{"title":"印度尼西亚东旅游胜地竹屋抗震抗议活动","authors":"Nazrina Zuryani","doi":"10.32734/lwsa.v2i1.616","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractPelestarian warisan or heritage protection for bamboo houses with earthquake resistant needs to be encouraged at a post-disaster resilient movement in West Nusa Tenggara and other tourist islands in eastern Indonesia. The ability to be optimistic, empathy with self-efficacy accompanied by emotion regulation after the earthquake became the main aspect of the resilience of the population in the tourist area to start building bamboo houses as commercial lodging. \"Kundun House\" is an example of bamboo lodging on the island of Gili Trawangan, which was built in 2017 one year before the Lombok earthquake that occurred on August 5, 2018 which left the island of Gili Trawangan vacated. The psychological resilience of Kundun homeowner as well as the “Batu Bambu Inn” owner to face the earthquake as well as the solid establishment of their lodgings, the two-story lodging building made of bamboo is still intact without damage after the calamity last August. This paper refers to the theory of global village (McLuhan, 1962 and 1994), a concept that encourages people to interact intensely and live in a global space. At the theoretical level, global village terminology often intertwines with \"disaster resilience\" that reveals livelihoods after the earthquake in Lombok to the surrounding islands including Gili Trawangan which results in damage to school buildings, housing, roads and market infrastructure and also leaves trauma for residents and island tourism entrepreneurs (Gili Trawangan is only 15 square kilometres wide) as well as the island of Lombok. The trauma experienced by the residents of Gili Trawangan shows the need for a sturdy bamboo house model and can be used as a modeling for commercial lodging houses. The potential for more development of earthquake-resistant bamboo houses prototypes of Kundun house are now offered to be developed in the island of Sumba which on the 31st of January 2019 was also rocked by an earthquake. The movement of the bamboo lodging houses in tourist areas should be a reconstruction of the mass bamboo planting ecology as part of the protection of Indonesia's cultural heritage which is famous for its traditional houses that have been tested for earthquake resistance. \n \nHeritage protection (pelestarian warisan) rumah bambu tahan gempa bumi perlu digalakkan sebagai gerakan resilien pasca bencana di Nusa Tenggara Barat dan pulau wisata lain di timur Indonesia. Kemampuan untuk optimis, empati dengan efikasi diri yang disertai dengan regulasi emosi pasca gempa menjadi aspek utama daya lentur penduduk kawasan wisata untuk mulai membangun rumah bambu sebagai penginapan komersial. “Rumah Kundun” menjadi contoh penginapan dari bambu di pulau Gili Trawangan yang dibangun tahun 2017 satu tahun sebelum gempa Lombok yang terjadi tanggal 5 Agustus 2018 yang menyebabkan pulau Gili Trawangan dikosongkan. Kekuatan psikologis resilien pemilik rumah Kundun dan juga penginapan “Batu Bambu” menghadapi gempa serta kokoh berdirinya penginapan mereka yang bangunan penginapannya berlantai dua terbuat dari bambu masih utuh tanpa kerusakan pasca gempa bumi susulan setelah Agustus lalu. Tulisan ini merujuk teori global village (McLuhan, 1962 dan 1994), konsep yang mendorong masyarakat untuk berinteraksi secara intens dan tinggal dalam sebuah ruang global. Pada tataran teoretik, terminologi global village acap berkelindan dengan “resiliensi kebencanaan” yang mengungkap livelihood pasca kejadian gempaLombok hingga ke pulau sekitarnya termasuk Gili Trawangan yang berakibat kerusakan bangunan sekolah, perumahan, jalan dan infrastruktur pasar dan menyisakan trauma bagi penduduk dan pelaku usaha wisata (Gili Trawangan hanya seluas 15 kilometer persegi) dan pulau Lombok. Trauma yang dialami penduduk Gili Trawangan ini memperlihatkan perlunya model rumah bambu yang kokoh dan dapat menjadi percontohan sebagai rumah penginapan komersial. Potensi pengembangan rumah bambu tahan gempa prototipe dari rumah Kundun kini ditawarkan untuk dikembangkan di pulau Sumba yang pada tanggal 31 Januari 2019 lalu juga diguncang gempa bumi. Gerakan resiliansi rumah penginapan bambu di kawasan wisata hendaknya menjadi rekonstruksi ekologi penanaman massif bambu sebagai bagian dari proteksi warisan budaya Indonesia yang terkenal dengan rumah adatnya yang telah teruji tahan gempa.