{"title":"MENGKRITISI KONSEP ISLAMISASI ILMU ISMAIL RAJI AL-FARUQI: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar","authors":"M. Taufik, Muhammad Yasir","doi":"10.24014/jush.v25i2.3830","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study has background because of the flourishing is islamic thought, i.e. the Islamization of \nscience’s issue that is are issue that interesting to be thought is recent decades. In the treasury of \nIslamic thought, the issue of Islamization of science is one of the most interesting issues discussed over \nthe decades. This happens because there are various views and interpretations about the Islamization \nof science. The concept of ilm imposes Muslims to understand reality in its entirety. This has been \ndone by scholars and classical Muslim intellectuals, such as al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibn \nRusyd and other classical scholars. However, contemporary Muslim scholars seem to rule out this \nepistemological. Therefore, what happens then is precisely Islam losing its identity as a power that \nhas an epistemological orientation that is already established in the classical era. The concept of \nislamization of science is popular in the hand of al-Faruqi and Naquib al-Attas. For al-Faruqi, \nIslamization of science is Islamize the disciplines or precisely produces the handbook in college, by \nre-pouring the discipline of modern science into the insight of Islam, after done a critical assessment \nof both Islamic and Western knowledge systems. In addition, al-Faruqi also provides procedural \nsteps for the implementation of the Islamization program of science. The thought of Islamization of \nthe science of al-Faruqi is criticized by Sardar, according to which the formulation of contemporary \nIslamic epistemology cannot begin by emphasizing on the existing disciplines. Sardar reveals that \ncontemporary Islamic epistemology can be formulated by developing paradigms within the external \nexpressions of Muslim civilization encompassing science and technology, politics and international \nrelations, social structures and economic activities, rural and urban development. All aspects of the \nexternal expansion of Muslim civilization can be studied and developed in relation to contemporary \nneeds and realities. From here Sardar once again rejects the Islamization of science at the start \nof the existing disciplines. This is because these disciplines are incompatible with Islamic values. \nKeywords: Islamization of Science, Islamic Science. \nAbstrak \nKajian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya khazanah pemikiran keislaman, yaitu isu \nIslamisasi ilmu yang merupakan salah satu isu yang selalu menarik diperbincangkan beberapa \ndekade ini. Hal ini terjadi karena ada berbagai pandangan dan penafsiran tentang Islamisasi \nilmu. Konsep ilm meniscayakan umat Islam untuk memahami realitas secara utuh. Hal ini telah dilakukan oleh sarjana dan intelektual Muslim klasik, seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan sarjana klasik lainnya. Akan tetapi, sarjana Muslim kontemporer tampak mengesampingkan peranan epistemologi ini. Sehingga yang terjadi kemudian adalah justru Islam kehilangan jati diri sebagai kekuatan yang punya orientasi epistemologis yang sebenarnya sudah mapan di era klasik. Konsep Islamisasi ilmu populer di tangan al-Faruqi dan juga Naquib al- Attas. Bagi al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengislamkan disiplin-disiplin ilmu atau tepatnya menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di perguruan tinggi, dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam wawasan Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua sistem pengetahuan Islam dan Barat. Selain itu, al-Faruqi juga memberikan langkah-langkah prosedural bagi terlaksanya program Islamisasi ilmu. Penulis menemukan poin penting dari kajian ini bahwa pemikiran Islamisasi ilmu al-Faruqi inilah yang dikritisi oleh Sardar, menurutnya perumusan epistemologi Islam kontemporer tidak dapat dimulai dengan menitikberatkan pada disiplin ilmu yang sudah ada. Sardar mengungkapkan bahwa epistemologi Islam kontemporer dapat dirumuskan dengan dengan mengembangkan paradigma-paradigma di dalam ekspresi-ekspresi eksternal peradaban Muslim yang meliputi sains dan teknologi, politik dan hubungan-hubungan internasional, struktur-struktur sosial dan kegiatan ekonomi, pembangunan desa dan kota. Semua aspek ekspesi eksternal peradaban Muslim tersebut dapat dipelajari dan dikembangan dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan realitas kontemporer. Dari sini Sardar sekali lagi menolak Islamisasi ilmu pengetahuan dimulai dari disiplin ilmu yang sudah ada. Hal ini karena disiplin ilmu tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. \nKata Kunci: Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Sains Islam.","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":"25 1","pages":"109-123"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2017-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"9","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ushuluddin","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24014/jush.v25i2.3830","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Abstract
