Ni Wayan Dewi Adnyana, Hanani M . Laumalay, Mefi Mariana Tallan
{"title":"Penentuan Nyamuk Anopheles spp sebagai Vektor Filariasis di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur","authors":"Ni Wayan Dewi Adnyana, Hanani M . Laumalay, Mefi Mariana Tallan","doi":"10.22435/mpk.v29i2.281","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract \n Filariasis is one of the neglected vector diseases and is still a problem in Indonesia. Reported from two districts in NTT Province, namely in East Sumba Regency there were 22 chronic cases and in Southwest Sumba Regency, the finger blood survey results in 2013 had an mf rate of 4.2%. The purpose of this study was to determine which Anopheles species act as vectors and obtain bionomic information from these vector species. Using the Human landing collection method, thoracic surgery and mosquito probosis. In addition, a larval breeding habitat survey was also carried out and measurements of the physical state of the Anopheles larvae breeding environment in the study area. The results of the study were obtained by An mosquitoes. vagus positively contains stage 3 filaria larvae in East Sumba Regency while in Southwest Sumba is An. sundaicus. Biting density per person per night (MBR) An. vagus of 2.8 individuals / person while the bite density of An sundaicus is 3 individuals / person. Biting and resting behavior of these two species tended to be exophagic with two peaks of biting density namely midnight and early morning. An Larva. vagus is found in buffalo and rice fields while An larvae. sundaicus is found in swamps, wells, puddles and stalls. The physical environmental factors of each habitat of the two species are generally the same, namely temperatures ranging from 26-28 0C, pH 6-8, water tends to be quiet and all habitats exposed to direct sunlight. The difference in the physical environmental factors of the habitat of these two species is only in the concentration of water salinity, which is all An habitat. vagus is 0 ‰ while An. sundaicus ranges from 3-5 ‰ \nAbstrak \nFilariasis merupakan salah satu penyakit tular vektor yang pernah terabaikan dan hingga kini masih menjadi masalah di Indonesia. Dilaporkan dari dua kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu di Kabupaten Sumba Timur terdapat 22 kasus kronis dan di Kabupaten Sumba Barat Daya, hasil survei darah jari pada tahun 2013 didapatkan mf rate sebesar 4,2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan spesies Anopheles apa yang berperan sebagai vektor serta mendapatkan informasi bionomik dari spesies vektor tersebut. Menggunakan metode Human landing collection, pembedahan toraks dan probosis nyamuk Selain itu juga dilakukan survei habitat perkembangbiakan larva serta pengukuran keadaan fisik lingkungan habitat perkembangbiakan larva Anopheles di wilayah penelitian. Hasil penelitian diperoleh nyamuk An. vagus positif mengandung larva stadium 3 filaria di Kabupaten Sumba Timur sedangkan di Sumba Barat Daya adalah An. sundaicus. Kepadatan mengigit per orang per malam (MBR) An. vagus sebesar 2,8 ekor/orang sedangkan kepadatan menggigit An. sundaicus sebesar 3 ekor/orang. Perilaku mengigit dan istirahat kedua spesies ini cenderung eksofagik dengan dua puncak kepadatan mengigit yaitu tengah malam dan menjelang pagi. Larva An. vagus ditemukan pada kubangan kerbau dan sawah sedangkan larva An. sundaicus ditemukan di rawa, sumur, genangan dan kobakan. Faktor fisik lingkungan masingmasing habitat kedua spesies tersebut pada umumnya sama yaitu suhu berkisar 26-28 C, pH 6-8, air cenderung diam dan semua habitat terpapar matahari langsung. Perbedaan faktor fisik lingkungan habitat kedua spesies ini adalah hanya pada konsentrasi salinitas air yaitu semua habitat An. vagus adalah 0 ‰ sedangkan An. sundaicus berkisar 3-5‰.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/mpk.v29i2.281","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
