E. Irawan, Irvan Medison, Fenty Anggraini, Dessy Mizarti
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik terhadap infeksi yang berat. Sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas terutama pada usia lanjut, imunocompromised, penderita dengan kondisi kritis. Pneumonia merupakan lesi infeksi primer tersering pada pasien sepsis. Sepsis berat dapat terjadi akibat infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan dapat pula diperoleh dari komunitas (Community Acquired Pneumonia). Penelitian melaporkan bahwa 5-10% pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit berkembang menjadi empiema dan angka kematian meningkat secara bermakna dibandingkan pasien pneumonia tanpa empiema. Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat munculnya lingkungan hiperglikemik yang meningkatkan virulensi patogen, menyebabkan terjadinya disfungsi kemotaksis dan aktifitas fagositik, serta kerusakan fungsi neutrofil. Infeksi paru pada diabetes melitus ditandai dengan perubahan pada pertahanan imun host, di seluruh tubuh, dan khususnya secara lokal di paru maupun pada fungsi epitel pernapasan dan motilitas silia. Tatalaksana sepsis pada kasus ini dengan terapi cairan yang adekuat, pemberian antibiotik kombinasi dan segera mengevakuasi pus dari rongga pleura dengan pemasangan chest tube, dan tatalaksana komorbid diabetes melitus dengan protokol drip insulin untuk kontrol glukosa serum.
{"title":"Sepsis Et Causa Empiema Dekstra Et Causa Community Acquired Pneumonia Dengan Komorbid Diabetes Melitus","authors":"E. Irawan, Irvan Medison, Fenty Anggraini, Dessy Mizarti","doi":"10.33476/jky.v28i2.1418","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1418","url":null,"abstract":"Sepsis adalah respon inflamasi sistemik terhadap infeksi yang berat. Sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas terutama pada usia lanjut, imunocompromised, penderita dengan kondisi kritis. Pneumonia merupakan lesi infeksi primer tersering pada pasien sepsis. Sepsis berat dapat terjadi akibat infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan dapat pula diperoleh dari komunitas (Community Acquired Pneumonia). Penelitian melaporkan bahwa 5-10% pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit berkembang menjadi empiema dan angka kematian meningkat secara bermakna dibandingkan pasien pneumonia tanpa empiema. Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat munculnya lingkungan hiperglikemik yang meningkatkan virulensi patogen, menyebabkan terjadinya disfungsi kemotaksis dan aktifitas fagositik, serta kerusakan fungsi neutrofil. Infeksi paru pada diabetes melitus ditandai dengan perubahan pada pertahanan imun host, di seluruh tubuh, dan khususnya secara lokal di paru maupun pada fungsi epitel pernapasan dan motilitas silia. Tatalaksana sepsis pada kasus ini dengan terapi cairan yang adekuat, pemberian antibiotik kombinasi dan segera mengevakuasi pus dari rongga pleura dengan pemasangan chest tube, dan tatalaksana komorbid diabetes melitus dengan protokol drip insulin untuk kontrol glukosa serum.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"121 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122123268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Metamfetamin adalah obat yang sering disalahgunakan karena efek stimulan dan euforia. Penggunaan inhalasi metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pernapasan karena sebagian besar pengguna metamfetamin menghirup zat tersebut, sehingga paru secara langsung terpapar zat toksik. Pneumothoraks adalah akumulasi udara dalam rongga pleura, merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada penyalahgunaan methamfetamin. Mekanisme terjadinya pneumothoraks adalah adanya barotrauma dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat inhalasi amphetamin. Mekanisme lain adalah akibat toksik dan mediator inflamasi dari zat yang diinhalasi. Kasus ini melaporkan pneumothoraks spontan akibat inhalasi metamfetamin, menekankan kewaspadaan tentang komplikasi pneumothoraks akibat penggunaan metamfetamin.
