":"10.32488/harmoni.v23i1.532","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract\nThis study aimed to analyze interfaith communication between Muslims in Aoma and Christians in Ambesakoa, focusing on whether the in-group/out-group dichotomy acted as a barrier and identifying factors that fostered mindful communication. Employing a descriptive phenomenological approach, data were collected through semi-structured interviews and participant observation. Instruments included interview guides and field notes. Thematic analysis of the data revealed the following findings: Firstly, communication occurred nominally but with moderate intensity, shaped by long-term acquaintance and familial ties, and influenced by segregated living environments and individual busyness. Secondly, social interactions transcend primordial boundaries, avoiding stereotypes and prejudices, thereby promoting mindful communication. Thirdly, both communities fostered mindful interfaith communication driven by nationalism, shared family lines, and adherence to kalosara values. This study underscored the importance of inclusive education and cultural values in enhancing interfaith communication in segregated societies. It suggests that promoting deeper understanding and respect across religious divides can mitigate barriers created by in-group/out-group dynamics. By acknowledging and fostering these factors, societies can cultivate environments conducive to harmonious interfaith relations. This research contributes to the broader discourse on interfaith dialogue, highlighting practical strategies for promoting mutual respect and understanding in culturally diverse communities.\nAbstrak\nStudi ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi lintas agama antara Muslim di Aoma dan Kristen di Ambesakoa, dengan fokus pada apakah dikotomi dalam kelompok/luar kelompok bertindak sebagai penghalang dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong komunikasi yang penuh perhatian. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologis, data dikumpulkan melalui wawancara semi-struktural dan observasi partisipan. Instrumen yang digunakan meliputi panduan wawancara dan catatan lapangan. Analisis tematik dari data mengungkapkan temuan sebagai berikut: Pertama, komunikasi terjadi secara nominal namun dengan intensitas moderat, dipengaruhi oleh kenalan jangka panjang dan ikatan keluarga, serta dipengaruhi oleh lingkungan hidup yang terpisah dan kesibukan individual. Kedua, interaksi sosial melampaui batas-batas primordial, menghindari stereotip dan prasangka, sehingga mendorong komunikasi yang penuh perhatian. Ketiga, kedua komunitas mempromosikan komunikasi lintas agama yang penuh perhatian didorong oleh nasionalisme, garis keturunan bersama, dan nilai-nilai kalosara. Studi ini menekankan pentingnya pendidikan inklusif dan nilai-nilai budaya dalam meningkatkan komunikasi lintas agama di masyarakat yang terpisah. Studi ini juga menyarankan bahwa mempromosikan pemahaman yang lebih dalam dan saling menghormati di antara perbedaan agama dapat mengurangi hambatan yang diciptakan oleh dinamika kelompok dalam/luar kelompok. Dengan mengakui dan mengembangkan faktor-faktor ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung hubungan lintas agama yang harmonis. Penelitian ini memberikan kontribusi pada diskursus lebih luas mengenai dialog lintas agama, dengan menyoroti strategi praktis untuk mempromosikan saling menghormati dan pemahaman dalam komunitas yang beragam budaya.","PeriodicalId":512793,"journal":{"name":"Harmoni","volume":"124 19","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Harmoni","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32488/harmoni.v23i1.532","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstract This study aimed to analyze interfaith communication between Muslims in Aoma and Christians in Ambesakoa, focusing on whether the in-group/out-group dichotomy acted as a barrier and identifying factors that fostered mindful communication. Employing a descriptive phenomenological approach, data were collected through semi-structured interviews and participant observation. Instruments included interview guides and field notes. Thematic analysis of the data revealed the following findings: Firstly, communication occurred nominally but with