2013-2017 年亚齐伊斯兰教法的动态:监管政策与社会现实分析

Syahrizal Abbas, Syarifah Rahmatillah, Jamhuri, Azmir
{"title":"2013-2017 年亚齐伊斯兰教法的动态:监管政策与社会现实分析","authors":"Syahrizal Abbas, Syarifah Rahmatillah, Jamhuri, Azmir","doi":"10.22373/petita.v9i1.286","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study aimed to investigate the dynamics of Sharia law taqnin in Aceh between 2013 and 2017. There has been a significant shift in public discourse towards establishing Sharia-based written laws and regulations during this period, notably the Aceh Qanun. Aceh Governor Regulations, Circulars, and Instructions are the foundation for implementing Sharia. Derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine, Sharia law was formalized through legislation by the Aceh People's Representative Council (DPRA) into Aceh Qanun. The research employed the normative juridical method, utilizing conceptual and statutory approaches. Data sources included primary and secondary legal data and tertiary legal materials. The data analysis was juridical, and the results indicated that Sharia law taqnin in 2013-2017 led to the creation of seven Aceh Qanuns directly related to sharia implementation. These Qanuns, along with other laws and regulations formulated during that period, addressed sensitive issues such as the law of jinayat, jinayat procedure, and the establishment of laws regarding houses of worship. The formulation of these sensitive legal regulations sparked intense public discourse and debate, resulting in two opposing viewpoints. One perspective advocated for all Sharia teachings to be derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine and codified in written laws and regulations, arguing that the government should implement Sharia within the framework of the national legal system. The other perspective argued against the complete formalization of legal norms from the quran, sunnah, and fiqh norms in written rules, citing concerns about the potential violation of human rights by the state apparatus through the imposition of religious law. This research suggests that sharia law taqnin, as per Article 125 of the LoGA, is a response to the social reality of the Acehnese people's desire for comprehensive Sharia implementation. State involvement is necessary to realize the comprehensive implementation of Sharia in Aceh. \nAbstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dinamika taqnin hukum syariah di Aceh dalam rentang waktu 2013-2017. Dalam rentang waktu tersebut telah terbentuk narasi publik yang cukup tajam terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan tertulis  berbasis syariah yaitu  Qanun Aceh, Peraturan Gubernur Aceh, Edaran Gubernur dan Instruksi Gubernur Aceh sebagai landasan pelaksanaan syariat Islam.  Hukum syariah yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, dan doktrin fiqh diformalkan melalui proses taqnin (legislasi) pada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang melahirkan Qanun Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, dengan pendekatan konseptual dan perundang-undangan. Sumber data terdiri atas data berbahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis. Hasil penelitian menemukan bahwa taqnin hukum syariah dalam rentang waktu 2013-2017 telah  melahirkan  7 (tujuh) Qanun Aceh yang terkait laingsung tentang pelaksanaan syariat Islam. Qanun Aceh dan peraturan perundang-undangan lain yang dibentuk dalam rentang waktu tersebut dominan mengatur aspek sensitif seperti hukum jinayat, hukum acara jinayat, hukum pendirian rumah ibadah dan lain-lain. Perumusan aturan hukum yang bersifat sensitif ini telah melahirkan narasi dan diskusi publik yang tajam, sehingga melahirkan dua kutub pemikiran. Kutub pemikiran pertama, menghendaki agar seluruh ajaran syariah yang bersumber dari al-Qur’an, Sunnah dan doktrin fiqh dituangkan dalam peraturan perundang-undangan tertulis.  Alasannya, syariat Islam dilaksanakan oleh pemerintah dalam kerangka sistem hukum nasional. Kutub pemikiran kedua, norma hukum dalam al-Qur’an, al-Sunnah dan doktrin fiqh tidak perlu seluruhnya diformalkan dalam aturan tertulis karena muncul kekhawatiran adanya pemaksaan hukum agama oleh aparatur negara, sehingga dapat berpotensi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).  