{"title":"Model Pendidikan Qur'ani dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional","authors":"Y. Aristyasari, Chusnul Azhar","doi":"10.22373/jie.v5i1.10721","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The purpose of this study is to explore the educational model from the Quranic perspective and its implications for emotional intelligence development. This research will continue by looking at the Qur'an from a normative and historical perspective in order to create a model of education through the Qur'an. Content analysis was employed as the analytical technique, with the data sources being the Qur'an text and the Tafsir of the Ministry of Religion, as well as secondary data sources from diverse relevant publications. The Quranic education approach begins with the purpose of forming a perfect human. This goal already included those with emotional intelligence based on the Bakaran Adz-Dzakiey theory's indicators.The interpretation of the Qur'an text reveals that the approach is the merger of SCL and TCL, which is then disclosed in the ways of lectures, stories, examples, case studies, discussions, assignments, and rihlah. Through guidance, satire, reprimand, and praise, the Quranic education paradigm calls for improvements in the teaching and learning process. This paradigm was chosen because it is used by exemplary figures in the Qur'an with great emotional intelligence Diawali dari pembelajaran online di masa pandemi yang membawa dampak besar terhadap segala aspek, khususnya sisi emosional peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk menggali model pendidikan perspektif al-Qur’an dan implikasinya terhadap pengembangan kecerdasan emosional. penelitian ini berlanjut dengan menggali al-Qur’an secara normatif dan historis untuk menemukan model pendidikan melalui kerangka teori ciri model pembelajaran. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis konten dengan sumber data teks al-Qur’an dan Tafsir Kementerian Agama didukung sumber data sekunder dari berbagai literatur yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa Model pendidikan Qur’ani dimulai dari penetapan tujuan untuk membentuk insan kamil (insan paripurna). Dalam tujuan tersebut sudah terkandung insan yang memiliki kecerdasan emosional dengan indikator yang dikemukakan oleh Bakaran Adz-Dzakiey . Hasil pemahaman dari teks al-Qur’an menunjukkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integrasi SCL dan TCL yang kemudian diturunkan dalam metode ceramah, kisah, keteladanan, studi kasus, diskusi, penugasan, dan rihlah. Model pendidikan Qur’ani menghendaki adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar melalui nasihat, sindiran, teguran, dan pujian. Pemilihan rangkaian model tersebut adalah karena model tersebut diterapkan oleh figur-figur teladan yang Allah kisahkan dalam al-Qur’an, seperti para-Nabi dan Rasul, orang-orang salih sehingga menghasilkan generasi-generasi yang memiliki kemampuan atau kecerdasan emosional yang tinggi","PeriodicalId":32967,"journal":{"name":"DAYAH","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"DAYAH","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/jie.v5i1.10721","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
The purpose of this study is to explore the educational model from the Quranic perspective and its implications for emotional intelligence development. This research will continue by looking at the Qur'an from a normative and historical perspective in order to create a model of education through the Qur'an. Content analysis was employed as the analytical technique, with the data sources being the Qur'an text and the Tafsir of the Ministry of Religion, as well as secondary data sources from diverse relevant publications. The Quranic education approach begins with the purpose of forming a perfect human. This goal already included those with emotional intelligence based on the Bakaran Adz-Dzakiey theory's indicators.The interpretation of the Qur'an text reveals that the approach is the merger of SCL and TCL, which is then disclosed in the ways of lectures, stories, examples, case studies, discussions, assignments, and rihlah. Through guidance, satire, reprimand, and praise, the Quranic education paradigm calls for improvements in the teaching and learning process. This paradigm was chosen because it is used by exemplary figures in the Qur'an with great emotional intelligence Diawali dari pembelajaran online di masa pandemi yang membawa dampak besar terhadap segala aspek, khususnya sisi emosional peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk menggali model pendidikan perspektif al-Qur’an dan implikasinya terhadap pengembangan kecerdasan emosional. penelitian ini berlanjut dengan menggali al-Qur’an secara normatif dan historis untuk menemukan model pendidikan melalui kerangka teori ciri model pembelajaran. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis konten dengan sumber data teks al-Qur’an dan Tafsir Kementerian Agama didukung sumber data sekunder dari berbagai literatur yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa Model pendidikan Qur’ani dimulai dari penetapan tujuan untuk membentuk insan kamil (insan paripurna). Dalam tujuan tersebut sudah terkandung insan yang memiliki kecerdasan emosional dengan indikator yang dikemukakan oleh Bakaran Adz-Dzakiey . Hasil pemahaman dari teks al-Qur’an menunjukkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integrasi SCL dan TCL yang kemudian diturunkan dalam metode ceramah, kisah, keteladanan, studi kasus, diskusi, penugasan, dan rihlah. Model pendidikan Qur’ani menghendaki adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar melalui nasihat, sindiran, teguran, dan pujian. Pemilihan rangkaian model tersebut adalah karena model tersebut diterapkan oleh figur-figur teladan yang Allah kisahkan dalam al-Qur’an, seperti para-Nabi dan Rasul, orang-orang salih sehingga menghasilkan generasi-generasi yang memiliki kemampuan atau kecerdasan emosional yang tinggi