丝虫病是被忽视的病媒疾病之一,在印度尼西亚仍是一个问题。据NTT省两个县的报告,即东松巴县有22例慢性病例,西南松巴县2013年手指血液调查结果的mf率为4.2%。本研究的目的是确定哪些按蚊作为媒介,并从这些媒介中获得生物学信息。采用人体着陆收集法、胸外科手术和蚊虫诱蚊法。此外,还对研究区按蚊幼虫孳生环境的物理状态进行了调查和测量。研究结果由安蚊获得。东松巴区迷走神经阳性携带3期丝虫幼虫,西南松巴区阳性携带3期丝虫幼虫。sundaicus。人均每晚咬人密度(MBR)其叮咬密度为3只/人,而迷走神经密度为2.8只/人。这两种昆虫的咬食和休息行为都倾向于外食,有两个咬密度高峰,即午夜和清晨。一个幼虫。迷走虫见于水牛和稻田,而安氏幼虫。Sundaicus在沼泽、水井、水坑和马厩中都有发现。两种物种各生境的物理环境因子基本相同,即温度在26-28℃之间,pH值在6-8之间,水体趋于安静,所有生境均暴露在阳光直射下。这两种生境的物理环境因子的差异仅在于水体盐度的浓度,这都是安栖的特点。迷走神经为0‰;印尼丝虫病的流行媒介是印尼丝虫病的主要病原是印尼丝虫病。2013年,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据显示,全国人口普查数据为4.2%。按蚊(Anopheles)是指按蚊(Anopheles)是指按蚊(Anopheles);按蚊(Anopheles)是指按蚊(Anopheles)。蒙古那坎方法人类登陆采集,企鹅栖息地perkembangbiakan幼虫,企鹅栖息地keadaan和finisik lingkungan栖息地perkembangbiakan幼虫。Hasil penelitian diperoleh nyamuk An。迷走神经阳性,mengandung幼虫体育场3丝虫病,Kabupaten, Sumba Timur, sedangkan, di Sumba Barat, Daya adalah An。sundaicus。Kepadatan mengigit per orange per malam (MBR)。迷走sebesar 2 8 ekor /猩猩而kepadatan menggigit。Sundaicus sebesar 3 /orang。紫竹竹属植物的种类有:紫竹竹属植物,紫竹竹属植物,紫竹竹属植物,紫竹竹属植物,紫竹竹属植物,紫竹竹属植物。幼虫。迷走神经diemukan pada kubangan kerbau dan sawah sedangkan幼虫。Sundaicus ditemukan di rawa, sumur, genangan Dan kobakan。Faktor fisik lingkungan masingmasing栖息地kedua spesies于篇umumnya央行yaitu苏沪berkisar途径的C, pH值6 - 8,空气cenderung直径丹semua terpapar matahari langsung栖息地。林昆干飞禽栖地的适宜生长因子:飞禽栖地、飞禽栖地、飞禽栖地、飞禽栖地。迷走神经adalah 0‰sedangkan An。3-5‰。
Penentuan Nyamuk Anopheles spp sebagai Vektor Filariasis di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur
Abstract
Filariasis is one of the neglected vector diseases and is still a problem in Indonesia. Reported from two districts in NTT Province, namely in East Sumba Regency there were 22 chronic cases and in Southwest Sumba Regency, the finger blood survey results in 2013 had an mf rate of 4.2%. The purpose of this study was to determine which Anopheles species act as vectors and obtain bionomic information from these vector species. Using the Human landing collection method, thoracic surgery and mosquito probosis. In addition, a larval breeding habitat survey was also carried out and measurements of the physical state of the Anopheles larvae breeding environment in the study area. The results of the study were obtained by An mosquitoes. vagus positively contains stage 3 filaria larvae in East Sumba Regency while in Southwest Sumba is An. sundaicus. Biting density per person per night (MBR) An. vagus of 2.8 individuals / person while the bite density of An sundaicus is 3 individuals / person. Biting and resting behavior of these two species tended to be exophagic with two peaks of biting density namely midnight and early morning. An Larva. vagus is found in buffalo and rice fields while An larvae. sundaicus is found in swamps, wells, puddles and stalls. The physical environmental factors of each habitat of the two species are generally the same, namely temperatures ranging from 26-28 0C, pH 6-8, water tends to be quiet and all habitats exposed to direct sunlight. The difference in the physical environmental factors of the habitat of these two species is only in the concentration of water salinity, which is all An habitat. vagus is 0 ‰ while An. sundaicus ranges from 3-5 ‰
Abstrak
Filariasis merupakan salah satu penyakit tular vektor yang pernah terabaikan dan hingga kini masih menjadi masalah di Indonesia. Dilaporkan dari dua kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu di Kabupaten Sumba Timur terdapat 22 kasus kronis dan di Kabupaten Sumba Barat Daya, hasil survei darah jari pada tahun 2013 didapatkan mf rate sebesar 4,2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan spesies Anopheles apa yang berperan sebagai vektor serta mendapatkan informasi bionomik dari spesies vektor tersebut. Menggunakan metode Human landing collection, pembedahan toraks dan probosis nyamuk Selain itu juga dilakukan survei habitat perkembangbiakan larva serta pengukuran keadaan fisik lingkungan habitat perkembangbiakan larva Anopheles di wilayah penelitian. Hasil penelitian diperoleh nyamuk An. vagus positif mengandung larva stadium 3 filaria di Kabupaten Sumba Timur sedangkan di Sumba Barat Daya adalah An. sundaicus. Kepadatan mengigit per orang per malam (MBR) An. vagus sebesar 2,8 ekor/orang sedangkan kepadatan menggigit An. sundaicus sebesar 3 ekor/orang. Perilaku mengigit dan istirahat kedua spesies ini cenderung eksofagik dengan dua puncak kepadatan mengigit yaitu tengah malam dan menjelang pagi. Larva An. vagus ditemukan pada kubangan kerbau dan sawah sedangkan larva An. sundaicus ditemukan di rawa, sumur, genangan dan kobakan. Faktor fisik lingkungan masingmasing habitat kedua spesies tersebut pada umumnya sama yaitu suhu berkisar 26-28 C, pH 6-8, air cenderung diam dan semua habitat terpapar matahari langsung. Perbedaan faktor fisik lingkungan habitat kedua spesies ini adalah hanya pada konsentrasi salinitas air yaitu semua habitat An. vagus adalah 0 ‰ sedangkan An. sundaicus berkisar 3-5‰.