Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.31813/gramatika/7.2.2019.209.137-145
Mulawarni Mulawarni, Emzir Emzir, Ratna Dewanti
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan model pembelajaran kontekstual aksara Han untuk guru Bahasa Mandarin SMA / SMK / MA dalam pelatihan guru Bahasa Mandarin yang dilakukan oleh Bahasa PPPPTK. Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan model ADDIE, dengan langkah-langkah untuk meninjau literatur, menyediakan instrumen untuk 35 guru bahasa Mandarin, dan wawancara dengan teman sebaya. Data yang diperoleh dianalisis sebagai bahan utama dalam mengembangkan bahan ajar dalam model pembelajaran. Analisis data penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis kebutuhan menunjukkan bahwa dari 35 guru, terdapat 50% sarjana, 33% diploma, dan 17% magister. Sementara itu, ada 61% guru yang memiliki latar belakang bahasa dan sastra Cina, 6% memiliki pendidikan bahasa Mandarin, dan sisanya selain bahasa Mandarin. Selain itu, 27 guru mengklaim bahwa pembelajaran online cocok untuk guru karena mereka tidak terikat oleh jarak dan waktu, 35 guru menyatakan bahwa dibutuhkan model pembelajaran yang menggabungkan konsep pengetahuan dan pengalaman, dan 33 guru juga mengklaim bahwa model pembelajaran kontekstual cocok untuk digunakan dalam bahan naskah Han. Lebih lanjut, ada 23 guru yang menyatakan bahwa asal mula aksara Han penting, 24 orang menyatakan bahwa struktur dan komponen aksara Han penting untuk dikuasai, 25 orang menyatakan bahwa pembentukan kata-kata dari aksara Han dan aturan penulisan sesuai dengan standar menjadi standar kompetensi yang harus dikuasai oleh guru bahasa Mandarin, dan 17 orang menjawab pentingnya budaya dalam mempelajari aksara Han.
{"title":"ANALISIS KEBUTUHAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKTUAL AKSARA HAN BERBASIS WEBSITE (BAGI GURU BAHASA MANDARIN SMA/SMK/MA)","authors":"Mulawarni Mulawarni, Emzir Emzir, Ratna Dewanti","doi":"10.31813/gramatika/7.2.2019.209.137-145","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/gramatika/7.2.2019.209.137-145","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan model pembelajaran kontekstual aksara Han untuk guru Bahasa Mandarin SMA / SMK / MA dalam pelatihan guru Bahasa Mandarin yang dilakukan oleh Bahasa PPPPTK. Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan model ADDIE, dengan langkah-langkah untuk meninjau literatur, menyediakan instrumen untuk 35 guru bahasa Mandarin, dan wawancara dengan teman sebaya. Data yang diperoleh dianalisis sebagai bahan utama dalam mengembangkan bahan ajar dalam model pembelajaran. Analisis data penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis kebutuhan menunjukkan bahwa dari 35 guru, terdapat 50% sarjana, 33% diploma, dan 17% magister. Sementara itu, ada 61% guru yang memiliki latar belakang bahasa dan sastra Cina, 6% memiliki pendidikan bahasa Mandarin, dan sisanya selain bahasa Mandarin. Selain itu, 27 guru mengklaim bahwa pembelajaran online cocok untuk guru karena mereka tidak terikat oleh jarak dan waktu, 35 guru menyatakan bahwa dibutuhkan model pembelajaran yang menggabungkan konsep pengetahuan dan pengalaman, dan 33 guru juga mengklaim bahwa model pembelajaran kontekstual cocok untuk digunakan dalam bahan naskah Han. Lebih lanjut, ada 23 guru yang menyatakan bahwa asal mula aksara Han penting, 24 orang menyatakan bahwa struktur dan komponen aksara Han penting untuk dikuasai, 25 orang menyatakan bahwa pembentukan kata-kata dari aksara Han dan aturan penulisan sesuai dengan standar menjadi standar kompetensi yang harus dikuasai oleh guru bahasa Mandarin, dan 17 orang menjawab pentingnya budaya dalam mempelajari aksara Han.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131912542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.161.10--15
Michele Hitijahubessy
Kesantunan berbahasa berperan dalam membangun hubungan baik dengan seseorang karena kesantunan berbahasa dapat membuat interaksi yang dilakukan berjalan lancar, efektif, dan tidak mengancam muka. Melihat fenomena tersebut peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan tipe prinsip berbahasa dalam interaksi penutur Ambon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Kemudian dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Setelah data diperoleh, kemudian peneliti mengklasifikasikan data dan menganalisis menggunakan konsep prinsip-prinsip kesantunan dari Leech (1983) dan strategi kesantunan dari Brown dan Lavison (1987). Hasil dari penelitian ini peneliti menemukan bahwa penutur Ambon dalam berinteraksi sehari-hari menggunakan keenam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawaan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Serta strategi kesantunan yang dipakai adalah strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Hal ini agar interaksi yang dilakukan dapat berjalan lancar, menjaga hubungan baik, dan efektif.
