{"title":"PENGARUH ISLAM DAN KEBUDAYAAN MELAYU TERHADAP KESENIAN MADIHIN MASYARAKAT BANJAR","authors":"Atqo Akmal","doi":"10.18592/AL-BANJARI.V17I1.2044","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Banjaresse Culture is a transformation and transculturation of the pre-Islamic religious beliefs with post-Islamization. The contact between the two cultures resulted in a new Banjar entity that strongly influenced by the values of Islam and Malay culture. In art, madihin emerges as the result of assimilation between Malay-Muslim and Banjar art cultures. Madihin has similarities to the oral literature of Malay, pantun and verse, but it is delivered in Banjaresse language, with rhymes that are not necessarily follow certain pattern (eg: must be a-a-a-a or a-b-a-b), no limitation for number of stanza, and not play a particular drama. The emergence of madihin is a transformation of qasida form which present to mark the presence of Islam in the archiplego. The use of tarbang as a musical instrument in madihin, similar to qasida with its rebana-drums. However, madihin is different from the qasida arts whose lyrics are the verses of the song. Madihin is likely an oral literature that has no pattern of regular rhyme and lyric, and not too concerned with the suitability of the lyrics, verse with the rhythm, as an important conformity in the music of qasida. Budaya masyarakat Banjar merupakan transformasi dan transkulturasi religiusitas kepercayaan pra-Islam dengan paska islamisasi. Pertemuan keduanya menghasilkan suatu entitas Banjar baru yang dipengaruhi kuat oleh nilai dan ajaran Islam serta kebudayaan melayu. Dalam bidang kesenian, sastra lisan madihin muncul sebagai hasil dari asimilasi antara kebudayaan Melayu-Islam dan Banjar. Madihin memiliki kesamaan dengan sastra lisan melayu sejenis pantun dan syair, namun disampaikan dalam bahasa Banjar, dengan rima yang tidak mesti teratur (misalnya harus: a-a-a-a atau a-b-a-b), jumlah bait yang tidak baku, dan tidak melakonkan suatu drama tertentu. Kemunculan madihin merupakan transformasi bentuk qasida yang hadir ke nusantara saat berkembangnya Islam. Penggunaan tarbang sebagai instrumen musik pengiring dalam pertunjukkan madihin, mirip dengan kesenian qasida dengan gendang rebana-nya. Namun madihin berbeda dengan kesenian qasida yang liriknya merupakan bait-bait lagu, madihin merupakan penyampaian sastra lisan sejenis pantun dan syair yang dilagukan, serta tidak terlalu mementingkan kesesuaian bait lirik dengan irama, satu kesesuaian yang penting dalam musik qasida .","PeriodicalId":32130,"journal":{"name":"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/AL-BANJARI.V17I1.2044","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Banjaresse Culture is a transformation and transculturation of the pre-Islamic religious beliefs with post-Islamization. The contact between the two cultures resulted in a new Banjar entity that strongly influenced by the values of Islam and Malay culture. In art, madihin emerges as the result of assimilation between Malay-Muslim and Banjar art cultures. Madihin has similarities to the oral literature of Malay, pantun and verse, but it is delivered in Banjaresse language, with rhymes that are not necessarily follow certain pattern (eg: must be a-a-a-a or a-b-a-b), no limitation for number of stanza, and not play a particular drama. The emergence of madihin is a transformation of qasida form which present to mark the presence of Islam in the archiplego. The use of tarbang as a musical instrument in madihin, similar to qasida with its rebana-drums. However, madihin is different from the qasida arts whose lyrics are the verses of the song. Madihin is likely an oral literature that has no pattern of regular rhyme and lyric, and not too concerned with the suitability of the lyrics, verse with the rhythm, as an important conformity in the music of qasida. Budaya masyarakat Banjar merupakan transformasi dan transkulturasi religiusitas kepercayaan pra-Islam dengan paska islamisasi. Pertemuan keduanya menghasilkan suatu entitas Banjar baru yang dipengaruhi kuat oleh nilai dan ajaran Islam serta kebudayaan melayu. Dalam bidang kesenian, sastra lisan madihin muncul sebagai hasil dari asimilasi antara kebudayaan Melayu-Islam dan Banjar. Madihin memiliki kesamaan dengan sastra lisan melayu sejenis pantun dan syair, namun disampaikan dalam bahasa Banjar, dengan rima yang tidak mesti teratur (misalnya harus: a-a-a-a atau a-b-a-b), jumlah bait yang tidak baku, dan tidak melakonkan suatu drama tertentu. Kemunculan madihin merupakan transformasi bentuk qasida yang hadir ke nusantara saat berkembangnya Islam. Penggunaan tarbang sebagai instrumen musik pengiring dalam pertunjukkan madihin, mirip dengan kesenian qasida dengan gendang rebana-nya. Namun madihin berbeda dengan kesenian qasida yang liriknya merupakan bait-bait lagu, madihin merupakan penyampaian sastra lisan sejenis pantun dan syair yang dilagukan, serta tidak terlalu mementingkan kesesuaian bait lirik dengan irama, satu kesesuaian yang penting dalam musik qasida .
班加雷斯文化是对前伊斯兰宗教信仰的转变和后伊斯兰化的跨文化。两种文化之间的接触产生了一个受伊斯兰教和马来文化价值观强烈影响的新的班加尔实体。在艺术上,madihin是马来-穆斯林和班杰尔艺术文化融合的结果。Madihin与马来语,潘顿语和诗歌的口头文学有相似之处,但它是用班加勒斯语传递的,押韵不一定遵循一定的模式(例如:必须是a-a-a或a-b-a-b),没有节数的限制,也没有特定的戏剧。马迪欣的出现是卡西达形式的转变,标志着伊斯兰教在archiplego的存在。在马迪欣中使用塔邦作为一种乐器,类似于用雷巴纳鼓的卡西达。然而,马迪琴不同于卡西达艺术,卡西达艺术的歌词是歌曲的歌词。马迪欣很可能是一种口述文学,没有规律的押韵和抒情模式,不太关心歌词的适宜性,诗句与节奏的契合,是卡西达音乐的重要一致性。【翻译】Banjar merupakan transformasi和transkulturasi religiusis是kepercayaan和pra-Islam。Pertemuan keduanya menghasilkan suatu entitas Banjar baru yang dipengaruhi kuat oleh nilai dan ajaran Islam serta kebudayaan melayu。达拉姆·比当·克塞尼安,萨斯特拉·利桑·马迪欣,蒙古人,赛巴加伊·哈西尔,阿斯特拉·克布达亚安,马来亚-伊斯兰教丹·班贾尔。maddihin memiliki kesaman dengan sastra lisan melayu sejenis pantun dan syair, namun disamaikan dalam bahasa Banjar, dengan rima yang tidak mesti teru (misalnya harus: a-a-a-a atau a-b-a-b), jumlah bait yang tidak baku, dan tidak melakonkan suatu drama tertentu。Kemunculan madihin merupakan transformasi bentuk qasida yang hadir ke nusantara saat berkembangnya Islam。Penggunaan tarbang sebagai乐器音乐pengiring dalam pertunjukkan madihin, mirip dengan kesenian qasida dengan gendang rebana-nya。Namun madihin berbeda dengan kesenian qasida yang liriknya merupakan bait lagu, madihin merupakan penyampaian sastra lisan sejenis pantun dan syair yang dilagukan, serta titiak terlalu mementingkan kessuan bait lirik dengan irama, satu kessuan yang pendan dalam musik qasida。