Amhar Kudadiri, Ida Basaria, Pribadi Bangun
{"title":"Pergeseraan Bahasa Pakpak Dairi: Kajian Sosiolinguis","authors":"Amhar Kudadiri, Ida Basaria, Pribadi Bangun","doi":"10.32734/LWSA.V1I1.153","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Para ahli bahasa yang mencurahkan perhatiannya pada gejala kepunahan bahasa-bahasa minoritas, terutama bahasa-bahasa di negara-negara berkembang berkesimpulan bahwa sebab utama kepunahan bahasa-bahasa adalah karena para orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anaknya dan tidak lagi secara aktif menggunakannya di rumah dalam berbagai ranah komunikasi (Grimes 2000 : 17). Jadi, kepunahan itu bukan karena penuturnya berhenti bertutur, melainkan akibat dari pilihan penggunaan bahasa sebagian besar masyarakat tuturnya. Penutur bahasa memilih tidak membelajarkan bahasa ibu kepada anakanaknya dan memilih tidak menggunakan cara aktif dalam ranah pertuturan di rumah. Selain itu, kepunahan sebuah bahasa juga ditentukan oleh tekanan bahasa mayoritas dalam suatu kawasan masyarakat multilingual. Memilih tidak menggunakan bahasa ibu dan menggunakan sebuah bahasa lain serta tekanan bahasa mayoritas merupakan tiga faktor penting penyebab kepunahan bahasa.Dalam konteks kebahasaan di Indonesia, yang multilingual, multietnis, dan multikultural, dengan intensitas kontak antara kelompok etnis yang satu dan yang lainnya cukup tinggi, persaingan kebahasaan tidak dapat dielakkan. Lebih-lebih lagi jika persaingan itu dihubungkan dengan perkembangan dan kemajuan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang begitu cepat dan menyeluruh pada hampir setiap kelompok lapisan masyarakat. Dengan menggunakan pisau analisis teori sosiolinguistik, penelitiaan ini ingin mengkaji bagaimana dan seberapa besar gejala pergeseran bahasa Pakpak Dairi (BPD) pada penuturpenuturnya. Sebab diasumsikan bahwa generasi muda penutur BPD bukan hanya sangat berkurang minatnya mempelajari BPD sebagai identitas kedaerahannya tetapi juga makin meningkatnya kecenderungan orangtua yang berasal dari keluarga satu suku untuk memilih memakai bahasa Indonesia (BI) sebagai alat komunikasi utama mereka di rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa ranah pemakaian BPD di dalam rumah tangga lambat laun mulai tergeser oleh BI, yang berarti pula telah memicu terjadinya apa yang disebut ―pergeseran bahasa‖ (language shift). \n  \nLinguists who devote their attention to the symptoms of the extinction of minority languages, especially languages in developing countries, conclude that the main reason for the extinction of languages is that parents no longer teach mother tongue to their children and are no longer actively using it at home in various ways of communication (Grimes 2000: 17). So, the extinction is not because the speaker stopped speaking, but rather a result of the choice of language usage of the majority of the speech community. Speakers of languages choose not to teach their mother's language to their children and choose not to use active ways to communicate at home. In addition, the extinction of a language is also determined by the pressure of majority language in a multilingual community area. Choosing not to use mother tongue and using another language and also the pressure of majority language are three important factors that cause language extinction. In the language context in Indonesia, which is multilingual, multiethnic, and multicultural, the intensity of contact between one ethnic group to another is quite high. The linguistic competition is inevitable. Moreover, if the competition is related to the development and progress of Indonesian 4cand accelerated and comprehensive English language in almost every group of society. By using the analysis of sociolinguistic theory, this research tried to examine how and how much the symptoms of Pakpak Dairi (BPD) language shift on its speakers. Because it was assumed that the young generation of BPD speakers was not greatly reduced in their interest in studying the BPD as their regional identity, and there was an increasing tendency of parents from one ethnic family to choose Indonesian (BI) as their main communication tool at home. This indicated that the realm of the use of BPD in the household gradually began to be displaced by BI, which also meant that it had triggered the \"language shift\".","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V1I1.153","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

专家对局外症状灭绝的语言少数民族语言,尤其是在发展中国家认为语言灭绝的主要原因是因为父母没有教导孩子的母语和不再积极在家里使用各种通信领域(Grimes 2000: 17)。因此,灭绝并不是因为宿主停止说话,而是由于其所言社会的大多数语言选择。说语言的人选择不与他们的孩子区分母语,选择不使用家庭语言的积极方式。此外,一种语言的灭绝也是由多语言社区的大多数语言压力决定的。选择不使用母语和使用另一种语言以及大多数语言的压力是语言灭绝的三个重要因素。在印度尼西亚的语言背景下,多语言的、多民族的和多文化的,由于不同民族之间的接触强度高,语言的竞争是不可避免的。更重要的是,将这种竞争与印度尼西亚语和英语的快速发展和进步联系起来,这种进步几乎遍及社会各个阶层。通过对社会语言学理论的分析,这项研究想要研究当代文化文化变化的症状是如何以及程度的。因为有证据表明,以BPD为母语的年轻一代不仅很少有兴趣了解BPD作为其领土的身份,而且越来越多的来自同一个部落家庭的家长选择使用印尼语(BI)作为他们家庭的主要交流工具。这表明域名使用警方在家庭中渐渐脱臼的BI,意味着也引发了所谓的—‖语言(language shift位移)。他们Linguists devote谁注意到《extinction of the symptoms少数派语言,尤其是发展中国家语言in developing, conclude那个语言之原因# extinction玩的就是那把儿童家长没有时间教母亲对他们的舌头和是不长actively家里用它在不同方面of communication (Grimes 2000: 17)。所以,extinction并不是因为演讲者停止了说话,而是代表着演讲社区的主要声音。说到语言,选择不教母亲的语言,选择不使用积极的家庭沟通方式。此外,一种语言的存在也受到多语言社区地区主要语言的压力的影响。选择不使用母亲的舌头和使用另一种语言,同时使用主要语言的压力是导致语言灭绝的三个重要因素。《In the language在印度尼西亚,哪种是多种语言之强度,和multicultural multiethnic一号ethnic group之间联系到另一个是弄得高。语言学家比赛是不可避免的。更重要的是,如果这项竞赛与印尼大多数社会的4门课程的发展和进步有关。通过对社会语言学分析理论的分析,这项研究试图研究Dairi Pakpak Dairi (BPD)语言轮班的频率。因为人们认为,年轻一代的BPD演讲者不太关心他们对区域身份的兴趣,而从一个家庭中选择印尼(BI)作为他们在家玩耍的工具,却越来越多地依赖父母。这一观念认为,在房子里使用BPD的重要性开始被BI所取代,这也意味着它有三次“语言转变”。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Pergeseraan Bahasa Pakpak Dairi: Kajian Sosiolinguis
