Pedagogik Kritis dalam Membangun Pendidikan Humanis

Aulad Pub Date : 2021-12-30 DOI:10.31004/aulad.v4i3.194
Siti Humaeroh, Sofian Abdulatif, W. Winarti, Husen Windayana
{"title":"Pedagogik Kritis dalam Membangun Pendidikan Humanis","authors":"Siti Humaeroh, Sofian Abdulatif, W. Winarti, Husen Windayana","doi":"10.31004/aulad.v4i3.194","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pendidikan kini semakin kehilangan makna sebagai wahana untuk pendewasaan seluruh penghuni yang ada di dalamnya. Pendidikan semakin membuat rekonstruksi humanisme, dalam prosesnya siswa diperlakukan seperti di dalam penjara, karena tidak ada perbedaan antara sekolah dengan penjara jika ruang-ruang kelas masih harus tertutup sehingga menyebabkan siswa kehilangan optik cakrawala. Siswa hanya cenderung diam di bangku dan tidak bergerak sedikit pun ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan dibuatnya artikel ini adalah keresahan penulis akan pendidikan yang tidak menjadikan manusia sebagai manusia, tidak menjadikan peserta didik sebagai subjek dalam pendidikan, dan tidak menjadikan sebuah dialog sebagai suatu peran sebagai komponen yang sangat diperlukan dari proses belajar maupun mencari tahu. Padahal sesungguhnya sifat pendidikan itu bersifat membimbing dan harus menuju sebuah arah perubahan. Melalui metode studi literatur, penulis mencari referensi dari berbagai sumber seperti buku, artikel ilmiah, jurnal, tesis, dll. Pendidikan yang bersifat humanistis ini juga menurut Paule Freire yang mencetuskan konsep pendidikan hadapan masalah guru dan siswa  sama-sama belajar tanpa adanya unsur paksaan yang menjadikan siswanya bebas dalam artian merdeka dalam berpikir, mengambil keputusan, dan mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dipilihnya sehingga siswa diperlakukan layaknya sebagai manusia yang hakikatnya terus berpikir. Dengan demikian berdasarkan hasil kajian literatur yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendidikan humanis ini dapat membuat peserta didik senantiasa berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan dan memiliki kemerdekaan dalam proses pembelajaran","PeriodicalId":33365,"journal":{"name":"Aulad","volume":"106 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Aulad","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31004/aulad.v4i3.194","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Pendidikan kini semakin kehilangan makna sebagai wahana untuk pendewasaan seluruh penghuni yang ada di dalamnya. Pendidikan semakin membuat rekonstruksi humanisme, dalam prosesnya siswa diperlakukan seperti di dalam penjara, karena tidak ada perbedaan antara sekolah dengan penjara jika ruang-ruang kelas masih harus tertutup sehingga menyebabkan siswa kehilangan optik cakrawala. Siswa hanya cenderung diam di bangku dan tidak bergerak sedikit pun ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan dibuatnya artikel ini adalah keresahan penulis akan pendidikan yang tidak menjadikan manusia sebagai manusia, tidak menjadikan peserta didik sebagai subjek dalam pendidikan, dan tidak menjadikan sebuah dialog sebagai suatu peran sebagai komponen yang sangat diperlukan dari proses belajar maupun mencari tahu. Padahal sesungguhnya sifat pendidikan itu bersifat membimbing dan harus menuju sebuah arah perubahan. Melalui metode studi literatur, penulis mencari referensi dari berbagai sumber seperti buku, artikel ilmiah, jurnal, tesis, dll. Pendidikan yang bersifat humanistis ini juga menurut Paule Freire yang mencetuskan konsep pendidikan hadapan masalah guru dan siswa  sama-sama belajar tanpa adanya unsur paksaan yang menjadikan siswanya bebas dalam artian merdeka dalam berpikir, mengambil keputusan, dan mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dipilihnya sehingga siswa diperlakukan layaknya sebagai manusia yang hakikatnya terus berpikir. Dengan demikian berdasarkan hasil kajian literatur yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendidikan humanis ini dapat membuat peserta didik senantiasa berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan dan memiliki kemerdekaan dalam proses pembelajaran
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
教育的关键教育性
教育正变得越来越没有意义,因为它阻碍了整个社区的成长。教育导致了人文主义的重建,在这个过程中,学生被当作囚犯对待,因为如果教室必须关闭,学生就会失去视觉视野,学校和监狱之间没有区别。学生在学习过程中,往往呆在长凳上,一动也不动。这篇文章的目的是让作者对教育的焦虑,这些教育既不能使人成为人,也不能使学习者成为教育的主题,也不能使对话成为学习和探索过程中不可或缺的组成部分。但教育的本质是引导性的,必须朝着改变的方向前进。通过文献研究的方法,作者从各种来源寻找参考资料,如书籍、科学文章、期刊、论文等。这种humanistis性质的教育也根据Paule sefa引发教育概念问题面前的老师和学生一起学习,没有任何胁迫因素造就了学生自由方面独立思考、决策和能力中所负责的选择,以至于学生们一样被对待,作为人类本质上继续思考。因此,根据所作的文献研究,可以得出这样的结论:这种人文教育可以使学习者在解决问题和获得学习过程中的自由方面不断地进行批判性思考
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
81
审稿时长
8 weeks
期刊最新文献
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas II SDN 190 Pekanbaru Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Makanan Tradisional di Taman Kanak Kanak Implementation of Literacy-Based Early Childhood Learning Program Management Identifikasi Kemampuan Regulasi Emosi dalam Pengasuhan Anak Usia Dini di Yogyakarta Pengembangan Ebook Mitigasi Bencana Kebakaran Untuk Anak Usia 5-6 Tahun
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1