moderate intensity, shaped by long-term acquaintance and familial ties, and influenced by segregated living environments and individual busyness. Secondly, social interactions transcend primordial boundaries, avoiding stereotypes and prejudices, thereby promoting mindful communication. Thirdly, both communities fostered mindful interfaith communication driven by nationalism, shared family lines, and adherence to kalosara values. This study underscored the importance of inclusive education and cultural values in enhancing interfaith communication in segregated societies. It suggests that promoting deeper understanding and respect across religious divides can mitigate barriers created by in-group/out-group dynamics. By acknowledging and fostering these factors, societies can cultivate environments conducive to harmonious interfaith relations. This research contributes to the broader discourse on interfaith dialogue, highlighting practical strategies for promoting mutual respect and understanding in culturally diverse communities. Abstrak Studi ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi lintas agama antara Muslim di Aoma dan Kristen di Ambesakoa, dengan fokus pada apakah dikotomi dalam kelompok/luar kelompok bertindak sebagai penghalang dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong komunikasi yang penuh perhatian. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologis, data dikumpulkan melalui wawancara semi-struktural dan observasi partisipan. Instrumen yang digunakan meliputi panduan wawancara dan catatan lapangan. Analisis tematik dari data mengungkapkan temuan sebagai berikut: Pertama, komunikasi terjadi secara nominal namun dengan intensitas moderat, dipengaruhi oleh kenalan jangka panjang dan ikatan keluarga, serta dipengaruhi oleh lingkungan hidup yang terpisah dan kesibukan individual. Kedua, interaksi sosial melampaui batas-batas primordial, menghindari stereotip dan prasangka, sehingga mendorong komunikasi yang penuh perhatian. Ketiga, kedua komunitas mempromosikan komunikasi lintas agama yang penuh perhatian didorong oleh nasionalisme, garis keturunan bersama, dan nilai-nilai kalosara. Studi ini menekankan pentingnya pendidikan inklusif dan nilai-nilai budaya dalam meningkatkan komunikasi lintas agama di masyarakat yang terpisah. Studi ini juga menyarankan bahwa mempromosikan pemahaman yang lebih dalam dan saling menghormati di antara perbedaan agama dapat mengurangi hambatan yang diciptakan oleh dinamika kelompok dalam/luar kelompok. Dengan mengakui dan mengembangkan faktor-faktor ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung hubungan lintas agama yang harmonis. Penelitian ini memberikan kontribusi pada diskursus lebih luas mengenai dialog lintas agama, dengan menyoroti strategi praktis untuk mempromosikan saling menghormati dan pemahaman dalam komunitas yang beragam budaya.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
隔离社区宗教间交流的动力
摘要 本研究旨在分析奥马的穆斯林和安贝萨科阿的基督徒之间的宗教间交流,重点关注群体内/群体外的二分法是否成为障碍,并确定促进心灵沟通的因素。研究采用描述性现象学方法,通过半结构化访谈和参与观察收集数据。工具包括访谈指南和现场笔记。通过对数据进行主题分析,得出了以下结论:首先,交流是名义上的,但强度适中,由长期的熟人关系和家庭关系形成,并受到隔离的生活环境和个人忙碌程度的影响。第二,社会交往超越了原始界限,避免了刻板印象和偏见,从而促进了心灵沟通。第三,两个社区都在民族主义、共同的家系和对 kalosara 价值观的坚持的推动下,促进了宗教间的心灵沟通。这项研究强调了包容性教育和文化价值观在加强隔离社会中不同信仰间交流的重要性。研究表明,促进跨越宗教鸿沟的深入理解和尊重,可以缓解群体内/外动态所造成的障碍。通过承认和促进这些因素,社会可以营造有利于宗教间和谐关系的环境。本研究旨在分析奥马的穆斯林和安贝萨科阿的基督徒之间的宗教间交流,重点关注群体内/群体外的二分法是否会成为障碍,并找出鼓励体贴交流的因素。研究采用描述性现象学方法,通过半结构化访谈和参与观察收集数据。使用的工具包括访谈指南和现场笔记。对数据进行的主题分析得出了以下结论:首先,交流只是名义上的,但强度适中,受到长期熟人和家庭关系的影响,也受到独立生活环境和个人关注点的影响。第二,社会交往超越了原始界限,避免了刻板印象和偏见,从而促进了用心交流。第三,在民族主义、共同血统和卡洛萨拉价值观的推动下,两个社区都促进了宗教间的用心交流。本研究强调了全纳教育和文化价值观对加强隔离社区宗教间交流的重要性。研究还表明,促进加深对宗教差异的理解和相互尊重,可以减少群体内/外动态所造成的障碍。通过认识和发展这些因素,社会可以为和谐的宗教间关系创造有利环境。这项研究强调了在文化多样性社区促进相互尊重和理解的实用战略,从而为有关宗教间对话的广泛讨论做出了贡献。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
PROMOTING PATRIOTISM AND RELIGIOUS MODERATION: A CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF SANADMEDIA.COM PREVENTION EFFORT OF SEXUAL VIOLENCE FROM POWER INEQUALITY RELATIONS IN ISLAMIC BOARDING SCHOOLS IN INDONESIA DYNAMICS OF INTERFAITH COMMUNICATION IN SEGREGATED COMMUNITIES DECLINE AND INNOVATION OF UMRAH AGENCIES DURING PANDEMIC: A BECK’S RISK SOCIETY PERSPECTIVE PERAN STRATEGIS JAMA’AH TABLIGH DAN MUHAMMADIYAH DALAM PENCEGAHAN ANCAMAN RADIKALISME
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1