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Gerakan Resiliensi Rumah Penginapan Bambu Tahan Gempa di Pulau Wisata Timur Indonesia\",\"authors\":\"Nazrina Zuryani\",\"doi\":\"10.32734/lwsa.v2i1.616\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"AbstractPelestarian warisan or heritage protection for bamboo houses with earthquake resistant needs to be encouraged at a post-disaster resilient movement in West Nusa Tenggara and other tourist islands in eastern Indonesia. The ability to be optimistic, empathy with self-efficacy accompanied by emotion regulation after the earthquake became the main aspect of the resilience of the population in the tourist area to start building bamboo houses as commercial lodging. \\\"Kundun House\\\" is an example of bamboo lodging on the island of Gili Trawangan, which was built in 2017 one year before the Lombok earthquake that occurred on August 5, 2018 which left the island of Gili Trawangan vacated. The psychological resilience of Kundun homeowner as well as the “Batu Bambu Inn” owner to face the earthquake as well as the solid establishment of their lodgings, the two-story lodging building made of bamboo is still intact without damage after the calamity last August. This paper refers to the theory of global village (McLuhan, 1962 and 1994), a concept that encourages people to interact intensely and live in a global space. At the theoretical level, global village terminology often intertwines with \\\"disaster resilience\\\" that reveals livelihoods after the earthquake in Lombok to the surrounding islands including Gili Trawangan which results in damage to school buildings, housing, roads and market infrastructure and also leaves trauma for residents and island tourism entrepreneurs (Gili Trawangan is only 15 square kilometres wide) as well as the island of Lombok. The trauma experienced by the residents of Gili Trawangan shows the need for a sturdy bamboo house model and can be used as a modeling for commercial lodging houses. The potential for more development of earthquake-resistant bamboo houses prototypes of Kundun house are now offered to be developed in the island of Sumba which on the 31st of January 2019 was also rocked by an earthquake. The movement of the bamboo lodging houses in tourist areas should be a reconstruction of the mass bamboo planting ecology as part of the protection of Indonesia's cultural heritage which is famous for its traditional houses that have been tested for earthquake resistance. \\n \\nHeritage protection (pelestarian warisan) rumah bambu tahan gempa bumi perlu digalakkan sebagai gerakan resilien pasca bencana di Nusa Tenggara Barat dan pulau wisata lain di timur Indonesia. Kemampuan untuk optimis, empati dengan efikasi diri yang disertai dengan regulasi emosi pasca gempa menjadi aspek utama daya lentur penduduk kawasan wisata untuk mulai membangun rumah bambu sebagai penginapan komersial. “Rumah Kundun” menjadi contoh penginapan dari bambu di pulau Gili Trawangan yang dibangun tahun 2017 satu tahun sebelum gempa Lombok yang terjadi tanggal 5 Agustus 2018 yang menyebabkan pulau Gili Trawangan dikosongkan. Kekuatan psikologis resilien pemilik rumah Kundun dan juga penginapan “Batu Bambu” menghadapi gempa serta kokoh berdirinya penginapan mereka yang bangunan penginapannya berlantai dua terbuat dari bambu masih utuh tanpa kerusakan pasca gempa bumi susulan setelah Agustus lalu. Tulisan ini