mustolehudin, ahmad muntakhib, Siti Muawanah, Eko Wahyono
{"title":"TRANSFORMASI NILAI SOSIAL-SPIRITUAL PENGHAYAT KEPERCAYAAN DALAM MEMBANGUN MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA","authors":"mustolehudin, ahmad muntakhib, Siti Muawanah, Eko Wahyono","doi":"10.32488/harmoni.v23i1.711","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak\nStudi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika sosial para pengikut Penghayat Kepercayaan dan mengungkap transformasi sosio-spiritual Paguyuban Cahya Sejati dalam mempromosikan harmoni di Cilacap. Dengan pendekatan kualitatif dan desain studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan tinjauan literatur komprehensif. Temuan penelitian menunjukkan: 1) komunitas Penghayat Kepercayaan di Cilacap mengalami transformasi sosio-spiritual setelah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah, yang memberi mereka kebebasan lebih untuk mengembangkan organisasi mereka; 2) Paguyuban Cahya Sejati, sebagai bagian dari organisasi MLKI di Cilacap, mewujudkan moderasi keagamaan melalui dialog antar komunitas, pertunjukan seni budaya, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Ajaran spiritual seperti memayu hayuning sasomo (berbuat baik kepada sesama), memayu hayuning bawono (peduli pada alam semesta), karakter sosial, bantuan saling menolong, dan kepatuhan terhadap regulasi negara mewakili praktik moderasi keagamaan yang berkelanjutan. Implikasi dari penelitian ini menyoroti peran penting pengakuan resmi dalam memfasilitasi perkembangan sosio-spiritual komunitas Penghayat Kepercayaan dan kontribusi positif mereka terhadap harmoni sosial. Studi ini memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana pengakuan formal mendukung komunitas-komunitas ini dalam menjaga moderasi keagamaan dan mempengaruhi harmoni sosial secara positif.\nAbstract\nThis study aimed to explore the social dynamics of Penghayat Kepercayaan followers and elucidate the socio-spiritual transformation of Paguyuban Cahya Sejati in promoting harmony in Cilacap. Employing a qualitative approach with a case study design, data were collected through in-depth interviews, participant observations, document analysis, and comprehensive literature reviews. The research findings show: 1) the Penghayat Kepercayaan community in Cilacap experienced a socio-spiritual transformation after receiving official recognition from the state, allowing them more freedom to develop their organization; 2) Paguyuban Cahya Sejati, as part of the MLKI organization in Cilacap, embodies religious moderation through inter-community dialogues, cultural art performances, and participation in community activities. Spiritual teachings such as memayu hayuning sasomo (doing good to others), memayu hayuning bawono (caring for the universe), social character, mutual assistance, and adherence to state regulations represent a sustainable practice of religious moderation. The implications of this research highlight the pivotal role of official recognition in fostering the socio-spiritual development of Penghayat Kepercayaan communities and their constructive contribution to social cohesion. This study enriches our understanding of how formal acknowledgment supports these communities in maintaining religious moderation and positively influencing societal harmony.","PeriodicalId":512793,"journal":{"name":"Harmoni","volume":" 511","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Harmoni","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32488/harmoni.v23i1.711","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika sosial para pengikut Penghayat Kepercayaan dan mengungkap transformasi sosio-spiritual Paguyuban Cahya Sejati dalam mempromosikan harmoni di Cilacap. Dengan pendekatan kualitatif dan desain studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan tinjauan literatur komprehensif. Temuan penelitian menunjukkan: 1) komunitas Penghayat Kepercayaan di Cilacap mengalami transformasi sosio-spiritual setelah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah, yang memberi mereka kebebasan lebih untuk mengembangkan organisasi mereka; 2) Paguyuban Cahya Sejati, sebagai bagian dari organisasi MLKI di Cilacap, mewujudkan moderasi keagamaan melalui dialog antar komunitas, pertunjukan seni budaya, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Ajaran spiritual seperti memayu hayuning sasomo (berbuat baik kepada sesama), memayu hayuning bawono (peduli pada alam semesta), karakter sosial, bantuan saling menolong, dan kepatuhan terhadap regulasi negara mewakili praktik moderasi keagamaan yang berkelanjutan. Implikasi dari penelitian ini menyoroti peran penting pengakuan resmi dalam memfasilitasi perkembangan sosio-spiritual komunitas Penghayat Kepercayaan dan kontribusi positif mereka terhadap harmoni sosial. Studi ini memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana pengakuan formal mendukung komunitas-komunitas ini dalam menjaga moderasi keagamaan dan mempengaruhi harmoni sosial secara positif.
Abstract
This study aimed to explore the social dynamics of Penghayat Kepercayaan followers and elucidate the socio-spiritual transformation of Paguyuban Cahya Sejati in promoting harmony in Cilacap. Employing a qualitative approach with a case study design, data were collected through in-depth interviews, participant observations, document analysis, and comprehensive literature reviews. The research findings show: 1) the Penghayat Kepercayaan community in Cilacap experienced a socio-spiritual transformation after receiving official recognition from the state, allowing them more freedom to develop their organization; 2) Paguyuban Cahya Sejati, as part of the MLKI organization in Cilacap, embodies religious moderation through inter-community dialogues, cultural art performances, and participation in community activities. Spiritual teachings such as memayu hayuning sasomo (doing good to others), memayu hayuning bawono (caring for the universe), social character, mutual assistance, and adherence to state regulations represent a sustainable practice of religious moderation. The implications of this research highlight the pivotal role of official recognition in fostering the socio-spiritual development of Penghayat Kepercayaan communities and their constructive contribution to social cohesion. This study enriches our understanding of how formal acknowledgment supports these communities in maintaining religious moderation and positively influencing societal harmony.