{"title":"PRINSIP-PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI ANTARA SESAMA PENUTUR AMBON","authors":"Michele Hitijahubessy","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.161.10--15","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.161.10--15","url":null,"abstract":"Kesantunan berbahasa berperan dalam membangun hubungan baik dengan seseorang karena kesantunan berbahasa dapat membuat interaksi yang dilakukan berjalan lancar, efektif, dan tidak mengancam muka. Melihat fenomena tersebut peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan tipe prinsip berbahasa dalam interaksi penutur Ambon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Kemudian dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Setelah data diperoleh, kemudian peneliti mengklasifikasikan data dan menganalisis menggunakan konsep prinsip-prinsip kesantunan dari Leech (1983) dan strategi kesantunan dari Brown dan Lavison (1987). Hasil dari penelitian ini peneliti menemukan bahwa penutur Ambon dalam berinteraksi sehari-hari menggunakan keenam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawaan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Serta strategi kesantunan yang dipakai adalah strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Hal ini agar interaksi yang dilakukan dapat berjalan lancar, menjaga hubungan baik, dan efektif.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"126 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116428720","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.166.16--27
A. Y. Tenriawali
Penelitian ini membahas tentang bahasa prasangka sosial dalam cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Bahasa yang mengandung prasangka juga terdapat dalam karya sastra. Karya sastra sebagai karya imajiner biasanya menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil kontempelasi dan reaksi pengarang, lingkungan, dan kehidupan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi strategi bahasa yang mengandung prasangka dalam cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah teks yang diambil dari cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Analisis data dalam penelitian ini terdiri atas; (1) pengumpulan data berupa teks, yang dianggap menunjukkan prasangka dalam cerpen, dan (2) pengidentifikasian teks yang telah didapatkan berdasarkan ekspresi prasangka dan perangkat retoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa sastra dalam cerpen tidak terlepas dari prasangka. Tipe strategi bahasa yang digunakan adalah; repetisi, generalisasi, penunjukan kaum minoritas, dan penyebutan nama asal. Dari hasli penelitian terlihat bahwa semua tipe strategi bahasa baik itu repetisi, generalisasi, penunjukan kaum minoritas, maupun penyebutan nama asal cenderung digunakan untuk menunjukkan prasangka negatif.
{"title":"BAHASA PRASANGKA SOSIAL DALAM CERPEN “CLARA” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA","authors":"A. Y. Tenriawali","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.166.16--27","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.166.16--27","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang bahasa prasangka sosial dalam cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Bahasa yang mengandung prasangka juga terdapat dalam karya sastra. Karya sastra sebagai karya imajiner biasanya menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil kontempelasi dan reaksi pengarang, lingkungan, dan kehidupan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi strategi bahasa yang mengandung prasangka dalam cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah teks yang diambil dari cerpen “Clara” karya Seno Gumira Ajidarma. Analisis data dalam penelitian ini terdiri atas; (1) pengumpulan data berupa teks, yang dianggap menunjukkan prasangka dalam cerpen, dan (2) pengidentifikasian teks yang telah didapatkan berdasarkan ekspresi prasangka dan perangkat retoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa sastra dalam cerpen tidak terlepas dari prasangka. Tipe strategi bahasa yang digunakan adalah; repetisi, generalisasi, penunjukan kaum minoritas, dan penyebutan nama asal. Dari hasli penelitian terlihat bahwa semua tipe strategi bahasa baik itu repetisi, generalisasi, penunjukan kaum minoritas, maupun penyebutan nama asal cenderung digunakan untuk menunjukkan prasangka negatif.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"352 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122847962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.189.1--9
Yohanes Adhi Satiyoko
Penelitian ini mengungkapkan sisi kemanusiaan dalam ranah politik yang tergambar melalui cerita pendek berbahasa Jawa (cerkak) karangan Krishna Miharja berjudul “Jenengku: Asu”. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dialektika tokoh utama dengan dunia sosialnya. Tujuan penelitian adalah menjelaskan dialektika tokoh utama dengan lingkungan sosialnya, khususnya dalam usahanya memenuhi ambisi politiknya. Pembahasan dalam analisis ini menggunakan kerangka pikir sosiologi pengetahuan Peter Berger melalui dialektika proses eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan tokoh utama dalam memenuhi ambisinya disebabkan karena ambisi politiknya tidak didukung oleh kemampuan dan pengetahuan yang cukup. Sikap tersebut bertentangan dengan filosofi orang Jawa “aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa”, sebuah kearifan lokal untuk introspeksi diri.