merujuk teori global village (McLuhan, 1962 dan 1994), konsep yang mendorong masyarakat untuk berinteraksi secara intens dan tinggal dalam sebuah ruang global. Pada tataran teoretik, terminologi global village acap berkelindan dengan “resiliensi kebencanaan” yang mengungkap livelihood pasca kejadian gempaLombok hingga ke pulau sekitarnya termasuk Gili Trawangan yang berakibat kerusakan bangunan sekolah, perumahan, jalan dan infrastruktur pasar dan menyisakan trauma bagi penduduk dan pelaku usaha wisata (Gili Trawangan hanya seluas 15 kilometer persegi) dan pulau Lombok. Trauma yang dialami penduduk Gili Trawangan ini memperlihatkan perlunya model rumah bambu yang kokoh dan dapat menjadi percontohan sebagai rumah penginapan komersial. Potensi pengembangan rumah bambu tahan gempa prototipe dari rumah Kundun kini ditawarkan untuk dikembangkan di pulau Sumba yang pada tanggal 31 Januari 2019 lalu juga diguncang gempa bumi. Gerakan resiliansi rumah penginapan bambu di kawasan wisata hendaknya menjadi rekonstruksi ekologi penanaman massif bambu sebagai bagian dari proteksi warisan budaya Indonesia yang terkenal dengan rumah adatnya yang telah teruji tahan gempa.\",\"PeriodicalId\":339972,\"journal\":{\"name\":\"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)\",\"volume\":\"114 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-11-20\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.616\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.616","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
【摘要】在印尼东部的西努沙登加拉岛和其他旅游岛屿,需要在灾后恢复运动中鼓励对具有抗震能力的竹屋进行遗产保护。乐观、共情、自我效能感以及震后情绪调节能力成为旅游区居民开始建竹屋作为商业住宿的适韧性的主要方面。“Kundun House”是吉利特拉旺安岛上的竹屋,建于2018年8月5日龙目岛地震发生前一年的2017年,导致吉利特拉旺安岛空置。Kundun房主和“Batu Bambu客栈”业主面对地震的心理弹性以及他们牢固的住宿设施,去年8月的灾难后,两层竹制住宿大楼仍然完好无损。本文引用了地球村理论(McLuhan, 1962 and 1994),这个概念鼓励人们在一个全球空间中密切互动。在理论层面上,地球村术语通常与“灾难恢复力”交织在一起,它揭示了龙目岛地震后周边岛屿的生计,包括Gili Trawangan,这导致学校建筑、住房、道路和市场基础设施遭到破坏,也给居民和岛屿旅游企业家留下了创伤(Gili Trawangan只有15平方公里宽)以及龙目岛。Gili Trawangan居民所经历的创伤表明需要一个坚固的竹屋模型,可以用作商业住宿房屋的模型。在2019年1月31日也发生了地震的Sumba岛,现在提供了更多开发抗震竹屋的潜力。旅游区竹宿的运动应该是对大规模竹子种植生态的重建,作为印度尼西亚文化遗产保护的一部分,印度尼西亚的传统房屋以其抗震测试而闻名。遗产保护(巴勒斯坦warisan) rumah bambu tahan genpa bumi perlu digalakkan sebagai gerakan resilien pasca bencana di Nusa Tenggara Barat dan pulau wisata lain di timur Indonesia。Kemampuan untuk optimis, empati dengan efikasi dii yang, diseri dengan regulas, emosi pasca, genpa, menjadi, asama, daya, kawasan, wisata, untuk, mulai,成员,umah, bambu, sebagai penginapan,商业。“Rumah Kundun”,“Rumah Kundun”,“Rumah Kundun”,“Rumah Kundun”,“Rumah Kundun”,“Rumah Kundun”,“龙目岛”,“龙目岛”,“龙目岛”,“龙目岛”,“龙目岛”,“龙目岛”。Kekuatan心理学弹性,pemilik rumah Kundun dan juga penginapan“Batu Bambu”,menghadapi genpa serta kokoh berdirinya penginapan, mereka yang bangunan penginapannya berlantai dua terbuat dari Bambu masih与tanpa kerusakan pasca genpa bumi susulan setelah Agustus lalu。图里桑·尼·梅努朱克(麦克卢汉,1962年至1994年),杨·门多隆·玛斯拉卡特·乌图克(音译)。在龙目岛上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到,在龙目岛的基础设施建设上,我们可以看到。创伤yang dialami penduduk Gili Trawangan ini成员lihatkan perlunya模型rumah bambu yang kokoh dan dapat menjadi percontohan sebagai rumah penginapan商业。ponsipengembangan rumah bambu tahan genpa原型dari rumah Kundun kini ditawarkan untuk dikembangkan di pulau Sumba yang pada tanggal 2019年1月31日lalu juga digunang genpa bumi。Gerakan resiliansi名叫penginapan bambu di kawasan wisata hendaknya menjadi rekonstruksi ekologi penanaman地块bambu sebagai bagian达里语proteksi warisan budaya印尼杨terkenal dengan名叫杨adatnya telah teruji提拉gempa。
Gerakan Resiliensi Rumah Penginapan Bambu Tahan Gempa di Pulau Wisata Timur Indonesia
