{"title":"Menyingkap Makna Objek Pendidikan dalam Istilah Al-Ahl/الأهل, Al-‘Asyirah/العشيرة, Al-Aqrab/الأقرب","authors":"Musaddad Harahap, Munzir Hitami, Abu Anwar","doi":"10.22373/jie.v5i2.11939","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Masalah dalam penelitian ini adalah pentingnya memahami hakikat objek pendidikan perspektif pendidikan Islam. Secara umum objek pendidikan sering dipahami hanya sekedar manusia yang membutuhkan pembelajaran. Namun dalam pendidikan Islam, objek pendidikan tidak hanya sekedar manusia secara individual, tetapi melebihi dari itu. Manusia sebagai objek pendidikan memiliki dimensi yang sangat luas. Pendidikan Islam telah mengisyaratkan hal itu dalam sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Sunaah Nabi Muhammad SAW. Untuk menjawab masalah penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Adapun hasil penelitian ini adalah objek pendidikan dalam Islam mengacuk kepada beberapa kata. Pertama, kata ahl yaitu memiliki makna keluarga, istri, kerabat, atau orang yang tinggal di tempat yang sama. kata ahl juga bisa mengacu kepada berbagai kelompok-kelompok yang terbentuk dan dibentuk dalam realitas kehidupan umat manusia. Kedua, kata ‘asyirah memiliki pemaknaan yang variatif. Adapun penekanan makna yang paling dominan adalah keluarga dalam lingkup yang lebih besar bila dibandingkan keluarga dalam istilah ahl. Sehingga istilah ‘asyirah tersebut tidak hanya sebatas hubungan karena nasab, tetapi juga hubungan karena adanya kesamaan baik secara geografis atau tempat tinggal, suku, kabilah atau karena adanya komunikasi interaktif yang intens di antara sesama kelompok masyarakat yang ada. Ketiga, istilah al-qurbu (القرب) lebih mengarah kepada keluarga yang diikat oleh persaudaraan, boleh jadi persaudaraan itu akibat adanya garis keturunan atau persaudaraan yang hanya sebatas karena adanya persamaan persepsi. Dengan demikian, dalam pendidikan Islam pendidikan tidak hanya fokus untuk bagaimana membelajarkan manusia sebagai individu, tetapi manusia dalam berbagai komunitas pun tetap mendapat perhatian serius dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu teraktualisasikannya iman dan dan takwa kepada Allah SWT dalam diri.","PeriodicalId":32967,"journal":{"name":"DAYAH","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"DAYAH","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/jie.v5i2.11939","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Masalah dalam penelitian ini adalah pentingnya memahami hakikat objek pendidikan perspektif pendidikan Islam. Secara umum objek pendidikan sering dipahami hanya sekedar manusia yang membutuhkan pembelajaran. Namun dalam pendidikan Islam, objek pendidikan tidak hanya sekedar manusia secara individual, tetapi melebihi dari itu. Manusia sebagai objek pendidikan memiliki dimensi yang sangat luas. Pendidikan Islam telah mengisyaratkan hal itu dalam sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Sunaah Nabi Muhammad SAW. Untuk menjawab masalah penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Adapun hasil penelitian ini adalah objek pendidikan dalam Islam mengacuk kepada beberapa kata. Pertama, kata ahl yaitu memiliki makna keluarga, istri, kerabat, atau orang yang tinggal di tempat yang sama. kata ahl juga bisa mengacu kepada berbagai kelompok-kelompok yang terbentuk dan dibentuk dalam realitas kehidupan umat manusia. Kedua, kata ‘asyirah memiliki pemaknaan yang variatif. Adapun penekanan makna yang paling dominan adalah keluarga dalam lingkup yang lebih besar bila dibandingkan keluarga dalam istilah ahl. Sehingga istilah ‘asyirah tersebut tidak hanya sebatas hubungan karena nasab, tetapi juga hubungan karena adanya kesamaan baik secara geografis atau tempat tinggal, suku, kabilah atau karena adanya komunikasi interaktif yang intens di antara sesama kelompok masyarakat yang ada. Ketiga, istilah al-qurbu (القرب) lebih mengarah kepada keluarga yang diikat oleh persaudaraan, boleh jadi persaudaraan itu akibat adanya garis keturunan atau persaudaraan yang hanya sebatas karena adanya persamaan persepsi. Dengan demikian, dalam pendidikan Islam pendidikan tidak hanya fokus untuk bagaimana membelajarkan manusia sebagai individu, tetapi manusia dalam berbagai komunitas pun tetap mendapat perhatian serius dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu teraktualisasikannya iman dan dan takwa kepada Allah SWT dalam diri.