Wisnu Adihartono, Ihsan Ali-Fauzi, Irsyad Rafsadi
{"title":"Belajar dari Pemolisian yang Baik: Menangani Konflik Anti-Ahmadiyah di Manis Lor (Jawa Barat) dan Cikeusik (Banten)","authors":"Wisnu Adihartono, Ihsan Ali-Fauzi, Irsyad Rafsadi","doi":"10.58823/jham.v11i11.91","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Konflik  antar agama dan intra agama baik  dalam skala kecil  maupun skala besar rupanya menunjukkan potensi yang  terus meningkat, bahkan kecenderungan yang terjadi diikuti dengan aksi-aksi kekerasan. Konflik bukan hanya menyangkut persoalan tempat ibadah namun juga  konflik  sektarian baik di tingkat internal agama itu sendiri maupun antar agama. Dalam tulisan ini,  tidak   dibahas secara detail tentang apa saja   penyebab konflik  antar maupun intra agama tersebut, namun ingin  melihat dan membandingkan bagaimana peran negara khususnya polisi  sebagai aparat penegak hukum dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik intra agama yang terjadi. Studi kasus yang  menjadi pijakan analisa adalah konflik yang  terjadi di Manis  Lor, Jawa Barat dan Cikeusik,  Banten. Keduanya adalah konflik anti-Ahmadiyah.Terdapat dua hasil  yang  berbeda dari  tindakan polisi  di  kedua  konflik tersebut. Konflik di Manis  Lor, Jawa  Barat dapat dicegah dengan baik  oleh polisi  sehingga tidak  terjadi eskalasi konflik yang  mengarah pada kekerasan massa. Bertolak belakang dengan yang  terjadi di Cikeusik,  meskipun polisi sudah berusaha  untuk melakukan tindakan pencegahan, namun eskalasi konflik   tetap  tidak   terbendung  dan  kekerasan yang   membawa  korban jiwa  terjadi. Belajar pada kedua kasus tersebut, peran polisi  dalam upaya penangkalan atau pencegahan (deterrences) menjadi sangat penting, selain penggunaan kekuatan dan waktu pengerahan aparat kepolisian. Dibutuhkan perhitungan  dan  strategi yang   tepat  serta  keseriusan pimpinan dalam memberikan komando. Di sini  peran pemolisian menjadi sangat penting, mengingat keberhasilan pemolisian konflik  beragama salah satunya adalah keberhasilan dalam upaya preemtif dan preventif.","PeriodicalId":404941,"journal":{"name":"Jurnal Hak Asasi Manusia","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2014-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Hak Asasi Manusia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58823/jham.v11i11.91","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

宗教和宗教内斗在小范围内和大范围内似乎显示出越来越大的潜力,即使是随之而来的暴力倾向。不仅是涉及到会议场所问题,而且冲突宗派冲突无论是在宗教内部本身水平之间的宗教。这篇文章没有详细讨论宗教内冲突的原因,但它想了解并比较国家警察作为执法人员在处理和解决宗教内冲突方面的作用。案例分析的立足点是发生冲突的Lor,西爪哇岛万丹Cikeusik,可爱。这两者都是反伊斯兰冲突。在这两场冲突中,警察的行动有两种不同的结果。西爪哇省甜蜜的洛市的冲突可以由警方很好地预防,以免升级导致大规模暴力的冲突。与该地区的情况相反,尽管警方一直在努力采取预防措施,但冲突不断升级,造成人员伤亡的暴力事件仍在继续。了解到这两种情况,警方在打击或预防方面的作用是至关重要的,除了使用警察的权力和部署时间。它需要精确的计算、策略和指挥官的严肃性。鉴于宗教冲突的成功,其中之一就是在预防和预防方面取得成功。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Belajar dari Pemolisian yang Baik: Menangani Konflik Anti-Ahmadiyah di Manis Lor (Jawa Barat) dan Cikeusik (Banten)
Konflik  antar agama dan intra agama baik  dalam skala kecil  maupun skala besar rupanya menunjukkan potensi yang  terus meningkat, bahkan kecenderungan yang terjadi diikuti dengan aksi-aksi kekerasan. Konflik bukan hanya menyangkut persoalan tempat ibadah namun juga  konflik  sektarian baik di tingkat internal agama itu sendiri maupun antar agama. Dalam tulisan ini,  tidak   dibahas secara detail tentang apa saja   penyebab konflik  antar maupun intra agama tersebut, namun ingin  melihat dan membandingkan bagaimana peran negara khususnya polisi  sebagai aparat penegak hukum dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik intra agama yang terjadi. Studi kasus yang  menjadi pijakan analisa adalah konflik yang  terjadi di Manis  Lor, Jawa Barat dan Cikeusik,  Banten. Keduanya adalah konflik anti-Ahmadiyah.Terdapat dua hasil  yang  berbeda dari  tindakan polisi  di  kedua  konflik tersebut. Konflik di Manis  Lor, Jawa  Barat dapat dicegah dengan baik  oleh polisi  sehingga tidak  terjadi eskalasi konflik yang  mengarah pada kekerasan massa. Bertolak belakang dengan yang  terjadi di Cikeusik,  meskipun polisi sudah berusaha  untuk melakukan tindakan pencegahan, namun eskalasi konflik   tetap  tidak   terbendung  dan  kekerasan yang   membawa  korban jiwa  terjadi. Belajar pada kedua kasus tersebut, peran polisi  dalam upaya penangkalan atau pencegahan (deterrences) menjadi sangat penting, selain penggunaan kekuatan dan waktu pengerahan aparat kepolisian. Dibutuhkan perhitungan  dan  strategi yang   tepat  serta  keseriusan pimpinan dalam memberikan komando. Di sini  peran pemolisian menjadi sangat penting, mengingat keberhasilan pemolisian konflik  beragama salah satunya adalah keberhasilan dalam upaya preemtif dan preventif.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Inkorporasi Hak-Hak Fair Trial dalam Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana Mencari Titik Temu antara Pendidikan HAM dan Transformasi Konflik: Refleksi Pengalaman dari Lapangan Hak atas Pelindungan Data Pribadi pada Proses Penegakan Hukum Pidana ODHIV dan Penerapan Pendekatan Bersentra Kebutuhan Individu/Person-Centered Approach di Layanan HIV (Studi Kasus Enam ODHIV Terkait Pemenuhan Hak atas Kesehatan) Upaya Memutus Rantai Impunitas dan Tantangannya
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1