{"title":"社交媒体先知视角下的政治笑话标签化现象","authors":"Azhari Andi","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2018.1624","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article discusses the case of social labelling in social media in relation to recent political issues. This case is increasing among Indonesian people since 2014 general election up to date which gives bad effects to society. This article explains the case in more detail by using social sciences theories. Then it takes hadith as inspiration to solve the case by using paradigm method which is introduced by Kuntowijoyo. Users of netizen, practically, collaborates both of hadith and alquran to get comprehensive argument. In short, this article finds some ways to face the case of labelling in social media in relation to politic issues, people are communicating respectly with others; keeping good attitude in social media includes avoiding to give bad titles (labelling) to others; saying or doing nothing for unable to say or do good things; and supporting the candidates wisely to reject “fanaticsm”. AbstrakArtikel ini mendiskusikan problem sosial tentang labelling olok-olok politik di media sosial yang massif terjadi dewasa ini di tengah-tengah hiruk pikuk menyambut pesta demokrasi akbar Indonesia 2019. Gegap gempita masyarakat Indonesia dalam menjamu momentum “gadang” tersebut sangat luar biasa. Antusiasme tersebut patut diacungkan jempol. Namun di sisi lain, antusiasme berlebihan tersebut justru menimbulkan kegaduhan di media sosial yang berdampak di kehidupan nyata. Sebut saja perilaku labelling olok-olok politik antara simpatisan pendukung dari partai dan calon pemimpin. Perilaku labelling ini pada gilirannya menimbulkan gesekan dan perpecahan di masyarakat. Artikel inimeninjau fenomena tersebut dari perspektif ilmu sosial (labelling theory, sensate culture theory dan tindakan sosial). Kemudian tulisan ini menggali inspirasi-inspirasi hadis nabi untuk menyikapi fenomena ini dengan pendekatan teori Paradigma Kuntowijoyo di mana hadis dijadikan sebagai paradigma. Dalam menyikapi labelling olok-olok politik di media social artikel ini menemukanetika baik dalam berkomunikasi seperti memberikan label atau julukan yang baik, berkata positif, diam, dan mendukung (mencintai calon pemimpin) sewajaranya agar tidak jatuh ke dalam sikap fanatisme buta.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Menyikapi Fenomena Labelling Olok-olok Politik di Media Sosial Perspektif Hadis Nabi\",\"authors\":\"Azhari Andi\",\"doi\":\"10.14421/LIVINGHADIS.2018.1624\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article discusses the case of social labelling in social media in relation to recent political issues. This case is increasing among Indonesian people since 2014 general election up to date which gives bad effects to society. This article explains the case in more detail by using social sciences theories. Then it takes hadith as inspiration to solve the case by using paradigm method which is introduced by Kuntowijoyo. Users of netizen, practically, collaborates both of hadith and alquran to get comprehensive argument. In short, this article finds some ways to face the case of labelling in social media in relation to politic issues, people are communicating respectly with others; keeping good attitude in social media includes avoiding to give bad titles (labelling) to others; saying or doing nothing for unable to say or do good things; and supporting the candidates wisely to reject “fanaticsm”. AbstrakArtikel ini mendiskusikan problem sosial tentang labelling olok-olok politik di media sosial yang massif terjadi dewasa ini di tengah-tengah hiruk pikuk menyambut pesta demokrasi akbar Indonesia 2019. Gegap gempita masyarakat Indonesia dalam menjamu momentum “gadang” tersebut sangat luar biasa. Antusiasme tersebut patut diacungkan jempol. Namun di sisi lain, antusiasme berlebihan tersebut justru menimbulkan kegaduhan di media sosial yang berdampak di kehidupan nyata. Sebut saja perilaku labelling olok-olok politik antara simpatisan pendukung dari partai dan calon pemimpin. Perilaku labelling ini pada gilirannya menimbulkan gesekan dan perpecahan di masyarakat. Artikel inimeninjau fenomena tersebut dari perspektif ilmu sosial (labelling theory, sensate culture theory dan tindakan sosial). Kemudian tulisan ini menggali inspirasi-inspirasi hadis nabi untuk menyikapi fenomena ini dengan pendekatan teori Paradigma Kuntowijoyo di mana hadis dijadikan sebagai paradigma. Dalam menyikapi labelling olok-olok politik di media social artikel ini menemukanetika baik dalam berkomunikasi seperti memberikan label atau julukan yang baik, berkata positif, diam, dan mendukung (mencintai calon pemimpin) sewajaranya agar tidak jatuh ke dalam sikap fanatisme buta.