{"title":"ANALISIS KONTRASTIF KONSTRUKSI PASIF BAHASA JAWA KUNA DAN BAHASA JAWA (STUDI KASUS PRASASTI HARIÑJIŊ)","authors":"Churmatin Nasoichah, nfn Mulyadi","doi":"10.24832/fa.v32i2.566","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Passive sentence is a sentence subject to accept or subject to action. There are two languages which also have passive sentences, namely Javanese and Old Javanese. Before the Javanese language developed, it was known as Old Javanese. Old Javanese as one of the derivatives of Austronesian languages is a language that has very old literature. By studying the Hariñjiŋ A, B, C Inscriptions as one of the proofs of the use of Old Javanese language, the research was carried out with contrastive analysis, namely comparing it with Javanese. The problem is how do passive constructs in Old Javanese language (the case study of Hariñjiŋ A, B, CInscriptions) and Javanese when viewed using contrastive analysis? The purpose is to describe passive construction in Old Javanese (a case study on the Hariñjiŋ A, B, C Inscriptions) and Javanese inscriptions and compare the two sentence patterns. The method of this research is descriptive qualitative by using a descriptive comparative contrast method which aims to provide an overview of passive sentences and find differences. The conclusions are that the construction of passive sentences in Old Javanese (in the writing of the Hariñjiŋ A, B and C Inscriptions) has a transitive passive and intransitive passive form which is the same as Javanese. The passive form is indicated by a kiks prefix, a combination of affix-in, a combination of affixes, a combination of ma-affixes, and infix -in-. Whereas the Javanese language is only known to be a prefix, di- -ni, and di-confix, or to be deunned. It can be concluded also that passive sentence Javanese is not derived from Old Javanese but rather has an influence from Malay which is the forerunner of Indonesian. Kalimat Pasif merupakan sebuah kalimat subjek menerima atau dikenai aksi. Terdapat dua bahasa yang juga memiliki bentuk kalimat pasif, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Jawa Kuna. Sebelum bahasa Jawa berkembang, telah dikenal adanya bahasa Jawa Kuna. Bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu turunan dari bahasa Austronesia adalah bahasa yang mempunyai kesusastraan yang sangat tua. Dengan mengkaji Prasasti Hariñjiŋ A, B, C sebagai salah satu bukti adanya penggunaan bahasa Jawa Kuna, penelitian dilakukan dengan analisis kontrastif yaitu membandingkannya dengan bahasa Jawa. Adapun permasalahannya adalah bagaimanakah konstruksi pasif pada bahasa Jawa Kuna (studi kasus Prasasti Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa Jawa apabila dilihat dengan menggunakan analisis kontrastif? Adapun tujuannya untuk mendeskripsikan konstruksi pasif dalam bahasa Jawa Kuna (studi kasus pada Prasasti Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa Jawa serta membandingkan kedua pola kalimat tersebut. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif komparatif kontras yang bertujuan memberikan gambaran tentang bentuk kalimat pasif serta menemukan perbedaannya. Adapun kesimpulannya adalah konstruksi kalimat pasif dalam bahasa Jawa Kuna (dalam penulisan Prasasti Hariñjiŋ A, B, dan C) memiliki bentuk pasif transitif dan juga pasif intransitif yang sama dengan bahasa Jawa. Bentuk pasifnya ditandai dengan prefiks ka-, kombinasi afiks -in- -an, kombinasi afiks -in- -akan, kombinasi afiks ma- -akĕn, dan infiks -in-. Sedangkan bahasa Jawa hanya diketahui prefiks di-, konfiks di- -ni, dan konfiks di- -ne, atau dipun- -aken. Dapat disimpulkan juga bahwa kalimat penanda pasif bahasa Jawa bukan diturunkan dari bahasa Jawa Kuna melainkan mendapat pengaruh dari bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia.","PeriodicalId":52717,"journal":{"name":"Forum Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Forum Arkeologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/fa.v32i2.566","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Passive sentence is a sentence subject to accept or subject to action. There are two languages which also have passive sentences, namely Javanese and Old Javanese. Before the Javanese language developed, it was known as Old Javanese. Old Javanese as one of the derivatives of Austronesian languages is a language that has very old literature. By studying the Hariñjiŋ A, B, C Inscriptions as one of the proofs of the use of Old Javanese language, the research was carried out with contrastive analysis, namely comparing it with Javanese. The problem is how do passive constructs in Old Javanese language (the case study of Hariñjiŋ A, B, CInscriptions) and Javanese when viewed using contrastive analysis? The purpose is to describe passive construction in Old Javanese (a case study