Analisis Struktur Biaya Logistik Jaringan Distribusi Lobster Gunungkidul untuk Penyusunan Strategi Rantai Pasok

IF 0.2 Q4 AGRONOMY agriTECH Pub Date : 2022-09-06 DOI:10.22146/agritech.44799
An Naafi Yuliati Lat, Msie. Adi Djoko Guritno, Ir. Guntarti Tatik Mulyati, Stp. Mp. Anggoro Cahyo Sukartiko
{"title":"Analisis Struktur Biaya Logistik Jaringan Distribusi Lobster Gunungkidul untuk Penyusunan Strategi Rantai Pasok","authors":"An Naafi Yuliati Lat, Msie. Adi Djoko Guritno, Ir. Guntarti Tatik Mulyati, Stp. Mp. Anggoro Cahyo Sukartiko","doi":"10.22146/agritech.44799","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Lobster merupakan komoditas perikanan tangkap dengan permintaan yang terus meningkat serta memiliki harga jual tinggi.Hal ini dikarenakan lobster memiliki rasa yang gurih, mengandung banyak protein, serta modal penangkapan dan upaya penanganan produk yang tinggi. Pelaku dalam rantai pasok lobster dari Gunungkidul terdiri dari pemilik kapal, nelayan, TPI, pengepul kecil, pengepul besar, pengecer, dan eksportir. Nelayan sebagai initial supplier tidak dapat menentukan harga jual lobster karena model harga yang berbasis pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya logistik yang dikeluarkan pada masing-masing pelaku untuk memilih strategi rantai pasok yang tepat dilakukan.\nMetode perhitungan biaya dengan Activity Based Costing dipilih karena lebih akurat dibandingkan metode perhitungan biaya tradisional (berdasarkan volume). Indepth interview dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya pada masing-masing pelaku. Objek lokasi penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling berdasarkan daerah produksi lobster terbesar di DIY, yaitu di Gunungkidul lebih tepatnya di TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu, dan PPP Sadeng. Responden penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling dan snowball sampling.\nSistem rantai pasok dikatakan berhasil apabila dapat menekan biaya serendah-rendahnya dengan menghasilkan kualitas yang memuaskan serta adanya pembagian keuntungan yang merata. Pada rantai pasok lobster dari Gunungkidul, biaya paling besar dikeluarkan untuk aktivitas procurement (66,34%). Nelayan merupakan pihak yang menanggung biaya paling banyak. Keuntungan terbesar diperoleh pemilik kapal hingga 876,56% dari total biaya yang dikeluarkannya. Kondisi ini mengindikasikan adanya inefisiensi pada rantai pasok lobster Gunungkidul. Untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok lobster maka diperlukan penerapan strategi efisiensi, sedangkan untuk merespon permintaan lobster yang terus meningkat maka perlu dilakukan strategi responsif. Kedua strategi ini dapat dikolaborasikan dengan menggunakan decoupling point untuk menentukan kapan dan dimana masing-masing strategi dapat diterapkan.\n\nLobster is a fishery commodity with demand that continues to increase and has a high selling price due to its savory taste, contains a lot of protein, high capital and high product handling efforts. The stakeholders in the Gunungkidul lobster supply chain consist of ship owners, fishermen, TPI, small collectors, big collectors, retailers, and exporters. Fishermen as initial suppliers can't determine the selling price of lobster because of the market-based price model. This study aims to analyze the logistical costs incurred for each stakeholder to choose the right supply chain strategy.\nCost calculation method with Activity Based Costing was chosen because it is more accurate than traditional methods. The indepth interview was conducted to find out the cost of each stakeholder. The object of the research location was determined by purposive sampling based on the largest lobster production area in DIY, namely Gunungkidul especially in TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu and PPP Sadeng. The research respondents were determined based on purposive sampling and snowball sampling.\nThe supply chain system is said to be successful if it can reduce costs as low as possible by producing satisfactory quality and even distribution of benefits. In lobster supply chain from Gunungkidul, the highest cost is spent on procurement activities (66.34%) and the fishermen are the party that costs the most. While the biggest profit is obtained by the ship owner up to 876.56% of the total costs incurred. This condition indicates an inefficiency in the lobster supply chain fromGunungkidul. To improve lobster supply chain efficiency, it is necessary to implement an efficiency strategy, while in response to lobster demand that continously increase a responsive strategy is needed. Both of these strategies can be collaborated using decoupling points to determine when and where each strategy can be applied.","PeriodicalId":7563,"journal":{"name":"agriTECH","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.2000,"publicationDate":"2022-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"agriTECH","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/agritech.44799","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"AGRONOMY","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Lobster merupakan komoditas perikanan tangkap dengan permintaan yang terus meningkat serta memiliki harga jual tinggi.Hal ini dikarenakan lobster memiliki rasa yang gurih, mengandung banyak protein, serta modal penangkapan dan upaya penanganan produk yang tinggi. Pelaku dalam rantai pasok lobster dari Gunungkidul terdiri dari pemilik kapal, nelayan, TPI, pengepul kecil, pengepul besar, pengecer, dan eksportir. Nelayan