\",\"PeriodicalId\":32729,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Living Hadis\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-07-09\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Living Hadis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2018.1624\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Living Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2018.1624","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
本文讨论了社交媒体中与近期政治问题相关的社会标签的情况。自2014年大选至今,这种情况在印尼人民中不断增加,给社会带来了不良影响。本文运用社会科学理论对该案例进行了更详细的解释。然后以圣训为启示,运用Kuntowijoyo引入的范式法解决了这个问题。网民们实际上将圣训和古兰经两者结合起来进行全面论证。简而言之,本文找到了一些方法来面对社会媒体中与政治问题相关的标签情况,人们正在尊重地与他人交流;在社交媒体上保持良好的态度包括避免给别人贴上不好的标题(标签);无能的:因不能说或做善事而不说话或不做的;并明智地支持候选人拒绝“狂热主义”。[摘要]artikel ini mendiskusikan问题社会问题标签貌相政治媒体社会问题大众terjadi dewasa ini di tengah-tengah hiruk pikuk menyambut pessta demokrasi akbar印度尼西亚2019。Gegap gempita masyarakat印度尼西亚dalam menjamu动量“gadang”tersebut sangat luar biasa。Antusiasme tersebut patt diacungkan jempol。Namun di sisi lain, antiusiasme berlebihan tersebut just stru menmenbulkan kegaduhan di media social yang berdampak di kehidupan nyata。Sebut saja peraku标签看起来像政治antara simpatisan pendukung dari partai dan calon pemimpin。危险标记ini pada gilirannya menimbulkan gesekan dan perpecahan di masyarakat。文章从社会的角度(标签理论、感觉文化理论和社会的角度)对社会现象进行了分析。Kemudian tulisan ini menggali inspiras -inspiras hadis nabi untuk menyikapi现象ini dengan pendekatan teori paradigm Kuntowijoyo di mana hais dijadikan sebagai paradigm。Dalam menyikapi标签olok-olok政治媒体社交artikel ini menemukanetika baik Dalam berkomunikasi seperikan标签atau julukan yang baik, berkata阳性,diam, dan mendukung (menkintai calon pemimpin) sewajaranya agar tidak jatuh ke Dalam sikap fanatisme buta。
Menyikapi Fenomena Labelling Olok-olok Politik di Media Sosial Perspektif Hadis Nabi
This article discusses the case of social labelling in social media in relation to recent political issues. This case is increasing among Indonesian people since 2014 general election up to date which gives bad effects to society. This article explains the case in more detail by using social sciences theories. Then it takes hadith as inspiration to solve the case by using paradigm method which is introduced by Kuntowijoyo. Users of netizen, practically, collaborates both of hadith and alquran to get comprehensive argument. In short, this article finds some ways to face the case of labelling in social media in relation to politic issues, people are communicating respectly with others; keeping good attitude in social media includes avoiding to give bad titles (labelling) to others; saying or doing nothing for unable to say or do good things; and supporting the candidates wisely to reject “fanaticsm”. AbstrakArtikel ini mendiskusikan problem sosial tentang labelling olok-olok politik di media sosial yang massif terjadi dewasa ini di tengah-tengah hiruk pikuk menyambut pesta demokrasi akbar Indonesia 2019. Gegap gempita masyarakat Indonesia dalam menjamu momentum “gadang” tersebut sangat luar biasa. Antusiasme tersebut patut diacungkan jempol. Namun di sisi lain, antusiasme berlebihan tersebut justru menimbulkan kegaduhan di media sosial yang berdampak di kehidupan nyata. Sebut saja perilaku labelling olok-olok politik antara simpatisan pendukung dari partai dan calon pemimpin. Perilaku labelling ini pada gilirannya menimbulkan gesekan dan perpecahan di masyarakat. Artikel inimeninjau fenomena tersebut dari perspektif ilmu sosial (labelling theory, sensate culture theory dan tindakan sosial). Kemudian tulisan ini menggali inspirasi-inspirasi hadis nabi untuk menyikapi fenomena ini dengan pendekatan teori Paradigma Kuntowijoyo di mana hadis dijadikan sebagai paradigma. Dalam menyikapi labelling olok-olok politik di media social artikel ini menemukanetika baik dalam berkomunikasi seperti memberikan label atau julukan yang baik, berkata positif, diam, dan mendukung (mencintai calon pemimpin) sewajaranya agar tidak jatuh ke dalam sikap fanatisme buta.