{"title":"PT Pertamina(Persero)公司第五营销运营区 Tanjung Wangi 燃油码头割草工人受噪音影响的耳聋风险分析","authors":"Olga Febriana Safitrie, Abdul Rohim Tualeka","doi":"10.20473/mgk.v12i2.2023.719-725","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pekerja pemotong rumput merupakan pekerjaan yang berisiko mengalami ketulian akibat bising karena mesin pemotong rumput yang digendong di punggung. Paparan kebisingan terus menerus dapat meningkatkan risiko adanya gangguan pendengaran yaitu ketulian. Tujuan: Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis tingkat risiko ketulian pada pekerja pemotong rumput yang terpapar kebisingan di PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Tanjungwangi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian dilakukan dalam satu waktu. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang sebagai kelompok tidak terpapar dan 10 orang sebagai kelompok terpapar. Pengambilan data penelitian didapatkan melalui pengukuran kebisingan lingkungan, pengukuran nilai ambang dengar pekerja dan kuesioner. Serta dilakukan observasi lingkungan kerja oleh peneliti. Selanjutnya dilakukan analisis data kuat hubungan kebisingan dengan usia pekerja, masa kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APT) terhadap status pendengaran dengan menggunakan uji statistik pearson. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja pemotong rumput adalah 87,43 dB, dan pada lokasi kantor sebesar 61,9 dB. Rata-rata Nilai Ambang Dengar (NAD) kelompok terpapar pada telinga kiri 17,5 dB dan telinga kanan 19,5 dB. Serta pada kelompok tidak terpapar telinga kiri 21 dB dan telinga kanan 20,75 dB. Kesimpulan: Kebisingan, usia, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung telinga (APT) memiliki hubungan terhadap status pendengaran pekerja. Berdasarakan uji statistik menunjukkan nilai p>0,005 yaitu kebisingan memiliki hubungan yang lemah dengan usia, masa kerja dan penggunaan alat pelindung telinga. Saran yang diberikan pada PT. Pertamina (Persero) TBBM Tanjungwangi adalah melakukan pengawasan terhadap pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) pada pekerja sehingga dapat mengurangi risiko ketulian pekerja akibat paparan mesin pemotong rumput.","PeriodicalId":306707,"journal":{"name":"Media Gizi Kesmas","volume":"167 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Analisis Risiko Ketulian Pekerja Pemotong Rumput yang Terpapar Kebisingan di PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Terminal Bahan Bakar Minyak Tanjung Wangi\",\"authors\":\"Olga Febriana Safitrie, Abdul Rohim Tualeka\",\"doi\":\"10.20473/mgk.v12i2.2023.719-725\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Latar Belakang: Pekerja pemotong rumput merupakan pekerjaan yang berisiko mengalami ketulian akibat bising karena mesin pemotong rumput yang digendong di punggung. Paparan kebisingan terus menerus dapat meningkatkan risiko adanya gangguan pendengaran yaitu ketulian. Tujuan: Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis tingkat risiko ketulian pada pekerja pemotong rumput yang terpapar kebisingan di PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Tanjungwangi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian dilakukan dalam satu waktu. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang sebagai kelompok tidak terpapar dan 10 orang sebagai kelompok terpapar. Pengambilan data penelitian didapatkan melalui pengukuran kebisingan lingkungan, pengukuran nilai ambang dengar pekerja dan kuesioner. Serta dilakukan observasi lingkungan kerja oleh peneliti. Selanjutnya dilakukan analisis data kuat hubungan kebisingan dengan usia pekerja, masa kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APT) terhadap status pendengaran dengan menggunakan uji statistik pearson. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja pemotong rumput adalah 87,43 dB, dan pada lokasi kantor sebesar 61,9 dB. Rata-rata Nilai Ambang Dengar (NAD) kelompok terpapar pada telinga kiri 17,5 dB dan telinga kanan 19,5 dB. Serta pada kelompok tidak terpapar telinga kiri 21 dB dan telinga kanan 20,75 dB. Kesimpulan: Kebisingan, usia, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung telinga (APT) memiliki hubungan terhadap status pendengaran pekerja. Berdasarakan uji statistik menunjukkan nilai p>0,005 yaitu kebisingan memiliki hubungan yang lemah dengan usia, masa kerja dan penggunaan alat pelindung telinga. Saran yang diberikan pada PT. Pertamina (Persero) TBBM Tanjungwangi adalah melakukan pengawasan terhadap pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) pada pekerja sehingga dapat mengurangi risiko ketulian pekerja akibat paparan mesin pemotong rumput.\",\"PeriodicalId\":306707,\"journal\":{\"name\":\"Media Gizi Kesmas\",\"volume\":\"167 \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-11-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Media Gizi Kesmas\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20473/mgk.v12i2.2023.719-725\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Gizi Kesmas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20473/mgk.v12i2.2023.719-725","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Analisis Risiko Ketulian Pekerja Pemotong Rumput yang Terpapar Kebisingan di PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Terminal Bahan Bakar Minyak Tanjung Wangi
Latar Belakang: Pekerja pemotong rumput merupakan pekerjaan yang berisiko mengalami ketulian akibat bising karena mesin pemotong rumput yang digendong di punggung. Paparan kebisingan terus menerus dapat meningkatkan risiko adanya gangguan pendengaran yaitu ketulian. Tujuan: Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis tingkat risiko ketulian pada pekerja pemotong rumput yang terpapar kebisingan di PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Tanjungwangi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian dilakukan dalam satu waktu. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang sebagai kelompok tidak terpapar dan 10 orang sebagai kelompok terpapar. Pengambilan data penelitian didapatkan melalui pengukuran kebisingan lingkungan, pengukuran nilai ambang dengar pekerja dan kuesioner. Serta dilakukan observasi lingkungan kerja oleh peneliti. Selanjutnya dilakukan analisis data kuat hubungan kebisingan dengan usia pekerja, masa kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APT) terhadap status pendengaran dengan menggunakan uji statistik pearson. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja pemotong rumput adalah 87,43 dB, dan pada lokasi kantor sebesar 61,9 dB. Rata-rata Nilai Ambang Dengar (NAD) kelompok terpapar pada telinga kiri 17,5 dB dan telinga kanan 19,5 dB. Serta pada kelompok tidak terpapar telinga kiri 21 dB dan telinga kanan 20,75 dB. Kesimpulan: Kebisingan, usia, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung telinga (APT) memiliki hubungan terhadap status pendengaran pekerja. Berdasarakan uji statistik menunjukkan nilai p>0,005 yaitu kebisingan memiliki hubungan yang lemah dengan usia, masa kerja dan penggunaan alat pelindung telinga. Saran yang diberikan pada PT. Pertamina (Persero) TBBM Tanjungwangi adalah melakukan pengawasan terhadap pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) pada pekerja sehingga dapat mengurangi risiko ketulian pekerja akibat paparan mesin pemotong rumput.