Penelitian ini juga menemukan bahwa taqnin hukum syariah merupakan amanh dari Pasal 125 UUPA, dan sekaligus sebagai wujud respon dari realitas sosial masyarakat Aceh yang menghendaki pelaksnaan syariat Islam secara kaffah. Keterlibatan negara merupakan keniscayaan untuk terwujudnya pelaksanaan Syariat Islam secara menyeluruh di Aceh. \nKata Kunci: Taqnin, Hukum Syariah, Kebijakan Regulatif Dan Realitas Sosial","PeriodicalId":231408,"journal":{"name":"PETITA: JURNAL KAJIAN ILMU HUKUM DAN SYARIAH","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"DYNAMICS OF SHARIA LAW TAQNIN IN ACEH 2013-2017: ANALYSIS OF REGULATIVE POLICIES AND SOCIAL REALITY\",\"authors\":\"Syahrizal Abbas, Syarifah Rahmatillah, Jamhuri, Azmir\",\"doi\":\"10.22373/petita.v9i1.286\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This study aimed to investigate the dynamics of Sharia law taqnin in Aceh between 2013 and 2017. There has been a significant shift in public discourse towards establishing Sharia-based written laws and regulations during this period, notably the Aceh Qanun. Aceh Governor Regulations, Circulars, and Instructions are the foundation for implementing Sharia. Derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine, Sharia law was formalized through legislation by the Aceh People's Representative Council (DPRA) into Aceh Qanun. The research employed the normative juridical method, utilizing conceptual and statutory approaches. Data sources included primary and secondary legal data and tertiary legal materials. The data analysis was juridical, and the results indicated that Sharia law taqnin in 2013-2017 led to the creation of seven Aceh Qanuns directly related to sharia implementation. These Qanuns, along with other laws and regulations formulated during that period, addressed sensitive issues such as the law of jinayat, jinayat procedure, and the establishment of laws regarding houses of worship. The formulation of these sensitive legal regulations sparked intense public discourse and debate, resulting in two opposing viewpoints. One perspective advocated for all Sharia teachings to be derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine and codified in written laws and regulations, arguing that the government should implement Sharia within the framework of the national legal system. The other perspective argued against the complete formalization of legal norms from the quran, sunnah, and fiqh norms in written rules, citing concerns about the potential violation of human rights by the state apparatus through the imposition of religious law. This research suggests that sharia law taqnin, as per Article 125 of the LoGA, is a response to the social reality of the Acehnese people's desire for comprehensive Sharia implementation. State involvement is necessary to realize the comprehensive implementation of Sharia in Aceh. \\nAbstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dinamika taqnin hukum syariah di Aceh dalam rentang waktu 2013-2017. Dalam rentang waktu tersebut telah terbentuk narasi publik yang cukup tajam terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan tertulis  berbasis syariah yaitu  Qanun Aceh, Peraturan Gubernur Aceh, Edaran Gubernur dan Instruksi Gubernur Aceh sebagai landasan pelaksanaan syariat Islam.  Hukum syariah yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, dan doktrin fiqh diformalkan melalui proses taqnin (legislasi) pada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang melahirkan Qanun Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, dengan pendekatan konseptual dan perundang-undangan. Sumber data terdiri atas data berbahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis. Hasil penelitian menemukan bahwa taqnin hukum syariah dalam rentang waktu 2013-2017 telah  melahirkan  7 (tujuh) Qanun Aceh yang terkait laingsung tentang pelaksanaan syariat Islam. Qanun Aceh dan peraturan perundang-undangan lain yang dibentuk dalam rentang waktu tersebut dominan mengatur aspek sensitif seperti hukum jinayat, hukum acara jinayat, hukum pendirian rumah ibadah dan lain-lain. Perumusan aturan hukum yang bersifat sensitif ini telah melahirkan narasi dan diskusi publik yang tajam, sehingga melahirkan dua kutub pemikiran. Kutub pemikiran pertama, menghendaki agar seluruh ajaran syariah yang bersumber dari al-Qur’an, Sunnah dan doktrin fiqh dituangkan dalam peraturan perundang-undangan tertulis.  