Para ahli bahasa yang mencurahkan perhatiannya pada gejala kepunahan bahasa-bahasa minoritas, terutama bahasa-bahasa di negara-negara berkembang berkesimpulan bahwa sebab utama kepunahan bahasa-bahasa adalah karena para orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anaknya dan tidak lagi secara aktif menggunakannya di rumah dalam berbagai ranah komunikasi (Grimes 2000 : 17). Jadi, kepunahan itu bukan karena penuturnya berhenti bertutur, melainkan akibat dari pilihan penggunaan bahasa sebagian besar masyarakat tuturnya. Penutur bahasa memilih tidak membelajarkan bahasa ibu kepada anakanaknya dan memilih tidak menggunakan cara aktif dalam ranah pertuturan di rumah. Selain itu, kepunahan sebuah bahasa juga ditentukan oleh tekanan bahasa mayoritas dalam suatu kawasan masyarakat multilingual. Memilih tidak menggunakan bahasa ibu dan menggunakan sebuah bahasa lain serta tekanan bahasa mayoritas merupakan tiga faktor penting penyebab kepunahan bahasa.Dalam konteks kebahasaan di Indonesia, yang multilingual, multietnis, dan multikultural, dengan intensitas kontak antara kelompok etnis yang satu dan yang lainnya cukup tinggi, persaingan kebahasaan tidak dapat dielakkan. Lebih-lebih lagi jika persaingan itu dihubungkan dengan perkembangan dan kemajuan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang begitu cepat dan menyeluruh pada hampir setiap kelompok lapisan masyarakat. Dengan menggunakan pisau analisis teori sosiolinguistik, penelitiaan ini ingin mengkaji bagaimana dan seberapa besar gejala pergeseran bahasa Pakpak Dairi (BPD) pada penuturpenuturnya. Sebab diasumsikan bahwa generasi muda penutur BPD bukan hanya sangat berkurang minatnya mempelajari BPD sebagai identitas kedaerahannya tetapi juga makin meningkatnya kecenderungan orangtua yang berasal dari keluarga satu suku untuk memilih memakai bahasa Indonesia (BI) sebagai alat komunikasi utama mereka di rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa ranah pemakaian BPD di dalam rumah tangga lambat laun mulai tergeser oleh BI, yang berarti pula telah memicu terjadinya apa yang disebut ―pergeseran bahasa‖ (language shift).   Linguists who devote their attention to the symptoms of the extinction of minority languages, especially languages in developing countries, conclude that the main reason for the extinction of languages is that parents no longer teach mother tongue to their children and are no longer actively using it at home in various ways of communication (Grimes 2000: 17). So, the extinction is not because the speaker stopped speaking, but rather a result of the choice of language usage of the majority of the speech community. Speakers of languages choose not to teach their mother's language to their children and choose not to use active ways to communicate at home. In addition, the extinction of a language is also determined by the pressure of majority language in a multilingual community area. Choosing not to use mother tongue and using another language and also the pressure of majority language are three important factors that cause language extinction. In the language context in Indonesia, which is multilingual, multiethnic, and multicultural, the intensity of contact between one ethnic group to another is quite high. The linguistic competition is inevitable. Moreover, if the competition is related to the development and progress of Indonesian 4cand accelerated and comprehensive English language in almost every group of society. By using the analysis of sociolinguistic theory, this research tried to examine how and how much the symptoms of Pakpak Dairi (BPD) language shift on its speakers. Because it was assumed that the young generation of BPD speakers was not greatly reduced in their interest in studying the BPD as their regional identity, and there was an increasing tendency of parents from one ethnic family to choose Indonesian (BI) as their main communication tool at home. This indicated that the realm of the use of BPD in the household gradually began to be displaced by BI, which also meant that it had triggered the "language shift".
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Mind Your Language Series from the Standpoints of Applied Linguistics and Humour Studies Teenager Attitude Toward Hate Speech Phenomenon in Aceh Society Hate Speech in Songs The Impact of Humor as A Teaching And Learning Strategy in The Literacy Skills Program on Increasing The Number of Visits to The Library of Universitas Sumatera Utara Communication Cooperation Principles With Cultural Leadership Language Minangkabau
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1