None Ali Muckromin, Anam Sutopo, Yulia Maftuhah Hidayati, Choiriyah Widyasari
{"title":"驾校独立课程分析","authors":"None Ali Muckromin, Anam Sutopo, Yulia Maftuhah Hidayati, Choiriyah Widyasari","doi":"10.31949/jcp.v9i4.5445","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Education cannot be limited by space and time as Ki Hajar Dewantara said: \"anyone can become a teacher and anywhere can be a class\". Education will continue to experience development along with the changes or progress of the times. Since the beginning of independence until now, the curriculum in Indonesia has undergone 12 changes, the first Curriculum 1947; the second Curriculum 1952; the third Curriculum 1964; the fourth Curriculum 1968; the the fifth Curriculum 1975; the sixth curriculum CBSA 1984; the seventh Curriculum 1994; the eighth Curriculum 1999; the ninth Curriculum 2004 (CBSA); the tenth Curriculum 2006 (KTSP); the eleventh Curriculum 2013; And the twelfth “Kurikulum Merdeka” (2022). None other than the occurrence of various kinds of changes that are for the sake of realizing the goals of national education. The curriculum is also a very important organ in the body of education and has a very important role in determining the progress of education in Indonesia. This study aims to analyze the strengths and weaknesses of the “Kurikulum Merdeka” in primary drive schools, Wonosamodro District, Boyolali Regency. The method in this research is qualitative through a case study approach. The research shows the following results: there are several advantages of the “Kurikulum Merdeka” in “Sekolah Penggerak”, including: (1) Improving the quality of learning outcomes within 3 years; (2) Improving the ability and qualifications of school principals and educators; (3) Acceleration of school digitization (received 16 chromebooks); (4) Ability to act as a catalyst for change in other educational units; (5) Accelerating the achievement of Pancasila student profiles; (6) receive intensive assistance; (7) Obtaining additional budget in the form of BOS Performance for 3 years with a nominal value of Rp80,000,000,-/year. The weaknesses are (1) in terms of implementing the curriculum it cannot be fully implemented; (2) lack of human resources and an unstructured system (shortage of PAI & PJOK teachers); (3) The facilities and infrastructures that are less adequate. Pendidikan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara: “Siapapun bisa menjadi guru dan dimanapun bisa menjadi kelas”. Pendidikan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan atau kemajuan zaman. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, kurikulum di Indonesia telah mengalami 12 kali perubahan, yang pertama Kurikulum 1947; Kurikulum kedua tahun 1952; Kurikulum ketiga tahun 1964; Kurikulum keempat tahun 1968; Kurikulum Kelima 1975; kurikulum keenam CBSA 1984; Kurikulum ketujuh tahun 1994; Kurikulum kedelapan tahun 1999; Kurikulum Kesembilan 2004 (CBSA); Kesepuluh Kurikulum 2006 (KTSP); Kurikulum Kesebelas 2013; Dan yang kedua belas “Kurikulum Merdeka” (2022). Tidak lain adalah terjadinya berbagai macam perubahan demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Kurikulum juga merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kemajuan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan “Kurikulum Merdeka” di sekolah dasar berkendara Kecamatan Wonosamodro Kabupaten Boyolali. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: terdapat beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka dalam “Sekolah Penggerak”, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam waktu 3 tahun; (2) Peningkatan kemampuan dan kualifikasi kepala sekolah dan pendidik; (3) Percepatan digitalisasi sekolah (menerima 16 chromebook); (4) Kemampuan menjadi katalisator perubahan pada satuan pendidikan lainnya; (5) Percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila; (6) mendapat pendampingan intensif; (7) Memperoleh tambahan anggaran berupa BOS Kinerja selama 3 tahun dengan nilai nominal Rp80.000.000,-/tahun. Kelemahannya adalah (1) dari segi implementasi kurikulum belum dapat dilaksanakan secara maksimal; (2) kurangnya sumber daya manusia dan sistem yang tidak terstruktur (kekurangan guru PAI & PJOK); (3) Sarana dan prasarana yang kurang memadai.","PeriodicalId":33458,"journal":{"name":"Jurnal Cakrawala Pendas","volume":"357 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"ANALYSIS OF KURIKULUM MERDEKA IN SEKOLAH PENGGERAK\",\"authors\":\"None Ali Muckromin, Anam Sutopo, Yulia Maftuhah Hidayati, Choiriyah Widyasari\",\"doi\":\"10.31949/jcp.v9i4.5445\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Education cannot be limited by space and time as Ki Hajar Dewantara said: \\\"anyone can become a teacher and anywhere can be a class\\\". Education will continue to experience development along with the changes or progress of the times. Since the beginning of independence until now, the curriculum in Indonesia has undergone 12 changes, the first Curriculum 1947; the second Curriculum 1952; the third Curriculum 1964; the fourth Curriculum 1968; the the fifth Curriculum 1975; the sixth curriculum CBSA 1984; the seventh Curriculum 1994; the eighth Curriculum 1999; the ninth Curriculum 2004 (CBSA); the tenth Curriculum 2006 (KTSP); the eleventh Curriculum 2013; And the twelfth “Kurikulum Merdeka” (2022). None other than the occurrence of various kinds of changes that are for the sake of realizing the goals of national education. The curriculum is also a very important organ in the body of education and has a very important role in determining the progress of education in Indonesia. This study aims to analyze the strengths and weaknesses of the “Kurikulum Merdeka” in primary drive schools, Wonosamodro District, Boyolali Regency. The method in this research is qualitative through a case study approach. The research shows the following results: there are several advantages of the “Kurikulum Merdeka” in “Sekolah Penggerak”, including: (1) Improving the quality of learning outcomes within 3 years; (2) Improving the ability and qualifications of school principals and educators; (3) Acceleration of school digitization (received 16 chromebooks); (4) Ability to act as a catalyst for change in other educational units; (5) Accelerating the achievement of Pancasila student profiles; (6) receive intensive assistance; (7) Obtaining additional budget in the form of BOS Performance for 3 years with a nominal value of Rp80,000,000,-/year. The weaknesses are (1) in terms of implementing the curriculum it cannot be fully implemented; (2) lack of human resources and an unstructured system (shortage of PAI & PJOK teachers); (3) The facilities and infrastructures that are less adequate. Pendidikan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara: “Siapapun bisa menjadi guru dan dimanapun bisa menjadi kelas”. Pendidikan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan atau kemajuan zaman. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, kurikulum di Indonesia telah mengalami 12 kali perubahan, yang pertama Kurikulum 1947; Kurikulum kedua tahun 1952; Kurikulum ketiga tahun 1964; Kurikulum keempat tahun 1968; Kurikulum Kelima 1975; kurikulum keenam CBSA 1984; Kurikulum ketujuh tahun 1994; Kurikulum kedelapan tahun 1999; Kurikulum Kesembilan 2004 (CBSA); Kesepuluh Kurikulum 2006 (KTSP); Kurikulum Kesebelas 2013; Dan yang kedua belas “Kurikulum Merdeka” (2022). Tidak lain adalah terjadinya berbagai macam perubahan demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Kurikulum juga merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kemajuan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan “Kurikulum Merdeka” di sekolah dasar berkendara Kecamatan Wonosamodro Kabupaten Boyolali. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: terdapat beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka dalam “Sekolah Penggerak”, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam waktu 3 tahun; (2) Peningkatan kemampuan dan kualifikasi kepala sekolah dan pendidik; (3) Percepatan digitalisasi sekolah (menerima 16 chromebook); (4) Kemampuan menjadi katalisator perubahan pada satuan pendidikan lainnya; (5) Percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila; (6) mendapat pendampingan intensif; (7) Memperoleh tambahan anggaran berupa BOS Kinerja selama 3 tahun dengan nilai nominal Rp80.000.000,-/tahun. Kelemahannya adalah (1) dari segi implementasi kurikulum belum dapat dilaksanakan secara maksimal; (2) kurangnya sumber daya manusia dan sistem yang tidak terstruktur (kekurangan guru PAI & PJOK); (3) Sarana dan prasarana yang kurang memadai.\",\"PeriodicalId\":33458,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Cakrawala Pendas\",\"volume\":\"357 \",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Cakrawala Pendas\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.31949/jcp.v9i4.5445\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Cakrawala Pendas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31949/jcp.v9i4.5445","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
教育不受时间和空间的限制,正如Ki Hajar dewanara所说:“任何人都可以成为一名教师,任何地方都可以成为一个班级。”教育将随着时代的变化或进步而不断发展。自独立开始至今,印尼的课程经历了12次变化,第一次课程是1947年;1952年第二次课程;1964年第三次课程;第四课程,1968年;1975年第五期课程;1984年CBSA第六课程;1994年第七期课程;1999年第八次课程;2004年第九期课程(CBSA);2006年第十期课程;2013年第十一届课程;以及第十二部《Kurikulum Merdeka》(2022年)。正是为了实现国家教育的目标而发生的各种变化。课程也是教育体系中一个非常重要的机构,在决定印度尼西亚教育的进展方面起着非常重要的作用。本研究旨在分析博约拉利县Wonosamodro区的小学驾驶学校“独立自主”的优势与不足。本研究采用个案定性研究方法。研究结果表明:在“Sekolah Penggerak”中,“独立教育”具有以下几个优势:(1)在3年内提高了学习成果的质量;(二)提高校长和教育工作者的能力和素质;(3)加快学校数字化进程(收到16本chromebook);(四)有推动其他教育单位变革的能力;(5)加快实现Pancasila学生档案;(6)接受密集援助;(7)以BOS绩效的形式获得3年的额外预算,标称价值为80,000,000卢比/年。不足之处有:(1)在课程实施方面,课程实施不到位;(2)人力资源缺乏,系统不结构化(PAI短缺;PJOK老师);(三)设施和基础设施不足。Pendidikan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu seperti yang dikatakan Ki Hajar dewanara:“Siapapun bisa menjadi guru dan dimanapun bisa menjadi kelas”。Pendidikan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan atau kemarjuan zaman。Sejak awal kemerdekaan hinga saat ini, kurikulum di Indonesia telah mengalami 12 kali perubahan, yang pertama kurikulum 1947;Kurikulum kedua tahun 1952;Kurikulum ketiga tahun 1964;Kurikulum keempat tahun 1968;Kurikulum Kelima 1975;kurikulum keenam CBSA 1984;Kurikulum ketujuh tahun 1994;Kurikulum kedelapan, 1999;Kurikulum Kesembilan 2004 (CBSA);Kesepuluh Kurikulum (KTSP);Kurikulum Kesebelas 2013;丹·杨·克杜瓦(Dan yang kedua)的《独立》(Kurikulum Merdeka)(2022)。我爱你,我爱你,我爱你。Kurikulum juga merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kemajuan pendidikan di Indonesia。Penelitian ini bertujuan untuk menganalis kelebihan dan kelemahan " Kurikulum Merdeka " di sekolah dasar berkendara Kecamatan Wonosamodro Kabupaten Boyolali。研究结果表明,该方法具有良好的质量和稳定性。Penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: terdapat beberapa keungulan Kurikulum Merdeka dalam“Sekolah Penggerak”,antara lain:(1) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam waktu 3 tahun;(2) Peningkatan kemampuan dan kualifikasi kepala sekolah dan pendidik;(3) Percepatan digitalisasi sekolah (menerima 16 chromebook);(4) Kemampuan menjadi katalisator perubahan pada satuan pendidikan lainnya;(5) Percepatan pencapaian profile pelajar Pancasila;(6)门限和强度;(7) Memperoleh tambahan anggaran berupa BOS Kinerja selama 3 tahun dengan nilai标称Rp80.000.000,-/tahun。Kelemahannya adalah (1) dari segi implementasi kurikulum belum dapat dilaksanakan secara maksimal;(2) kurangnya sumber daya manusia dan system yang tidak terstruktur (kekurangan guru PAI);PJOK);(3)杨kurang memadai。
ANALYSIS OF KURIKULUM MERDEKA IN SEKOLAH PENGGERAK