{"title":"“AJA RUMANGSA BISA NANGING BISAA RUMANGSA” PESAN MORAL DALAM KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI CERPEN “JENENGKU: ASU” KARYA KRISHNA MIHARJA","authors":"Yohanes Adhi Satiyoko","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.189.1--9","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.189.1--9","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengungkapkan sisi kemanusiaan dalam ranah politik yang tergambar melalui cerita pendek berbahasa Jawa (cerkak) karangan Krishna Miharja berjudul “Jenengku: Asu”. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dialektika tokoh utama dengan dunia sosialnya. Tujuan penelitian adalah menjelaskan dialektika tokoh utama dengan lingkungan sosialnya, khususnya dalam usahanya memenuhi ambisi politiknya. Pembahasan dalam analisis ini menggunakan kerangka pikir sosiologi pengetahuan Peter Berger melalui dialektika proses eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan tokoh utama dalam memenuhi ambisinya disebabkan karena ambisi politiknya tidak didukung oleh kemampuan dan pengetahuan yang cukup. Sikap tersebut bertentangan dengan filosofi orang Jawa “aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa”, sebuah kearifan lokal untuk introspeksi diri.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127633624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.176.42--49
Mujahid Taha
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk proklitik pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga bahasa Taba (BT). Metode yang dipakai adalah metode kumpul data dan analisis data. Data penelitian ini merupakan morfem yang mengandung unsur proklitik yang melekat pada kata kerja (verba), kata depan (partikel preposisi), dan kata benda (nomina) yang bersifat singularis posesif. Sumber data penelitian ini adalah data lisan yang dituturkan langsung oleh penutur asli BT di Desa Waigitang, Kecamatan Pulau Makeang, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kata kerja BT berproklitik pronomina persona pertama dan jamak, persona pertama: k-, n-, (benda), dan n- (insani), persona pertama jamak: tit/tat- dan a-; persona kedua tunggal dan jamak, persona kedua tunggal pada morfem m- dan persona kedua jamak pada morfem h-; dan persona ketiga tunggal pada morfem i-, serta persona ketiga jamak pada morfem l-.
本研究旨在了解第一个、第二种和第三种塔巴语的直义代词形式。他们使用的方法是数据收集和数据分析。本研究数据为动词(动词)、介词(介词)和物主(名词)(名词)所附的物质学。这项研究的数据来源是BT母语人士在Waigitang村直接发布的口头数据。根据研究,出现了第一个复数代词代词,第一个人:k-, n- n,(对象)和n- (insani),第一个复数人物:第二个单数和复数,第二个单数在m m-和第二个复数在morfem -;还有m m i上的第三个单数字符,以及m上的第三个复数字符。
{"title":"PROKLITIK PRONOMINA PERSONA BAHASA TABA","authors":"Mujahid Taha","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.176.42--49","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.176.42--49","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk proklitik pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga bahasa Taba (BT). Metode yang dipakai adalah metode kumpul data dan analisis data. Data penelitian ini merupakan morfem yang mengandung unsur proklitik yang melekat pada kata kerja (verba), kata depan (partikel preposisi), dan kata benda (nomina) yang bersifat singularis posesif. Sumber data penelitian ini adalah data lisan yang dituturkan langsung oleh penutur asli BT di Desa Waigitang, Kecamatan Pulau Makeang, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kata kerja BT berproklitik pronomina persona pertama dan jamak, persona pertama: k-, n-, (benda), dan n- (insani), persona pertama jamak: tit/tat- dan a-; persona kedua tunggal dan jamak, persona kedua tunggal pada morfem m- dan persona kedua jamak pada morfem h-; dan persona ketiga tunggal pada morfem i-, serta persona ketiga jamak pada morfem l-.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133952825","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.183.64--70
Fida Febriningsih
Penelitian ini bertujuan mengetahui kesalahan ejaan apa saja yang terdapat dalam Surat Permintaan Keterangan Ahli Bahasa dari Polda Maluku Utara dan memberikan rekomendasi perbaikan sebagai tambahan informasi bagi penulisan surat berikutnya. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Sesuai hasil penelitian ditemukan empat jenis kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan huruf, kesalahan penulisan kata, kesalahan pemakaian tanda baca, dan kesalahan penulisan unsur serapan.
