{"title":"Hubungan dan pemikiran para perwira Batak pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945-1959","authors":"Rafida Dwikaneta, H. Humaidi, Sri Martini","doi":"10.17977/um081v3i12023p29-43","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research uses historical method with descriptive-narrative approach and aim to describe the history of the relationship between Batak officers in the Indonesian military during the Revolution to the Liberals in 1945—1959. The results showed that Batak officers were involved in many conflicts, especially in the 1950s, which Ulf Sundhaussen called the Trial and Trial Era. The conflict between the Batak officers involved various events, including the ReRa Hatta incident, the 17 October 1952 incident, Nasution became the Army Chief of Staff for the second time, the Lubis incident, and finally the PRRI rebellion. Differences in educational and religious backgrounds did not really matter to the Batak officers at that time. That means, the Batak officers at that time showed that they prioritized their idealism over their fellow tribesmen. In fact, Batak customs are closely related to the family contained. However, many Batak officers who became leaders in the Army showed that they had a work ethic and morals, in accordance with traditions.Penelitian ini menggunakan metode historis dengan pendekatan deskriptif-naratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah hubungan dan pemikiran para perwira Batak dalam militer Indonesia pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945—1959. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perwira Batak banyak terlibat konflik, terutama pada tahun 1950-an, yang disebut Ulf Sundhaussen sebagai Era Coba-Coba. Konflik para perwira Batak ini meliputi berbagai peristiwa, antara lain ReRa Hatta, Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution menjadi KSAD kedua kalinya, Peristiwa Lubis, hingga puncaknya pada pemberontakan PRRI. Perbedaan latar belakang pendidikan maupun agama tidak terlalu menjadi masalah bagi para perwira Batak masa itu. Itu artinya, perwira Batak masa itu menunjukkan mengutamakan idealismenya dibandingkan kekerabatan sesama sukunya. Padahal, adat Batak terkenal dengan kekeluargaan yang erat. Bagaimanapun, perwira Batak banyak yang menjadi pemimpin dalam Angkatan Darat menunjukkan bahwa mereka memiliki etos kerja dan moral, sesuai dengan ajaran adatnya.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Modern Russian History and Historiography","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/um081v3i12023p29-43","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"HISTORY","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This research uses historical method with descriptive-narrative approach and aim to describe the history of the relationship between Batak officers in the Indonesian military during the Revolution to the Liberals in 1945—1959. The results showed that Batak officers were involved in many conflicts, especially in the 1950s, which Ulf Sundhaussen called the Trial and Trial Era. The conflict between the Batak officers involved various events, including the ReRa Hatta incident, the 17 October 1952 incident, Nasution became the Army Chief of Staff for the second time, the Lubis incident, and finally the PRRI rebellion. Differences in educational and religious backgrounds did not really matter to the Batak officers at that time. That means, the Batak officers at that time showed that they prioritized their idealism over their fellow tribesmen. In fact, Batak customs are closely related to the family contained. However, many Batak officers who became leaders in the Army showed that they had a work ethic and morals, in accordance with traditions.Penelitian ini menggunakan metode historis dengan pendekatan deskriptif-naratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah hubungan dan pemikiran para perwira Batak dalam militer Indonesia pada masa Revolusi hingga Liberal tahun 1945—1959. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perwira Batak banyak terlibat konflik, terutama pada tahun 1950-an, yang disebut Ulf Sundhaussen sebagai Era Coba-Coba. Konflik para perwira Batak ini meliputi berbagai peristiwa, antara lain ReRa Hatta, Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution menjadi KSAD kedua kalinya, Peristiwa Lubis, hingga puncaknya pada pemberontakan PRRI. Perbedaan latar belakang pendidikan maupun agama tidak terlalu menjadi masalah bagi para perwira Batak masa itu. Itu artinya, perwira Batak masa itu menunjukkan mengutamakan idealismenya dibandingkan kekerabatan sesama sukunya. Padahal, adat Batak terkenal dengan kekeluargaan yang erat. Bagaimanapun, perwira Batak banyak yang menjadi pemimpin dalam Angkatan Darat menunjukkan bahwa mereka memiliki etos kerja dan moral, sesuai dengan ajaran adatnya.
本研究采用描述叙事的历史方法,旨在描述1945-1959年印尼革命至自由党期间巴塔克军官之间关系的历史。结果显示,巴塔克军官参与了许多冲突,特别是在20世纪50年代,乌尔夫·森德豪森称之为“审判和审判时代”。巴塔克军官之间的冲突涉及各种事件,包括ReRa Hatta事件,1952年10月17日事件,Nasution第二次成为陆军参谋长,Lubis事件,最后是PRRI叛乱。当时,教育和宗教背景的差异对巴塔克军官来说并不重要。这意味着,当时的巴塔克军官表现出他们将理想主义置于部落同胞之上。事实上,巴塔克人的风俗与所包含的家庭密切相关。然而,许多成为军队领导人的巴塔克军官表明,他们具有符合传统的职业道德和道德。Penelitian ini menggunakan方法历史是登高登高,登高登高,登高登高,登高登高,登高登高,登高登高Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perwira Batak banyak terlibat konflik, terutama pada tahun 1950-an, yang disebut Ulf Sundhaussen sebagai Era Coba-Coba。Konflik para perwira Batak ini meliputi berbagai peristiwa, antara lain ReRa Hatta, peristiwa 1952年10月17日,Nasution menjadi KSAD kedua kalinya, peristiwa Lubis, hinga puncaknya padpadpemberontakan PRRI。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。这是我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想。Padahal, adat Batak, terkenal dengan, kekeluargaan yang。巴格曼纳潘,perwira Batak banyak yang menjadi pemimpin dalam Angkatan Darat menunjukkan bahwa mereka memiliki ettos kerja dan moral, sesuai dengan ajaran adatnya。