Education cannot be limited by space and time as Ki Hajar Dewantara said: "anyone can become a teacher and anywhere can be a class". Education will continue to experience development along with the changes or progress of the times. Since the beginning of independence until now, the curriculum in Indonesia has undergone 12 changes, the first Curriculum 1947; the second Curriculum 1952; the third Curriculum 1964; the fourth Curriculum 1968; the the fifth Curriculum 1975; the sixth curriculum CBSA 1984; the seventh Curriculum 1994; the eighth Curriculum 1999; the ninth Curriculum 2004 (CBSA); the tenth Curriculum 2006 (KTSP); the eleventh Curriculum 2013; And the twelfth “Kurikulum Merdeka” (2022). None other than the occurrence of various kinds of changes that are for the sake of realizing the goals of national education. The curriculum is also a very important organ in the body of education and has a very important role in determining the progress of education in Indonesia. This study aims to analyze the strengths and weaknesses of the “Kurikulum Merdeka” in primary drive schools, Wonosamodro District, Boyolali Regency. The method in this research is qualitative through a case study approach. The research shows the following results: there are several advantages of the “Kurikulum Merdeka” in “Sekolah Penggerak”, including: (1) Improving the quality of learning outcomes within 3 years; (2) Improving the ability and qualifications of school principals and educators; (3) Acceleration of school digitization (received 16 chromebooks); (4) Ability to act as a catalyst for change in other educational units; (5) Accelerating the achievement of Pancasila student profiles; (6) receive intensive assistance; (7) Obtaining additional budget in the form of BOS Performance for 3 years with a nominal value of Rp80,000,000,-/year. The weaknesses are (1) in terms of implementing the curriculum it cannot be fully implemented; (2) lack of human resources and an unstructured system (shortage of PAI & PJOK teachers); (3) The facilities and infrastructures that are less adequate. Pendidikan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara: “Siapapun bisa menjadi guru dan dimanapun bisa menjadi kelas”. Pendidikan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan atau kemajuan zaman. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, kurikulum di Indonesia telah mengalami 12 kali perubahan, yang pertama Kurikulum 1947; Kurikulum kedua tahun 1952; Kurikulum ketiga tahun 1964; Kurikulum keempat tahun 1968; Kurikulum Kelima 1975; kurikulum keenam CBSA 1984; Kurikulum ketujuh tahun 1994; Kurikulum kedelapan tahun 1999; Kurikulum Kesembilan 2004 (CBSA); Kesepuluh Kurikulum 2006 (KTSP); Kurikulum Kesebelas 2013; Dan yang kedua belas “Kurikulum Merdeka” (2022). Tidak lain adalah terjadinya berbagai macam perubahan demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Kurikulum juga merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kemajuan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan “Kurikulum Merdeka” di sekolah dasar berkendara Kecamatan Wonosamodro Kabupaten Boyolali. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: terdapat beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka dalam “Sekolah Penggerak”, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam waktu 3 tahun; (2) Peningkatan kemampuan dan kualifikasi kepala sekolah dan pendidik; (3) Percepatan digitalisasi sekolah (menerima 16 chromebook); (4) Kemampuan menjadi katalisator perubahan pada satuan pendidikan lainnya; (5) Percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila; (6) mendapat pendampingan intensif; (7) Memperoleh tambahan anggaran berupa BOS Kinerja selama 3 tahun dengan nilai nominal Rp80.000.000,-/tahun. Kelemahannya adalah (1) dari segi implementasi kurikulum belum dapat dilaksanakan secara maksimal; (2) kurangnya sumber daya manusia dan sistem yang tidak terstruktur (kekurangan guru PAI & PJOK); (3) Sarana dan prasarana yang kurang memadai.