{"title":"KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sastra Hamka","authors":"Nunu Burhanuddin","doi":"10.21274/EPIS.2015.10.2.353-384","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’). Along with the strengthening of secular-nationalist ideology post-independence, there arose the concept of nationalism based on a number of sources are opposite to each other. That nationalism eclectic style Soekarno applying Marxist analysis of the oppression of imperialism and at the same time, using the hostility of the Muslims against the infidel invaders. He rolled Nasakom concept to symbolize the unity of nationalism, religion and communism. In this context, the authors look at the complex issue of ideology Nasakom so many leaders, scholars and Moslem scientists who take distance with the figure number one in Indonesia at the time, like Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Mohammad Hatta and Hamka. The latter figure, namely Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) which is the author’s attention related to the concept of nationalism carried. This study aims to determine the construction of nationalism-religious thought Hamka in literary works, such as Si Sabariah, Under the Protection Ka’bah, Sinking Ship Van Der Wijck, and Going away to Deli. The data obtained from the novels above were analyzed through the theory of hermeneutics, a scientific approach that connects the reader (reciter) with texts (al-Maqru‘).","PeriodicalId":31250,"journal":{"name":"Episteme Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman","volume":"10 1","pages":"353-384"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2015-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Episteme Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21274/EPIS.2015.10.2.353-384","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
Seiring dengan menguatnya ideologi nasionalis-sekuler pascakemerdekaan, muncullah konsep nasionalisme berdasarkan sejumlah sumber yang bertolak belakang satu sama lain. Itulah nasionalisme eklektik ala Soekarno yang menerapkan analisis Marxis tentang penindasan imperialisme dan pada saat yang sama, menggunakan sikap permusuhan kaum Muslimin terhadap penjajah kafir. Ia menggelindingkan konsep Nasakom untuk menyimbolkan kesatuan nasionalisme, agama dan komunisme. Dalam konteks ini, penulis melihat permasalahan kompleks ideologi Nasakom sehingga banyak tokoh, ulama dan ilmuwan Muslim yang mengambil jarak dengan tokoh nomor wahid di Indonesia saat itu, seperti Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Muhammad Hatta dan Hamka. Tokoh yang disebut belakangan, yakni Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) inilah yang menjadi perhatian penulis terkait konsep nasionalisme yang diusungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pemikiran nasionalisme-religius Hamka dalam karya-karya sastranya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Data-data yang diperoleh dari novel-novel di atas dianalisis melalui teori hermeneutika, suatu pendekatan ilmiah yang menghubungkan antara pembaca (qari) dengan teks (al-Maqru’). Along with the strengthening of secular-nationalist ideology post-independence, there arose the concept of nationalism based on a number of sources are opposite to each other. That nationalism eclectic style Soekarno applying Marxist analysis of the oppression of imperialism and at the same time, using the hostility of the Muslims against the infidel invaders. He rolled Nasakom concept to symbolize the unity of nationalism, religion and communism. In this context, the authors look at the complex issue of ideology Nasakom so many leaders, scholars and Moslem scientists who take distance with the figure number one in Indonesia at the time, like Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, Mohammad Hatta and Hamka. The latter figure, namely Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (Hamka) which is the author’s attention related to the concept of nationalism carried. This study aims to determine the construction of nationalism-religious thought Hamka in literary works, such as Si Sabariah, Under the Protection Ka’bah, Sinking Ship Van Der Wijck, and Going away to Deli. The data obtained from the novels above were analyzed through the theory of hermeneutics, a scientific approach that connects the reader (reciter) with texts (al-Maqru‘).
随着民族主义意识形态在独立后的发展,民族主义的概念出现在许多相互冲突的来源的基础上。这就是苏加诺式的兼顾马克思主义分析帝国主义,同时利用穆斯林对异教徒侵略者的敌意。他推动了Nasakom的概念,象征着民族主义、宗教和共产主义的统一。在这种背景下,作家认为纳萨克姆意识形态的复杂问题是如此之大,以至于许多穆斯林学者和学者与当时的印尼数字人物穆罕默德·纳萨尔(Muhammad Natsir)、哈吉·阿古斯·萨利姆(Haji Agus Salim)、穆罕默德·哈塔(Muhammad Hatta)和哈姆卡(Hamka)保持距离。后者是哈吉·阿卜杜勒·马利克·本·阿卜杜勒·卡里姆·阿姆鲁拉(hamrullah),这引起了作者对他所倡导的民族主义概念的关注。这项研究的目的是要弄清楚哈姆卡在其文学作品中的民族主义思想的结构,比如萨巴拉亚,在保护下,从上述小说中获得的数据是通过解释学理论分析的,这是一种将读者(qari)和文本(al-Maqru ')联系起来的科学方法。在安全国家意识形态的力量下,有一种民族主义的概念,这种观念是建立在一大堆资源对彼此有利的基础上的。这种民族主义的eekarno应用马克思主义评估方法利用了穆斯林对入侵者的敌意。他提倡民族主义、宗教和共产主义的统一。在这个背景下,当局看到的是如此多的领导人、学者和穆斯林学者的复杂问题,他们当时持有印尼第一人物的人物,比如穆罕默德·纳萨尔(Muhammad Natsir)、哈吉斯·萨利姆(Haji Agus Salim)、穆罕默德·哈玛塔(Mohammad Hatta)和哈姆卡(Hamka)。后者的形象,namely朝觐Malik bin Abdul Karim Amrullah (hamrullah),这与古巴国家问题的概念有关。这项研究旨在确定文学作品中汉卡的建设,这样,在保护克尔巴,铸造范德威克的船,然后去熟食店。从上面的小说中获取的数据是对解释性理论的分析,对读者和文本的读者进行了科学验证。