{"title":"Pneumothoraks Spontan Bilateral: Komplikasi Inhalasi Metamfetamin","authors":"Elsis Mareta Erdiyenti, Fenty Anggrainy, Russilawati Russilawati, Oea Khairsyaf","doi":"10.33476/jky.v28i2.1419","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1419","url":null,"abstract":"Metamfetamin adalah obat yang sering disalahgunakan karena efek stimulan dan euforia. Penggunaan inhalasi metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pernapasan karena sebagian besar pengguna metamfetamin menghirup zat tersebut, sehingga paru secara langsung terpapar zat toksik. Pneumothoraks adalah akumulasi udara dalam rongga pleura, merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada penyalahgunaan methamfetamin. Mekanisme terjadinya pneumothoraks adalah adanya barotrauma dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat inhalasi amphetamin. Mekanisme lain adalah akibat toksik dan mediator inflamasi dari zat yang diinhalasi. Kasus ini melaporkan pneumothoraks spontan akibat inhalasi metamfetamin, menekankan kewaspadaan tentang komplikasi pneumothoraks akibat penggunaan metamfetamin.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117088003","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mega Senja, Irvan Medison, Russilawati Russilawati
Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, salah satu nya adalah infeksi jamur atau mikosis paru. Jenis mikosis paru yang sering dilaporkan adalah Aspergillosis. Diketahui lebih lanjut bahwa Aspergilloma sering ditemui pada pasien-pasien paska tuberkulosis paru. Sebagian besar studi melaporkan kavitas paru pada aspergilloma disebabkan oleh tuberkulosis. Manifestasi klinis aspergilloma paru beragam, mulai dari kasus tanpa gejala hingga hemoptisis masif yang bisa berakibat fatal. Pada laporan kasus ini, penulis menyajikan data kasus dari seorang laki-laki berusia 42 tahun yang telah didiagnosis sebagai aspergilloma paru.
{"title":"Aspergilloma Paru; Sebuah Laporan Kasus","authors":"Mega Senja, Irvan Medison, Russilawati Russilawati","doi":"10.33476/jky.v28i2.1421","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1421","url":null,"abstract":"Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, salah satu nya adalah infeksi jamur atau mikosis paru. Jenis mikosis paru yang sering dilaporkan adalah Aspergillosis. Diketahui lebih lanjut bahwa Aspergilloma sering ditemui pada pasien-pasien paska tuberkulosis paru. Sebagian besar studi melaporkan kavitas paru pada aspergilloma disebabkan oleh tuberkulosis. Manifestasi klinis aspergilloma paru beragam, mulai dari kasus tanpa gejala hingga hemoptisis masif yang bisa berakibat fatal. Pada laporan kasus ini, penulis menyajikan data kasus dari seorang laki-laki berusia 42 tahun yang telah didiagnosis sebagai aspergilloma paru.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128376994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
TB paru merupakan penyakit infeksi yang sering dijumpai di Indonesia. TB paru masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia, dengan harapan di tahun 2030 kasus TB paru dapat dieradikasi secara tuntas. Bersamaan dengan kasus TB paru yang belum tuntas, infeksi HIV/AIDS masih cukup tinggi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Infeksi HIV/AIDS dapat memperberat kondisi klinis pasien TB paru itu sendiri. Mendiagnosis kasus TB paru pada pasien dengan HIV/AIDS pada prinsipnya tidak berbeda dengan kasus TB paru tanpa konfeksi HIV/AIDS. Pemeriksaan standar pada kasus TB paru berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi berupa pemeriksaan sputum BTA dan tes cepat molekular untuk mengetahui adanya kuman yang telah resisten terhadap obat rifampisin. Pemeriksaan radiologi tetap diperlukan untuk membantu diagnosis TB paru, terutama pada pasien–pasien yang sukar mengeluarkan sputumnya. Pemeriksaan radiologi juga bermanfaat untuk melihat luasnya lesi paru yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan penyakit oportunistik lain yang menyerang paru penderita dengan konfeksi HIV/AIDS. Pemberian obat Anti Retro Viral (ARV) pada kasus ini sebaiknya dimulai dalam waktu 2 minggu setelah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