Alasannya, syariat Islam dilaksanakan oleh pemerintah dalam kerangka sistem hukum nasional. Kutub pemikiran kedua, norma hukum dalam al-Qur’an, al-Sunnah dan doktrin fiqh tidak perlu seluruhnya diformalkan dalam aturan tertulis karena muncul kekhawatiran adanya pemaksaan hukum agama oleh aparatur negara, sehingga dapat berpotensi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).  Penelitian ini juga menemukan bahwa taqnin hukum syariah merupakan amanh dari Pasal 125 UUPA, dan sekaligus sebagai wujud respon dari realitas sosial masyarakat Aceh yang menghendaki pelaksnaan syariat Islam secara kaffah. Keterlibatan negara merupakan keniscayaan untuk terwujudnya pelaksanaan Syariat Islam secara menyeluruh di Aceh. \\nKata Kunci: Taqnin, Hukum Syariah, Kebijakan Regulatif Dan Realitas Sosial\",\"PeriodicalId\":231408,\"journal\":{\"name\":\"PETITA: JURNAL KAJIAN ILMU HUKUM DAN SYARIAH\",\"volume\":\"71 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-02-24\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"PETITA: JURNAL KAJIAN ILMU HUKUM DAN SYARIAH\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/petita.v9i1.286\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"PETITA: JURNAL KAJIAN ILMU HUKUM DAN SYARIAH","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/petita.v9i1.286","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

本研究旨在调查 2013 年至 2017 年间亚齐伊斯兰教法的动态。在此期间,公共言论发生了重大转变,倾向于制定以伊斯兰教法为基础的成文法律法规,特别是亚齐省长条例(Aceh Qanun)。亚齐省长条例、通告和指示是实施伊斯兰教法的基础。伊斯兰教法源于《古兰经》、《圣训》和教法学说,由亚齐人民代表委员会(DPRA)通过立法正式确定为《亚齐卡农》。研究采用了规范法学方法,利用了概念和法定方法。数据来源包括一级和二级法律数据以及三级法律材料。数据分析采用司法分析法,结果表明,2013-2017 年伊斯兰教法的实施导致设立了 7 个与伊斯兰教法的实施直接相关的亚齐 Qanuns。这些Qanuns以及在此期间制定的其他法律法规涉及一些敏感问题,如jinayat法、jinayat程序以及制定有关礼拜场所的法律。这些敏感法律法规的制定引发了激烈的公众讨论和争论,形成了两种截然相反的观点。一种观点主张所有伊斯兰教法教义都应源于《古兰经》、《圣训》和教法学说,并编纂成成文法律法规,认为政府应在国家法律体系框架内实施伊斯兰教法。另一种观点则反对将来自《古兰经》、《圣训》和教法规范的法律规范完全正式编入成文法规中,理由是担心国家机器通过强加宗教法可能会侵犯人权。这项研究表明,根据《伊斯兰教法》第 125 条,伊斯兰教法是对亚齐人民希望全面实施伊斯兰教法这一社会现实的回应。在亚齐全面实施伊斯兰教法需要国家的参与。摘要本研究旨在揭示 2013-2017 年间亚齐伊斯兰教法的动态发展。在这一时期,公众对建立以伊斯兰教法为基础的成文法律法规,即《亚齐行政长官条例》(Qanun Aceh)、《亚齐省长条例》(Aceh Governor Regulation)、《省长通告》(Governor Circular)和《亚齐省长指示》(Aceh Governor Instruction)作为实施伊斯兰教法的依据的呼声很高。 源于《古兰经》、《圣训》和教法学说的伊斯兰教法通过亚齐人民代表委员会(DPRA)机构的 "立法"(taqnin)程序正式确定下来,并由此诞生了《亚齐省长条例》。本研究采用的方法是规范法学方法,包括概念和法定方法。数据来源包括一级法律数据、二级法律材料和三级法律材料。数据分析采用的是司法分析法。研究结果发现,在 2013-2017 年期间,伊斯兰教法催生了 7 个与伊斯兰教法的实施直接相关的亚齐 Qanuns。Qanun Aceh 和在此期间制定的其他法律法规主要规范敏感方面,如 jinayat 法、jinayat 程序法、建立礼拜场所法等。这些敏感法律的制定引发了尖锐的论述和公众讨论,产生了两极思想。第一种观点希望将源于《古兰经》、《圣训》和教法学说的所有伊斯兰教法教义以成文法律法规的形式概括出来。 原因是伊斯兰教法是由政府在国家法律体系框架内实施的。第二种观点认为,《古兰经》、《圣训》和教法学说中的法律规范不需要完全以成文规定的形式固定下来,因为人们担心国家机器会将宗教法律强加于人,从而可能侵犯人权。 本研究还发现,伊斯兰教法是《民法》第 125 条规定的任务,也是对亚齐人民希望以 "卡法 "方式实施伊斯兰教法的社会现实的回应。要在亚齐实现伊斯兰教法的整体实施,国家的参与是必不可少的。关键词塔克宁、伊斯兰教法、管理政策和社会现实
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
DYNAMICS OF SHARIA LAW TAQNIN IN ACEH 2013-2017: ANALYSIS OF REGULATIVE POLICIES AND SOCIAL REALITY
This study aimed to investigate the dynamics of Sharia law taqnin in Aceh between 2013 and 2017. There has been a significant shift in public discourse towards establishing Sharia-based written laws and regulations during this period, notably the Aceh Qanun. Aceh Governor Regulations, Circulars, and Instructions are the foundation for implementing Sharia. Derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine, Sharia law was formalized through legislation by the Aceh People's Representative Council (DPRA) into Aceh Qanun. The research employed the normative juridical method, utilizing conceptual and statutory approaches. Data sources included primary and secondary legal data and tertiary legal materials. The data analysis was juridical, and the results indicated that Sharia law taqnin in 2013-2017 