{"title":"PENGUASAAN LEKSIKON ARKAIS BAHASA MELAYU AMBON DI KALANGAN PEMUDA DI KOTA AMBON","authors":"Erni Erniati","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.180.28--41","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kondisi bahasa-bahasa daerah di Maluku saat ini semakin berkurang penuturnya. Ini terjadi karena adanya hubungan kausatif dengan sikap dan pilihan penutur terhadap bahasa dan eksistensi bahasa Melayu Ambon. bahasa Melayu Ambon adalah bahasa pengantar dalam komunikasi informal antaretnis di Maluku. bahasa Melayu Ambon sebagai suatu anasir yang terbentuk akibat proses asimilasi yang panjang dalam kurun waktu lama tak dapat dipungkiri turut menyerap sebagian besar kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Belanda, serta bahasa-bahasa daerah setempat. Dalam perkembangannya, berbagai faktor eksternal seperti sikap bahasa, minat bahasa, preferensi, serta pewarisan register bahasa dalam berbagai tataran disinyalir telah menyebabkan semacam proses ‘arkaisme’ atau ‘penuaan’ terhadap kosakata tertentu, terutama kosakata yang berasal atau mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa Eropa dan bahasa daerah. Ketika kebutuhan menyampaikan makna dalam leksikon, frasa, dan kalimat dalam satu bahasa tidak sebanding dengan penguasaan kosakata yang ada, maka penutur cenderung menggantikan unsur-unsur tersebut dengan leksikon dan frasa dari bahasa yang berada pada tingkatan atau ragam yang lebih rendah/ informal. Pada akhirnya, penggunaan leksikon dan kosakata dari bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa tua perlahan-lahan mulai tergantikan oleh unsur-unsur dari bahasa yang lebih modern, atau yang menduduki fungsi normatif dalam komunikasi oleh pemakai bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini diharapkan akan dapat mengukur penguasaan leksikon arkais pada kelompok usia pemuda yakni dalam tataran mikrolinguistik dan mengidentifikasi penguasaan leksikon arkais pada tataran morfologis sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan leksikon arkais kedua desa tersebut berada pada kategori kurang baik.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.180.28--41","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PENGUASAAN LEKSIKON ARKAIS BAHASA MELAYU AMBON DI KALANGAN PEMUDA DI KOTA AMBON
Kondisi bahasa-bahasa daerah di Maluku saat ini semakin berkurang penuturnya. Ini terjadi karena adanya hubungan kausatif dengan sikap dan pilihan penutur terhadap bahasa dan eksistensi bahasa Melayu Ambon. bahasa Melayu Ambon adalah bahasa pengantar dalam komunikasi informal antaretnis di Maluku. bahasa Melayu Ambon sebagai suatu anasir yang terbentuk akibat proses asimilasi yang panjang dalam kurun waktu lama tak dapat dipungkiri turut menyerap sebagian besar kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Belanda, serta bahasa-bahasa daerah setempat. Dalam perkembangannya, berbagai faktor eksternal seperti sikap bahasa, minat bahasa, preferensi, serta pewarisan register bahasa dalam berbagai tataran disinyalir telah menyebabkan semacam proses ‘arkaisme’ atau ‘penuaan’ terhadap kosakata tertentu, terutama kosakata yang berasal atau mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa Eropa dan bahasa daerah. Ketika kebutuhan menyampaikan makna dalam leksikon, frasa, dan kalimat dalam satu bahasa tidak sebanding dengan penguasaan kosakata yang ada, maka penutur cenderung menggantikan unsur-unsur tersebut dengan leksikon dan frasa dari bahasa yang berada pada tingkatan atau ragam yang lebih rendah/ informal. Pada akhirnya, penggunaan leksikon dan kosakata dari bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa tua perlahan-lahan mulai tergantikan oleh unsur-unsur dari bahasa yang lebih modern, atau yang menduduki fungsi normatif dalam komunikasi oleh pemakai bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini diharapkan akan dapat mengukur penguasaan leksikon arkais pada kelompok usia pemuda yakni dalam tataran mikrolinguistik dan mengidentifikasi penguasaan leksikon arkais pada tataran morfologis sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan leksikon arkais kedua desa tersebut berada pada kategori kurang baik.