sebagai initial supplier tidak dapat menentukan harga jual lobster karena model harga yang berbasis pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya logistik yang dikeluarkan pada masing-masing pelaku untuk memilih strategi rantai pasok yang tepat dilakukan. Metode perhitungan biaya dengan Activity Based Costing dipilih karena lebih akurat dibandingkan metode perhitungan biaya tradisional (berdasarkan volume). Indepth interview dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya pada masing-masing pelaku. Objek lokasi penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling berdasarkan daerah produksi lobster terbesar di DIY, yaitu di Gunungkidul lebih tepatnya di TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu, dan PPP Sadeng. Responden penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling dan snowball sampling. Sistem rantai pasok dikatakan berhasil apabila dapat menekan biaya serendah-rendahnya dengan menghasilkan kualitas yang memuaskan serta adanya pembagian keuntungan yang merata. Pada rantai pasok lobster dari Gunungkidul, biaya paling besar dikeluarkan untuk aktivitas procurement (66,34%). Nelayan merupakan pihak yang menanggung biaya paling banyak. Keuntungan terbesar diperoleh pemilik kapal hingga 876,56% dari total biaya yang dikeluarkannya. Kondisi ini mengindikasikan adanya inefisiensi pada rantai pasok lobster Gunungkidul. Untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok lobster maka diperlukan penerapan strategi efisiensi, sedangkan untuk merespon permintaan lobster yang terus meningkat maka perlu dilakukan strategi responsif. Kedua strategi ini dapat dikolaborasikan dengan menggunakan decoupling point untuk menentukan kapan dan dimana masing-masing strategi dapat diterapkan. Lobster is a fishery commodity with demand that continues to increase and has a high selling price due to its savory taste, contains a lot of protein, high capital and high product handling efforts. The stakeholders in the Gunungkidul lobster supply chain consist of ship owners, fishermen, TPI, small collectors, big collectors, retailers, and exporters. Fishermen as initial suppliers can't determine the selling price of lobster because of the market-based price model. This study aims to analyze the logistical costs incurred for each stakeholder to choose the right supply chain strategy. Cost calculation method with Activity Based Costing was chosen because it is more accurate than traditional methods. The indepth interview was conducted to find out the cost of each stakeholder. The object of the research location was determined by purposive sampling based on the largest lobster production area in DIY, namely Gunungkidul especially in TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu and PPP Sadeng. The research respondents were determined based on purposive sampling and snowball sampling. The supply chain system is said to be successful if it can reduce costs as low as possible by producing satisfactory quality and even distribution of benefits. In lobster supply chain from Gunungkidul, the highest cost is spent on procurement activities (66.34%) and the fishermen are the party that costs the most. While the biggest profit is obtained by the ship owner up to 876.56% of the total costs incurred. This condition indicates an inefficiency in the lobster supply chain fromGunungkidul. To improve lobster supply chain efficiency, it is necessary to implement an efficiency strategy, while in response to lobster demand that continously increase a responsive strategy is needed. Both of these strategies can be collaborated using decoupling points to determine when and where each strategy can be applied.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
分析贡京东龙虾分销网络的结构成本,为制订供应链战略
它们是渔业的一种商品,需求不断增加,价格不断上涨。这是因为龙虾有很好的风味,含有丰富的蛋白质,以及高端产品捕获和加工的资本。登国龙虾连锁店的参与者包括船主、渔民、TPI、小包装者、大包装者、零售商和出口商。由于以市场为基础的价格模型,渔民作为供应商不能确定龙虾的销售价格。本研究旨在分析每个参与者选择正确的供应链战略所产生的物流成本。选择基于动机的成本计算方法,因为它比传统成本计算方法(根据体积)更准确。进行采访索引,了解每个参与者的成本。研究地点的目标是根据DIY最大的龙虾生产区域的采样确定的,即TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI dong, TPI ung, TPI Nampu,和PPP Sadeng。研究对象是基于采样和雪球采样来确定的。据说,通过提供令人满意的质量和平等的利润分配来降低低成本,这种做法是成功的。在山区的龙虾供应链上,投资的成本最高(66.34%)。捕鱼是收费最高的一方。船东从其总成本中获得的最大利润为86.56%。这种情况表明山洪龙虾供应链效率低下。为了提高龙虾供应链的效率,我们需要实施一种效率战略,而应对对龙虾不断增长的需求则需要一种响应策略。这两种策略都可以通过解构点来合作,以确定每一种策略的部署时间和地点。龙虾是一种饱和度的商品,它不断增长,对其口味有高价格的奖励,包括大量的蛋白质、高资本和高手工制作的efforts。山区龙虾供应公司的利益集团考虑到船主费雪门、TPI、小收藏家、大收藏家、零售人员和出口人员。由于市场价格模型,供应商无法确定龙虾的销售价格。这项研究旨在分析每一个股股战略都需要的逻辑合作。基于实际方法的计算方法被选中,因为它比传统方法更准确。寻求关系的索引是要找出每个利益相关者的代价。研究地点的目标是基于DIY、namely gunrenehan、TPI Drini、TPI drung、TPI napi Nampu和PPP Sadeng的大型龙虾生产区域的结果。这项研究的反应是基于采样和雪球采样。说,如果生产质量和甚至贝尼费的分销,供应链系统将会成功。在贡根基尔的龙虾供应链中,最大的成本花在了资金活动上(66.34%),而肇事者是最花钱的人。虽然最大的利润被扣押在船上的权力占876.56%这一情况在龙虾供应链上引起了一场感染。为了增加龙虾供应链的effiency,需要实施一种有效的策略,而对龙虾需求的反应则需要一种积极的策略。这些策略都可以用解构点来确定战略在什么时候以及在什么地方可以应用。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
agriTECH
agriTECH AGRONOMY-
自引率
0.00%
发文量
30
审稿时长
24 weeks
期刊最新文献
Characteristics of Bread with The Substitution of Fermented Purple Yam Flour (Dioscorea alata) Characterization of Mixed Rice: Nutritional Value, Physicochemical Properties, Organoleptic, and Glycemic Index Effect of Priming on Brassica rapa subsp. chinensis (Bok Choy) Seeds Germination Effects of Extraction Temperature on Polyphenol Compounds and Antioxidant Activity of Golden Bladderwort (Utricularia aurea) Whey Protein-Pectin Conjugate by Wet-Dry Heating: Optimization using Response Surface Methodology with Box-Behnken Design
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1