led to the creation of seven Aceh Qanuns directly related to sharia implementation. These Qanuns, along with other laws and regulations formulated during that period, addressed sensitive issues such as the law of jinayat, jinayat procedure, and the establishment of laws regarding houses of worship. The formulation of these sensitive legal regulations sparked intense public discourse and debate, resulting in two opposing viewpoints. One perspective advocated for all Sharia teachings to be derived from the Quran, Sunnah, and fiqh doctrine and codified in written laws and regulations, arguing that the government should implement Sharia within the framework of the national legal system. The other perspective argued against the complete formalization of legal norms from the quran, sunnah, and fiqh norms in written rules, citing concerns about the potential violation of human rights by the state apparatus through the imposition of religious law. This research suggests that sharia law taqnin, as per Article 125 of the LoGA, is a response to the social reality of the Acehnese people's desire for comprehensive Sharia implementation. State involvement is necessary to realize the comprehensive implementation of Sharia in Aceh. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dinamika taqnin hukum syariah di Aceh dalam rentang waktu 2013-2017. Dalam rentang waktu tersebut telah terbentuk narasi publik yang cukup tajam terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan tertulis  berbasis syariah yaitu  Qanun Aceh, Peraturan Gubernur Aceh, Edaran Gubernur dan Instruksi Gubernur Aceh sebagai landasan pelaksanaan syariat Islam.  Hukum syariah yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, dan doktrin fiqh diformalkan melalui proses taqnin (legislasi) pada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang melahirkan Qanun Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, dengan pendekatan konseptual dan perundang-undangan. Sumber data terdiri atas data berbahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis. Hasil penelitian menemukan bahwa taqnin hukum syariah dalam rentang waktu 2013-2017 telah  melahirkan  7 (tujuh) Qanun Aceh yang terkait laingsung tentang pelaksanaan syariat Islam. Qanun Aceh dan peraturan perundang-undangan lain yang dibentuk dalam rentang waktu tersebut dominan mengatur aspek sensitif seperti hukum jinayat, hukum acara jinayat, hukum pendirian rumah ibadah dan lain-lain. Perumusan aturan hukum yang bersifat sensitif ini telah melahirkan narasi dan diskusi publik yang tajam, sehingga melahirkan dua kutub pemikiran. Kutub pemikiran pertama, menghendaki agar seluruh ajaran syariah yang bersumber dari al-Qur’an, Sunnah dan doktrin fiqh dituangkan dalam peraturan perundang-undangan tertulis.  Alasannya, syariat Islam dilaksanakan oleh pemerintah dalam kerangka sistem hukum nasional. Kutub pemikiran kedua, norma hukum dalam al-Qur’an, al-Sunnah dan doktrin fiqh tidak perlu seluruhnya diformalkan dalam aturan tertulis karena muncul kekhawatiran adanya pemaksaan hukum agama oleh aparatur negara, sehingga dapat berpotensi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).  Penelitian ini juga menemukan bahwa taqnin hukum syariah merupakan amanh dari Pasal 125 UUPA, dan sekaligus sebagai wujud respon dari realitas sosial masyarakat Aceh yang menghendaki pelaksnaan syariat Islam secara kaffah. Keterlibatan negara merupakan keniscayaan untuk terwujudnya pelaksanaan Syariat Islam secara menyeluruh di Aceh. Kata Kunci: Taqnin, Hukum Syariah, Kebijakan Regulatif Dan Realitas Sosial
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
NORMATIVE JUSTICE AND IMPLEMENTATION OF SHARIA ECONOMIC LAW DISPUTES: QUESTIONING LAW CERTAINTY AND JUSTICE CHILDREN'S RIGHTS IN A QUASI BROKEN HOME PERSPECTIVE OF ISLAMIC LAW AND LAW NUMBER 35 OF 2014 CONCERNING CHILD PROTECTION HAJJ HEALTH ISTITA'AH FROM THE PERSPECTIVE OF HEALTH DECENTRALIZATION EXAMINING THE BASIS OF MAQASHID SYARIAH IN RENEWAL OF ISLAMIC LAW IN INDONESIA CO-PARENTING MODEL IN RESOLVING CHILD CUSTODY DISPUTES IN URBAN MUSLIM FAMILIES
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1