{"title":"Laporan Kasus TB paru koinfeksi HIV/AIDS","authors":"Ibnu Arief Dafitri, Irvan Medison, Dessy Mizarti","doi":"10.33476/jky.v28i2.1420","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1420","url":null,"abstract":"TB paru merupakan penyakit infeksi yang sering dijumpai di Indonesia. TB paru masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia, dengan harapan di tahun 2030 kasus TB paru dapat dieradikasi secara tuntas. Bersamaan dengan kasus TB paru yang belum tuntas, infeksi HIV/AIDS masih cukup tinggi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Infeksi HIV/AIDS dapat memperberat kondisi klinis pasien TB paru itu sendiri. Mendiagnosis kasus TB paru pada pasien dengan HIV/AIDS pada prinsipnya tidak berbeda dengan kasus TB paru tanpa konfeksi HIV/AIDS. Pemeriksaan standar pada kasus TB paru berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi berupa pemeriksaan sputum BTA dan tes cepat molekular untuk mengetahui adanya kuman yang telah resisten terhadap obat rifampisin. Pemeriksaan radiologi tetap diperlukan untuk membantu diagnosis TB paru, terutama pada pasien–pasien yang sukar mengeluarkan sputumnya. Pemeriksaan radiologi juga bermanfaat untuk melihat luasnya lesi paru yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan penyakit oportunistik lain yang menyerang paru penderita dengan konfeksi HIV/AIDS. Pemberian obat Anti Retro Viral (ARV) pada kasus ini sebaiknya dimulai dalam waktu 2 minggu setelah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT).","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131270840","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) was a health problem in worldwide. Indonesia was one of the 27 countries with a high burden of MDR TB in the world, an estimated 6800 DIABETES MELLITUS TIPE 2 SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI DAN KOMORBID TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTEN PRIMER 42 new cases per year, 2.8% were new cases and 16% have received anti TB drugs before. Primary MDR TB occured in patient who have never received anti TB drugs treatment. Diabetes mellitus was a predisposing and comorbid factor that could accelerate TB disease and complicate treatment. We reported primary MDR TB case in patient with type 2 diabetes. Case of male 58 years old with a history of productive cough with yellowish phlegm since 2 months, night sweats and loss of weight and appetite. Rapid molecular test resulted MTB detected medium and rifampicin resistant detected. Chest X-ray showed infiltrate and cavity at the apex of the lung. Patients with type 2 diabetes mellitus have not been controlled for 12 years with HbA1c 10.5%. We concluded that DM is one of predisposing and comorbid factors of primary MDR TB. DM patients were necessary to do TB screening and TB patients also need to be screened for DM. MDR TB treatment in DM patient complied with the national standard MDR TB treatment and blood sugar levels remain under control.
{"title":"Diabetes Mellitus Tipe 2 sebagai Faktor Predisposisi dan Komorbid Tuberkulosis Multi Drug Resisten Primer","authors":"Ulfahimayati Ulfahimayati, Irvan Medison, Dessy Mizarti","doi":"10.33476/jky.v28i2.1422","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1422","url":null,"abstract":"Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) was a health problem in worldwide. Indonesia was one of the 27 countries with a high burden of MDR TB in the world, an estimated 6800 DIABETES MELLITUS TIPE 2 SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI DAN KOMORBID TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTEN PRIMER 42 new cases per year, 2.8% were new cases and 16% have received anti TB drugs before. Primary MDR TB occured in patient who have never received anti TB drugs treatment. Diabetes mellitus was a predisposing and comorbid factor that could accelerate TB disease and complicate treatment. We reported primary MDR TB case in patient with type 2 diabetes. Case of male 58 years old with a history of productive cough with yellowish phlegm since 2 months, night sweats and loss of weight and appetite. Rapid molecular test resulted MTB detected medium and rifampicin resistant detected. Chest X-ray showed infiltrate and cavity at the apex of the lung. Patients with type 2 diabetes mellitus have not been controlled for 12 years with HbA1c 10.5%. We concluded that DM is one of predisposing and comorbid factors of primary MDR TB. DM patients were necessary to do TB screening and TB patients also need to be screened for DM. MDR TB treatment in DM patient complied with the national standard MDR TB treatment and blood sugar levels remain under control.