{"title":"心肌梗死的过渡酶水平与心肌梗死患者长期护理的关系","authors":"Liong Boy Kurniawan","doi":"10.33476/jky.v20i1.156","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada sel otot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifik jantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzim transaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidak spesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadap mortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasien infark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selama perawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Rerata kadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019, r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 dan p=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggal dibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbeda bermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadar SGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut. Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012. Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampeldibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selamaperawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT padapasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatanberturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitneymenunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Reratakadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggalselama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, UjiMann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antarakeduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’smenunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanyarawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019,r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji KorelasiSpearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadaplamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 danp=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggaldibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbedabermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadarSGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut.Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVIIFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"150 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Hubungan Kadar Transaminase Terhadap Mortalitas Dan Lama Perawatan Pasien Infark Miokard\",\"authors\":\"Liong Boy Kurniawan\",\"doi\":\"10.33476/jky.v20i1.156\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada sel otot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifik jantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzim transaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidak spesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadap mortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasien infark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selama perawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Rerata kadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019, r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 dan p=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggal dibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbeda bermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadar SGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut. Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012. Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampeldibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selamaperawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT padapasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatanberturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitneymenunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Reratakadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggalselama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, UjiMann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antarakeduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’smenunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanyarawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019,r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji KorelasiSpearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadaplamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 danp=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggaldibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbedabermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadarSGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut.Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVIIFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012.\",\"PeriodicalId\":101844,\"journal\":{\"name\":\"YARSI medical Journal\",\"volume\":\"150 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2016-01-21\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"YARSI medical Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33476/jky.v20i1.156\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"YARSI medical Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33476/jky.v20i1.156","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Hubungan Kadar Transaminase Terhadap Mortalitas Dan Lama Perawatan Pasien Infark Miokard
Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada sel otot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifik jantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzim transaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidak spesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadap mortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasien infark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selama perawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Rerata kadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019, r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji Korelasi Spearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadap lamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 dan p=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggal dibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbeda bermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadar SGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut. Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012. Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampeldibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selamaperawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT padapasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatanberturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitneymenunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Reratakadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggalselama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, UjiMann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antarakeduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’smenunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanyarawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019,r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji KorelasiSpearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadaplamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 danp=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggaldibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbedabermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadarSGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut.Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVIIFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012.