{"title":"KESALAHAN EJAAN DALAM SURAT PERMINTAAN KETERANGAN AHLI BAHASA DARI POLDA MALUKU UTARA","authors":"Fida Febriningsih","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.183.64--70","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.183.64--70","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui kesalahan ejaan apa saja yang terdapat dalam Surat Permintaan Keterangan Ahli Bahasa dari Polda Maluku Utara dan memberikan rekomendasi perbaikan sebagai tambahan informasi bagi penulisan surat berikutnya. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Sesuai hasil penelitian ditemukan empat jenis kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan huruf, kesalahan penulisan kata, kesalahan pemakaian tanda baca, dan kesalahan penulisan unsur serapan.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"PAMI-5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126434784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.180.28--41
Erni Erniati
Kondisi bahasa-bahasa daerah di Maluku saat ini semakin berkurang penuturnya. Ini terjadi karena adanya hubungan kausatif dengan sikap dan pilihan penutur terhadap bahasa dan eksistensi bahasa Melayu Ambon. bahasa Melayu Ambon adalah bahasa pengantar dalam komunikasi informal antaretnis di Maluku. bahasa Melayu Ambon sebagai suatu anasir yang terbentuk akibat proses asimilasi yang panjang dalam kurun waktu lama tak dapat dipungkiri turut menyerap sebagian besar kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Belanda, serta bahasa-bahasa daerah setempat. Dalam perkembangannya, berbagai faktor eksternal seperti sikap bahasa, minat bahasa, preferensi, serta pewarisan register bahasa dalam berbagai tataran disinyalir telah menyebabkan semacam proses ‘arkaisme’ atau ‘penuaan’ terhadap kosakata tertentu, terutama kosakata yang berasal atau mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa Eropa dan bahasa daerah. Ketika kebutuhan menyampaikan makna dalam leksikon, frasa, dan kalimat dalam satu bahasa tidak sebanding dengan penguasaan kosakata yang ada, maka penutur cenderung menggantikan unsur-unsur tersebut dengan leksikon dan frasa dari bahasa yang berada pada tingkatan atau ragam yang lebih rendah/ informal. Pada akhirnya, penggunaan leksikon dan kosakata dari bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa tua perlahan-lahan mulai tergantikan oleh unsur-unsur dari bahasa yang lebih modern, atau yang menduduki fungsi normatif dalam komunikasi oleh pemakai bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini diharapkan akan dapat mengukur penguasaan leksikon arkais pada kelompok usia pemuda yakni dalam tataran mikrolinguistik dan mengidentifikasi penguasaan leksikon arkais pada tataran morfologis sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan leksikon arkais kedua desa tersebut berada pada kategori kurang baik.