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115847590","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aspirasi benda asing pada saluran napas bawah adalah kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian. Terdapat lebih kurang 3000 kematian seetiap tahunnya akibat aspirasi benda asing di Amerika Serikat. Terdapat 14 kasus aspirasi benda asing di RSUP Persahabatan yang dilakukan tindakan bronkoskopi pada tahun 2000-2005. Penyebab tersering adalah aspirasi jarum pentul 36,7%, kacang 21,21% dan gigi palsu 9,09%. Komplikasi yang terjadi karena aspirasi benda asing diantaranya pneumonia, efusi pleura, ateletaksi, abses dan hemoptisis. Seorang laki-laki 16 tahun datang dengan keluhan utama batuk produktif disertai dengan darah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada keluhan respirasi lain dan keluhan sistemik. Riwayat tertelan paku mading 3 bulan yang lalu, tapi tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Tanda-tanda vital normal. Fremitus melemah dan suara ronki di paru kanan bawah. Rontgen toraks AP-Lateral menunjukkan gambaran ateletaksis di lobus medius dan inferior paru kanan, terdapat corpus alienum di hilus kanan. CT scan toraks menunjukkan gambaran ateletaksis dan cospus alienum. Pasien didagnosis dengan ateletaksis ec corpus alienum dengan diagnosis banding abses paru. Corpus alienum dikeluarkan dengan tindakan bronkoskopi serat lentur. Tampak gambaran bronkoskopi pada rontgen toraks post bronkoskopi. Pasien diterapi dengan antibiotic dan obat anti perdarahan. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa komplikasi kronik aspirasi benda asing pada saluran napas bawah diantraanya ateletaksis, abses paru dan bronkiektasi. Usia muda mempengaruhi prognosis baik, karena gejala sisa tidak ditemukan pada kasus ini.
{"title":"Komplikasi Kronik Aspirasi Benda Asing pada Saluran Napas Bawah","authors":"Yandra Darusman, Oea Khairsyaf, Russilawati Russilawati","doi":"10.33476/jky.v28i2.1423","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1423","url":null,"abstract":"Aspirasi benda asing pada saluran napas bawah adalah kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian. Terdapat lebih kurang 3000 kematian seetiap tahunnya akibat aspirasi benda asing di Amerika Serikat. Terdapat 14 kasus aspirasi benda asing di RSUP Persahabatan yang dilakukan tindakan bronkoskopi pada tahun 2000-2005. Penyebab tersering adalah aspirasi jarum pentul 36,7%, kacang 21,21% dan gigi palsu 9,09%. Komplikasi yang terjadi karena aspirasi benda asing diantaranya pneumonia, efusi pleura, ateletaksi, abses dan hemoptisis. Seorang laki-laki 16 tahun datang dengan keluhan utama batuk produktif disertai dengan darah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada keluhan respirasi lain dan keluhan sistemik. Riwayat tertelan paku mading 3 bulan yang lalu, tapi tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Tanda-tanda vital normal. Fremitus melemah dan suara ronki di paru kanan bawah. Rontgen toraks AP-Lateral menunjukkan gambaran ateletaksis di lobus medius dan inferior paru kanan, terdapat corpus alienum di hilus kanan. CT scan toraks menunjukkan gambaran ateletaksis dan cospus alienum. Pasien didagnosis dengan ateletaksis ec corpus alienum dengan diagnosis banding abses paru. Corpus alienum dikeluarkan dengan tindakan bronkoskopi serat lentur. Tampak gambaran bronkoskopi pada rontgen toraks post bronkoskopi. Pasien diterapi dengan antibiotic dan obat anti perdarahan. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa komplikasi kronik aspirasi benda asing pada saluran napas bawah diantraanya ateletaksis, abses paru dan bronkiektasi. Usia muda mempengaruhi prognosis baik, karena gejala sisa tidak ditemukan pada kasus ini.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127733001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Atropine 0.01% as a Potential Myopia Prevention in Children with Dosage Effectivity Comparison: a Literature Review","authors":"I. Ivan, M. M. Stella, M. Santosa","doi":"10.33476/jky.v27i3.1114","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i3.1114","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127776351","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Sindrom Ekstrapiramidal Pada Pasien Skizofrenia Yang Mendapat Terapi Antipsikotik","authors":"Dita Hasni, M. Ridho, Mutiara Anissa","doi":"10.33476/jky.v27i3.983","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i3.983","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126567217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kholis Ernawati, D. Widianti, Yusnita Yusnita, Lilian Batubara, F. Jannah, Rifqaatusa'adah Rifqaatusa'adah