on the Hariñjiŋ A, B, C Inscriptions) and Javanese inscriptions and compare the two sentence patterns. The method of this research is descriptive qualitative by using a descriptive comparative contrast method which aims to provide an overview of passive sentences and find differences. The conclusions are that the construction of passive sentences in Old Javanese (in the writing of the Hariñjiŋ A, B and C Inscriptions) has a transitive passive and intransitive passive form which is the same as Javanese. The passive form is indicated by a kiks prefix, a combination of affix-in, a combination of affixes, a combination of ma-affixes, and infix -in-. Whereas the Javanese language is only known to be a prefix, di- -ni, and di-confix, or to be deunned. It can be concluded also that passive sentence Javanese is not derived from Old Javanese but rather has an influence from Malay which is the forerunner of Indonesian. Kalimat Pasif merupakan sebuah kalimat subjek menerima atau dikenai aksi. Terdapat dua bahasa yang juga memiliki bentuk kalimat pasif, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Jawa Kuna. Sebelum bahasa Jawa berkembang, telah dikenal adanya bahasa Jawa Kuna. Bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu turunan dari bahasa Austronesia adalah bahasa yang mempunyai kesusastraan yang sangat tua. Dengan mengkaji Prasasti Hariñjiŋ A, B, C sebagai salah satu bukti adanya penggunaan bahasa Jawa Kuna, penelitian dilakukan dengan analisis kontrastif yaitu membandingkannya dengan bahasa Jawa. Adapun permasalahannya adalah bagaimanakah konstruksi pasif pada bahasa Jawa Kuna (studi kasus Prasasti Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa Jawa apabila dilihat dengan menggunakan analisis kontrastif? Adapun tujuannya untuk mendeskripsikan konstruksi pasif dalam bahasa Jawa Kuna (studi kasus pada Prasasti Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa Jawa serta membandingkan kedua pola kalimat tersebut. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif komparatif kontras yang bertujuan memberikan gambaran tentang bentuk kalimat pasif serta menemukan perbedaannya. Adapun kesimpulannya adalah konstruksi kalimat pasif dalam bahasa Jawa Kuna (dalam penulisan Prasasti Hariñjiŋ A, B, dan C) memiliki bentuk pasif transitif dan juga pasif intransitif yang sama dengan bahasa Jawa. Bentuk pasifnya ditandai dengan prefiks ka-, kombinasi afiks -in- -an, kombinasi afiks -in- -akan, kombinasi afiks ma- -akĕn, dan infiks -in-. Sedangkan bahasa Jawa hanya diketahui prefiks di-, konfiks di- -ni, dan konfiks di- -ne, atau dipun- -aken. Dapat disimpulkan juga bahwa kalimat penanda pasif bahasa Jawa bukan diturunkan dari bahasa Jawa Kuna melainkan mendapat pengaruh dari bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia.
被动句是受接受或受行动支配的句子。有两种语言也有被动句,即爪哇语和古爪哇语。在爪哇语发展之前,它被称为古爪哇语。古爪哇语作为南岛语的衍生语言之一,有着非常古老的文学。通过研究Hariñjiŋ A, B, C碑文作为古爪哇语使用的证据之一,进行对比分析,即将其与爪哇语进行比较。问题是,当使用对比分析时,旧爪哇语(以Hariñjiŋ A, B, CInscriptions为例)和爪哇语中的被动构念是如何区分的?目的是描述古爪哇语(以Hariñjiŋ a, B, C碑文为例)和爪哇碑文的被动语态,并比较两种句式。本研究的方法是描述性定性,采用描述性比较对比法,旨在对被动句进行概述并发现差异。结论是古爪哇语(Hariñjiŋ A、B、C碑文)被动句的结构与爪哇语相同,具有及物被动和不及物被动两种形式。被动语态由kiks前缀、词缀in的组合、词缀的组合、词缀ma-词缀的组合和中缀in-表示。而爪哇语只知道是一个前缀,di- ni,和di-confix,或被谴责。也可以得出结论,被动句爪哇语不是源自古爪哇语,而是受到马来语的影响,马来语是印尼语的前身。Kalimat Pasif merupakan sebuah Kalimat subjek menerima atau dikenai aksi。Terdapat dua bahasa yang juga memiliki bentuk kalimat pasif, yitu bahasa Jawa dan bahasa Jawa Kuna。马来文,马来文,马来文。印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语,印度尼西亚语。dannya mengkaji prasasi Hariñjiŋ A, B, C sebagai salah satu bukti adanya penggunaan bahasa java Kuna, penelitian dilakukan Dengan analysis kontrastif membandingkannya Dengan bahasa java。翻译为:Adapun permasalahannya adalah bagaimanakah konstruksi pasif pada bahasa Jawa Kuna (studi kasus prasasi Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa Jawa apabila dilihat dengan menggunakan分析kontrtri ?翻译为:Adapun tujuannya untuk mendeskripsikan konstruksi pasif dalam bahasa java Kuna (studi kasus pada prasasi Hariñjiŋ A, B, C) dan bahasa java serta membandingkan kedua pola kalimat tersebut。方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentitian是指,方法penpentiya。apapun kespulpulannya adalah konstruksi kalimat pasif dalam bahasa Jawa Kuna (dalam penulisan prasasi Hariñjiŋ A, B, dan C) memiliki bentuk pasif transitif dan juga pasif intransitif yang sama dengan bahasa Jawa。Bentuk pasifnya ditandai dengan prefiks ka-, kombinasi afiks -in- an, kombinasi afiks -in- akan, kombinasi afiks ma- -akĕn, dan infiks -in-。Sedangkan bahasa java hanya diketahui prefiks di-, konfiks di- -ni, dan konfiks di- -ne, atau dipun- -aken。Dapat dispulkan juga bahwa kalimat penanda pasif bahasa Jawa bukan diturunkan dari bahasa Jawa Kuna melainkan mendapat pengaruh dari bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa印度尼西亚。