{"title":"PENGUASAAN LEKSIKON ARKAIS BAHASA MELAYU AMBON DI KALANGAN PEMUDA DI KOTA AMBON","authors":"Erni Erniati","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.180.28--41","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.180.28--41","url":null,"abstract":"Kondisi bahasa-bahasa daerah di Maluku saat ini semakin berkurang penuturnya. Ini terjadi karena adanya hubungan kausatif dengan sikap dan pilihan penutur terhadap bahasa dan eksistensi bahasa Melayu Ambon. bahasa Melayu Ambon adalah bahasa pengantar dalam komunikasi informal antaretnis di Maluku. bahasa Melayu Ambon sebagai suatu anasir yang terbentuk akibat proses asimilasi yang panjang dalam kurun waktu lama tak dapat dipungkiri turut menyerap sebagian besar kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Belanda, serta bahasa-bahasa daerah setempat. Dalam perkembangannya, berbagai faktor eksternal seperti sikap bahasa, minat bahasa, preferensi, serta pewarisan register bahasa dalam berbagai tataran disinyalir telah menyebabkan semacam proses ‘arkaisme’ atau ‘penuaan’ terhadap kosakata tertentu, terutama kosakata yang berasal atau mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa Eropa dan bahasa daerah. Ketika kebutuhan menyampaikan makna dalam leksikon, frasa, dan kalimat dalam satu bahasa tidak sebanding dengan penguasaan kosakata yang ada, maka penutur cenderung menggantikan unsur-unsur tersebut dengan leksikon dan frasa dari bahasa yang berada pada tingkatan atau ragam yang lebih rendah/ informal. Pada akhirnya, penggunaan leksikon dan kosakata dari bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa tua perlahan-lahan mulai tergantikan oleh unsur-unsur dari bahasa yang lebih modern, atau yang menduduki fungsi normatif dalam komunikasi oleh pemakai bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini diharapkan akan dapat mengukur penguasaan leksikon arkais pada kelompok usia pemuda yakni dalam tataran mikrolinguistik dan mengidentifikasi penguasaan leksikon arkais pada tataran morfologis sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan leksikon arkais kedua desa tersebut berada pada kategori kurang baik.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114911411","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.181.71--79
Ety Duwila, Nurfani Nurfani
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan penanda kata ganti orang dalam bahasa Ternate. Sebagai bahasa etnik, bahasa Ternate memiliki keunikan tersendiri. Bahasa Ternate memiliki keunikan tata bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa dalam bahasa Ternate terdapat bentuk-bentuk kata ganti orang, yaitu fajaru, fangare, ngori, ngom, ngone, ngon, ngana, una, mina, dan ana yang merupakan morfem bebas sehingga dalam kalimat dapat berdiri sendiri dan dalam kalimat aktif mengisi fungsi subjek (S). Selain itu, dalam bahasa ini juga terdapat bentuk penanda kata ganti orang yang kedudukannya dalam tuturan maupun secara gramatika tidak dapat berdiri sendiri. Meskipun demikian, bentuk terikat ini memiliki arti leksial, yaitu sebagai penanda kata ganti orang. Bentuk-bentuk penanda kata ganti orang BT adalah: to- (penanda pronomina persona pertama tunggal), mi- (penanda pronomina persona pertama jamak eksklusif), si- (penanda pronomina persona pertama jamak inklusif), no- (penanda pronomina persona kedua tunggal), ni- (penanda pronomina persona kedua jamak), o- (penanda pronomina persona ketiga tunggal), dan i- (penanda pronomina persona ketiga jamak).
{"title":"PENANDA KATA GANTI ORANG DALAM BAHASA TERNATE","authors":"Ety Duwila, Nurfani Nurfani","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.181.71--79","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.181.71--79","url":null,"abstract":"Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan penanda kata ganti orang dalam bahasa Ternate. Sebagai bahasa etnik, bahasa Ternate memiliki keunikan tersendiri. Bahasa Ternate memiliki keunikan tata bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa dalam bahasa Ternate terdapat bentuk-bentuk kata ganti orang, yaitu fajaru, fangare, ngori, ngom, ngone, ngon, ngana, una, mina, dan ana yang merupakan morfem bebas sehingga dalam kalimat dapat berdiri sendiri dan dalam kalimat aktif mengisi fungsi subjek (S). Selain itu, dalam bahasa ini juga terdapat bentuk penanda kata ganti orang yang kedudukannya dalam tuturan maupun secara gramatika tidak dapat berdiri sendiri. Meskipun demikian, bentuk terikat ini memiliki arti leksial, yaitu sebagai penanda kata ganti orang. Bentuk-bentuk penanda kata ganti orang BT adalah: to- (penanda pronomina persona pertama tunggal), mi- (penanda pronomina persona pertama jamak eksklusif), si- (penanda pronomina persona pertama jamak inklusif), no- (penanda pronomina persona kedua tunggal), ni- (penanda pronomina persona kedua jamak), o- (penanda pronomina persona ketiga tunggal), dan i- (penanda pronomina persona ketiga jamak).","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129324762","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.173.50--63
S. Susiati
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan eksistensi manusia dalam film “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” karya Herwin Novianto. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan metode audio visual, yakni dengan melihat dan mendengar suatu objek dari gambar dan suara. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Data dianalisis secara deskriptif sesuai dengan teori konsep eksistensi manusia Koeswara yang meliputi empat jenis, yakni kebersamaan dan cinta, pertentangan, keterasingan dan kesepian, serta kematian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep eksistensi manusia dalam film “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” karya Herwin Novianto ada tiga, yakni (1) konsep kebersamaan dan cinta, meliputi keakraban, saling membantu/kerja sama, menasehati, rasa saling menghormati dan menghargai, perhatian, tanggung jawab, keterbukaan, rasa iba, tepa salira, berkeyakinan, serta berkelakar; (2) konsep pertentangan, meliputi ketidaksetujuan, ketidaksepahaman, rasa tidak menghargai, ketidakterimaan, ketidakpercayaan, dan kebencian; (3) konsep keterasingan dan kesepian, meliputi kesedihan, kegelisahan, kejengkelan, kekhawatiran, ketakutan, dan kebohongan.
