{"title":"心理教育情绪智慧,以适应未来天主教神父的价值观","authors":"Ka Yan","doi":"10.21460/sendimasvi2021.v6i1.31","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Hidup sebagai imam (pemuka agama katolik) yang diharuskan menjalani kehidupan membiara di berbagai tempat dan perlu berkiprah di tengah umat yang memiliki kemajemukan karakteristik dan persoalan merupakan hal yang tidak mudah untuk dijalani. Selain didasari oleh adanya motivasi yang kuat yang bersumber dari dalam diri, perlu juga diperlengkapi dengan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan agar mampu beradaptasi. Untuk itu, sebelum ditahbiskan menjadi imam, maka calon pemuka agama katolik perlu menempuh pendidikan dalam waktu yang cukup lama. Pada tahun pertama, mereka menjalani pendidikan dan mendapat sebutan ‘postulan’, dan kecerdasan emosional merupakan salah satu topik psikoedukasi yang diangkat dalam tahapan ini. Para postulan diharapkan dapat lebih mampu mengenali emosi mereka maupun oranglain, mampu mengelolanya dan mampu menjalin relasi dengan oranglain sesuai dengan situasi, nilai-nilai dan budaya setempat yang dianut masyarakat setelah mengikuti kegiatan ini. Metode psikoedukasi yang diterapkan adalah ceramah dan diskusi, beserta pengisian kuesioner kecerdasan emosi maupun evaluasi. Hasil yang diperoleh dari kegiatan psikedukasi ini adalah para postulan mendapatkan pemahaman tentang kecerdasan emosi yang tinggi, yaitu pada area pengenalan emosi diri (81,25%) dan membina hubungan dengan orang lain (81,25%). Dengan demikian, kegiatan psikoedukasi ini memberikan manfaat bagi pengembangan diri postulan dan akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.","PeriodicalId":430078,"journal":{"name":"Sendimas 2021 - Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Psikoedukasi Kecerdasan Emosional dalam Rangka Penyesuaian Diri dengan Nilai-Nilai Sekitar Pada Calon Imam Katolik\",\"authors\":\"Ka Yan\",\"doi\":\"10.21460/sendimasvi2021.v6i1.31\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Hidup sebagai imam (pemuka agama katolik) yang diharuskan menjalani kehidupan membiara di berbagai tempat dan perlu berkiprah di tengah umat yang memiliki kemajemukan karakteristik dan persoalan merupakan hal yang tidak mudah untuk dijalani. Selain didasari oleh adanya motivasi yang kuat yang bersumber dari dalam diri, perlu juga diperlengkapi dengan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan agar mampu beradaptasi. Untuk itu, sebelum ditahbiskan menjadi imam, maka calon pemuka agama katolik perlu menempuh pendidikan dalam waktu yang cukup lama. Pada tahun pertama, mereka menjalani pendidikan dan mendapat sebutan ‘postulan’, dan kecerdasan emosional merupakan salah satu topik psikoedukasi yang diangkat dalam tahapan ini. Para postulan diharapkan dapat lebih mampu mengenali emosi mereka maupun oranglain, mampu mengelolanya dan mampu menjalin relasi dengan oranglain sesuai dengan situasi, nilai-nilai dan budaya setempat yang dianut masyarakat setelah mengikuti kegiatan ini. Metode psikoedukasi yang diterapkan adalah ceramah dan diskusi, beserta pengisian kuesioner kecerdasan emosi maupun evaluasi. Hasil yang diperoleh dari kegiatan psikedukasi ini adalah para postulan mendapatkan pemahaman tentang kecerdasan emosi yang tinggi, yaitu pada area pengenalan emosi diri (81,25%) dan membina hubungan dengan orang lain (81,25%). Dengan demikian, kegiatan psikoedukasi ini memberikan manfaat bagi pengembangan diri postulan dan akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.\",\"PeriodicalId\":430078,\"journal\":{\"name\":\"Sendimas 2021 - Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat\",\"volume\":\"43 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-11-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Sendimas 2021 - Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21460/sendimasvi2021.v6i1.31\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sendimas 2021 - Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21460/sendimasvi2021.v6i1.31","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Psikoedukasi Kecerdasan Emosional dalam Rangka Penyesuaian Diri dengan Nilai-Nilai Sekitar Pada Calon Imam Katolik
Hidup sebagai imam (pemuka agama katolik) yang diharuskan menjalani kehidupan membiara di berbagai tempat dan perlu berkiprah di tengah umat yang memiliki kemajemukan karakteristik dan persoalan merupakan hal yang tidak mudah untuk dijalani. Selain didasari oleh adanya motivasi yang kuat yang bersumber dari dalam diri, perlu juga diperlengkapi dengan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan agar mampu beradaptasi. Untuk itu, sebelum ditahbiskan menjadi imam, maka calon pemuka agama katolik perlu menempuh pendidikan dalam waktu yang cukup lama. Pada tahun pertama, mereka menjalani pendidikan dan mendapat sebutan ‘postulan’, dan kecerdasan emosional merupakan salah satu topik psikoedukasi yang diangkat dalam tahapan ini. Para postulan diharapkan dapat lebih mampu mengenali emosi mereka maupun oranglain, mampu mengelolanya dan mampu menjalin relasi dengan oranglain sesuai dengan situasi, nilai-nilai dan budaya setempat yang dianut masyarakat setelah mengikuti kegiatan ini. Metode psikoedukasi yang diterapkan adalah ceramah dan diskusi, beserta pengisian kuesioner kecerdasan emosi maupun evaluasi. Hasil yang diperoleh dari kegiatan psikedukasi ini adalah para postulan mendapatkan pemahaman tentang kecerdasan emosi yang tinggi, yaitu pada area pengenalan emosi diri (81,25%) dan membina hubungan dengan orang lain (81,25%). Dengan demikian, kegiatan psikoedukasi ini memberikan manfaat bagi pengembangan diri postulan dan akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.