This study has background because of the flourishing is islamic thought, i.e. the Islamization of
science’s issue that is are issue that interesting to be thought is recent decades. In the treasury of
Islamic thought, the issue of Islamization of science is one of the most interesting issues discussed over
the decades. This happens because there are various views and interpretations about the Islamization
of science. The concept of ilm imposes Muslims to understand reality in its entirety. This has been
done by scholars and classical Muslim intellectuals, such as al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibn
Rusyd and other classical scholars. However, contemporary Muslim scholars seem to rule out this
epistemological. Therefore, what happens then is precisely Islam losing its identity as a power that
has an epistemological orientation that is already established in the classical era. The concept of
islamization of science is popular in the hand of al-Faruqi and Naquib al-Attas. For al-Faruqi,
Islamization of science is Islamize the disciplines or precisely produces the handbook in college, by
re-pouring the discipline of modern science into the insight of Islam, after done a critical assessment
of both Islamic and Western knowledge systems. In addition, al-Faruqi also provides procedural
steps for the implementation of the Islamization program of science. The thought of Islamization of
the science of al-Faruqi is criticized by Sardar, according to which the formulation of contemporary
Islamic epistemology cannot begin by emphasizing on the existing disciplines. Sardar reveals that
contemporary Islamic epistemology can be formulated by developing paradigms within the external
expressions of Muslim civilization encompassing science and technology, politics and international
relations, social structures and economic activities, rural and urban development. All aspects of the
external expansion of Muslim civilization can be studied and developed in relation to contemporary
needs and realities. From here Sardar once again rejects the Islamization of science at the start
of the existing disciplines. This is because these disciplines are incompatible with Islamic values.
Keywords: Islamization of Science, Islamic Science.
Abstrak
Kajian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya khazanah pemikiran keislaman, yaitu isu
Islamisasi ilmu yang merupakan salah satu isu yang selalu menarik diperbincangkan beberapa
dekade ini. Hal ini terjadi karena ada berbagai pandangan dan penafsiran tentang Islamisasi
ilmu. Konsep ilm meniscayakan umat Islam untuk memahami realitas secara utuh. Hal ini telah dilakukan oleh sarjana dan intelektual Muslim klasik, seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan sarjana klasik lainnya. Akan tetapi, sarjana Muslim kontemporer tampak mengesampingkan peranan epistemologi ini. Sehingga yang terjadi kemudian adalah justru Islam kehilangan jati diri sebagai kekuatan yang punya orientasi epistemologis yang sebenarnya sudah mapan di era klasik. Konsep Islamisasi ilmu populer di tangan al-Faruqi dan juga Naquib al- Attas. Bagi al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengislamkan disiplin-disiplin ilmu atau tepatnya menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di perguruan tinggi, dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam wawasan Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua sistem pengetahuan Islam dan Barat. Selain itu, al-Faruqi juga memberikan langkah-langkah prosedural bagi terlaksanya program Islamisasi ilmu. Penulis menemukan poin penting dari kajian ini bahwa pemikiran Islamisasi ilmu al-Faruqi inilah yang dikritisi oleh Sardar, menurutnya perumusan epistemologi Islam kontemporer tidak dapat dimulai dengan menitikberatkan pada disiplin ilmu yang sudah ada. Sardar mengungkapkan bahwa epistemologi Islam kontemporer dapat dirumuskan dengan dengan mengembangkan paradigma-paradigma di dalam ekspresi-ekspresi eksternal peradaban Muslim yang meliputi sains dan teknologi, politik dan hubungan-hubungan internasional, struktur-struktur sosial dan kegiatan ekonomi, pembangunan desa dan kota. Semua aspek ekspesi eksternal peradaban Muslim tersebut dapat dipelajari dan dikembangan dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan realitas kontemporer. Dari sini Sardar sekali lagi menolak Islamisasi ilmu pengetahuan dimulai dari disiplin ilmu yang sudah ada. Hal ini karena disiplin ilmu tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kata Kunci: Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Sains Islam.