{"title":"EKSISTENSI MANUSIA DALAM FILM “AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA” KARYA HERWIN NOVIANTO","authors":"S. Susiati","doi":"10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.173.50--63","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/7.1.2019.173.50--63","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan eksistensi manusia dalam film “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” karya Herwin Novianto. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan metode audio visual, yakni dengan melihat dan mendengar suatu objek dari gambar dan suara. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Data dianalisis secara deskriptif sesuai dengan teori konsep eksistensi manusia Koeswara yang meliputi empat jenis, yakni kebersamaan dan cinta, pertentangan, keterasingan dan kesepian, serta kematian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep eksistensi manusia dalam film “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” karya Herwin Novianto ada tiga, yakni (1) konsep kebersamaan dan cinta, meliputi keakraban, saling membantu/kerja sama, menasehati, rasa saling menghormati dan menghargai, perhatian, tanggung jawab, keterbukaan, rasa iba, tepa salira, berkeyakinan, serta berkelakar; (2) konsep pertentangan, meliputi ketidaksetujuan, ketidaksepahaman, rasa tidak menghargai, ketidakterimaan, ketidakpercayaan, dan kebencian; (3) konsep keterasingan dan kesepian, meliputi kesedihan, kegelisahan, kejengkelan, kekhawatiran, ketakutan, dan kebohongan.","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"125 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123302344","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-24DOI: 10.31813/GRAMATIKA/6.2.2018.156.160--168
Fida Febriningsih, Mujahid Taha
Kesantunan berbahasa yang seharusnya menjadi hal penting dalam berkomunikasi saat ini seakan diabaikan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia tapi juga bahasa daerah. Bahasa Melayu Ternate (BMT) adalah salah satu bahasa yang dituturkan hampir di seluruh wilayah Maluku Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam bahasa Melayu Ternate, khususnya menjelaskan tentang prinsip kesantunan dan bentuk tuturan berdasarkan skala pengukur kesantunan. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Hasil penelitian menemukan wujud prinsip kesantunan penutur dibagi menjadi maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian, sedangkan bentuk tuturan berdasarkan skala pengukur kesantunan berbahasa dibagi menjadi skala pilihan (optionality scale), skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala ketidaklangsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak sosial (social distance).
{"title":"Kesantunan dalam Bahasa Melayu Ternate","authors":"Fida Febriningsih, Mujahid Taha","doi":"10.31813/GRAMATIKA/6.2.2018.156.160--168","DOIUrl":"https://doi.org/10.31813/GRAMATIKA/6.2.2018.156.160--168","url":null,"abstract":"Kesantunan berbahasa yang seharusnya menjadi hal penting dalam berkomunikasi saat ini seakan diabaikan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia tapi juga bahasa daerah. Bahasa Melayu Ternate (BMT) adalah salah satu bahasa yang dituturkan hampir di seluruh wilayah Maluku Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam bahasa Melayu Ternate, khususnya menjelaskan tentang prinsip kesantunan dan bentuk tuturan berdasarkan skala pengukur kesantunan. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Hasil penelitian menemukan wujud prinsip kesantunan penutur dibagi menjadi maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian, sedangkan bentuk tuturan berdasarkan skala pengukur kesantunan berbahasa dibagi menjadi skala pilihan (optionality scale), skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala ketidaklangsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak sosial (social distance).","PeriodicalId":344484,"journal":{"name":"Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134017790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}