AbstractPelestarian warisan or heritage protection for bamboo houses with earthquake resistant needs to be encouraged at a post-disaster resilient movement in West Nusa Tenggara and other tourist islands in eastern Indonesia. The ability to be optimistic, empathy with self-efficacy accompanied by emotion regulation after the earthquake became the main aspect of the resilience of the population in the tourist area to start building bamboo houses as commercial lodging. "Kundun House" is an example of bamboo lodging on the island of Gili Trawangan, which was built in 2017 one year before the Lombok earthquake that occurred on August 5, 2018 which left the island of Gili Trawangan vacated. The psychological resilience of Kundun homeowner as well as the “Batu Bambu Inn” owner to face the earthquake as well as the solid establishment of their lodgings, the two-story lodging building made of bamboo is still intact without damage after the calamity last August. This paper refers to the theory of global village (McLuhan, 1962 and 1994), a concept that encourages people to interact intensely and live in a global space. At the theoretical level, global village terminology often intertwines with "disaster resilience" that reveals livelihoods after the earthquake in Lombok to the surrounding islands including Gili Trawangan which results in damage to school buildings, housing, roads and market infrastructure and also leaves trauma for residents and island tourism entrepreneurs (Gili Trawangan is only 15 square kilometres wide) as well as the island of Lombok. The trauma experienced by the residents of Gili Trawangan shows the need for a sturdy bamboo house model and can be used as a modeling for commercial lodging houses. The potential for more development of earthquake-resistant bamboo houses prototypes of Kundun house are now offered to be developed in the island of Sumba which on the 31st of January 2019 was also rocked by an earthquake. The movement of the bamboo lodging houses in tourist areas should be a reconstruction of the mass bamboo planting ecology as part of the protection of Indonesia's cultural heritage which is famous for its traditional houses that have been tested for earthquake resistance.
Heritage protection (pelestarian warisan) rumah bambu tahan gempa bumi perlu digalakkan sebagai gerakan resilien pasca bencana di Nusa Tenggara Barat dan pulau wisata lain di timur Indonesia. Kemampuan untuk optimis, empati dengan efikasi diri yang disertai dengan regulasi emosi pasca gempa menjadi aspek utama daya lentur penduduk kawasan wisata untuk mulai membangun rumah bambu sebagai penginapan komersial. “Rumah Kundun” menjadi contoh penginapan dari bambu di pulau Gili Trawangan yang dibangun tahun 2017 satu tahun sebelum gempa Lombok yang terjadi tanggal 5 Agustus 2018 yang menyebabkan pulau Gili Trawangan dikosongkan. Kekuatan psikologis resilien pemilik rumah Kundun dan juga penginapan “Batu Bambu” menghadapi gempa serta kokoh berdirinya penginapan mereka yang bangunan penginapannya berlantai dua terbuat dari bambu masih utuh tanpa kerusakan pasca gempa bumi susulan setelah Agustus lalu. Tulisan ini merujuk teori global village (McLuhan, 1962 dan 1994), konsep yang mendorong masyarakat untuk berinteraksi secara intens dan tinggal dalam sebuah ruang global. Pada tataran teoretik, terminologi global village acap berkelindan dengan “resiliensi kebencanaan” yang mengungkap livelihood pasca kejadian gempaLombok hingga ke pulau sekitarnya termasuk Gili Trawangan yang berakibat kerusakan bangunan sekolah, perumahan, jalan dan infrastruktur pasar dan menyisakan trauma bagi penduduk dan pelaku usaha wisata (Gili Trawangan hanya seluas 15 kilometer persegi) dan pulau Lombok. Trauma yang dialami penduduk Gili Trawangan ini memperlihatkan perlunya model rumah bambu yang kokoh dan dapat menjadi percontohan sebagai rumah penginapan komersial. Potensi pengembangan rumah bambu tahan gempa prototipe dari rumah Kundun kini ditawarkan untuk dikembangkan di pulau Sumba yang pada tanggal 31 Januari 2019 lalu juga diguncang gempa bumi. Gerakan resiliansi rumah penginapan bambu di kawasan wisata hendaknya menjadi rekonstruksi ekologi penanaman massif bambu sebagai bagian dari proteksi warisan budaya Indonesia yang terkenal dengan rumah adatnya yang telah teruji tahan gempa.