Angka kejadian DBD cenderung terus meningkat dan upaya penanggulangannya memerlukan peran serta masyarakat dalam pengendalian nyamuk vector DBD. Pengetahuan masyarakat berpengaruh pada perubahan perilaku seseorang. Paparan informasi adalah salah satu yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Tujuan penelitian adalah meneliti hubungan antara pengetahuan dengan paparan insformasi masyarakat dalam pengendalian vektor nyamuk DBD di Desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.Penelitian termasuk deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Lokasi penelitian adalah desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tegal Angus dan termasuk keluarga binaan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Responden adalah anggota keluarga binaan dari 22 keluarga yang berusia ? 17 tahun berjumlah 68 orang dan diambil semua (total sampling).Penelitian dilaksanakan pada Agustus – September 2018.Data variabel pengetahuan dan paparan informasi dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis bivariat.Pengetahuan responden tentang pengendalian vektor nyamuk DBD yang paling banyak adalah pengetahuan kategori kurang sebesar 76,5%. Jumlah responden dengan paparan informasi kurang paling banyak yaitu 95,6%. Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan paparan informasi dalam pengendalian vector nyamuk DBD (p value = 0,000).Terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang pengendalian vektor nyamuk DBD dengan paparan informasi yang didapat oleh responden di desa Koper, Kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang.
DBD的发病率往往会稳步上升,悬挂工作需要公众参与北京市防治登革热的努力。公众知识影响一个人的行为改变。信息接触是影响知识水平的。该研究的目的是研究在Tangerang区行李区、Kresek扇区等行李中暴露于社区控制的知识与社区传播媒介之间的关系。研究包括交叉研究设计的分析性描述性描述。研究地点是手提箱村、泰格尔安格斯区(Tegal安格斯区),其中包括耶西大学医学院(jarsi university of school of health)的宾亚德。受访者是22个年龄较大的家庭的未婚成员?17岁的人共68人,全部被取样。这项研究将于2018年8月至9月进行。通过问卷调查收集的知识变量数据和信息曝光。数据分析使用双变量分析方法进行。受访者对登革热控制媒介的知识最多是低于76.5%的知识。被调查的人数为不到95.6%。双变量分析表明,在登革热控制系统中暴露的知识与信息之间存在联系。从登革热检察员控制蚊子媒介的知识与调查人员在Tangerang区行李区Kresek village获得的信息接触有联系。
{"title":"Hubungan Paparan Informasi Dengan Pengetahuan Pengendalian Vektor Nyamuk DBD di Desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang","authors":"Kholis Ernawati, D. Widianti, Yusnita Yusnita, Lilian Batubara, F. Jannah, Rifqaatusa'adah Rifqaatusa'adah","doi":"10.33476/jky.v27i3.1267","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i3.1267","url":null,"abstract":"Angka kejadian DBD cenderung terus meningkat dan upaya penanggulangannya memerlukan peran serta masyarakat dalam pengendalian nyamuk vector DBD. Pengetahuan masyarakat berpengaruh pada perubahan perilaku seseorang. Paparan informasi adalah salah satu yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Tujuan penelitian adalah meneliti hubungan antara pengetahuan dengan paparan insformasi masyarakat dalam pengendalian vektor nyamuk DBD di Desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.Penelitian termasuk deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Lokasi penelitian adalah desa Koper, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tegal Angus dan termasuk keluarga binaan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Responden adalah anggota keluarga binaan dari 22 keluarga yang berusia ? 17 tahun berjumlah 68 orang dan diambil semua (total sampling).Penelitian dilaksanakan pada Agustus – September 2018.Data variabel pengetahuan dan paparan informasi dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis bivariat.Pengetahuan responden tentang pengendalian vektor nyamuk DBD yang paling banyak adalah pengetahuan kategori kurang sebesar 76,5%. Jumlah responden dengan paparan informasi kurang paling banyak yaitu 95,6%. Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan paparan informasi dalam pengendalian vector nyamuk DBD (p value = 0,000).Terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang pengendalian vektor nyamuk DBD dengan paparan informasi yang didapat oleh responden di desa Koper, Kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"2015 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128076014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}