{"title":"苏拉威西南部苏拉威西摄政中filrekang摄政的污染程度和社会行为因素的消除","authors":"Nurul Hidayah, Sitti Chadijah, Neflita Nelfita, Rosmini Rosmini","doi":"10.22435/mpk.v31i4.3919","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Enrekang district is one of the regions in South Sulawesi Province that has been declared endemic for filariasis since the first case was found in the fingerblood survey (SDJ) in 2006. In Enrekang district, the Filariasis Mass Prevention Drug Administration (POPM) program has been implemented for five years continuously from 2007 to 2011, and passed the TAS-3 (Transmission Assessment Survey), also received a filariasis-free certificate from the Ministry of Health in 2016. This research aimed to determine the microfilaremia rate after passing TAS–3 and identify community behavioral factors related to filariasis elimination in filariasis endemic areas in Enrekang District, South Sulawesi Province. The research design was cross-sectional and conducted from February to December 2017. Data collections were carried out in two sentinel villages, namely Potokullin village Buntu Batu Sub District and Parombean village located in Curio Sub District, Enrekang District. Data were collected through fingerblood survey and interviews with 310 residents (minimum sample size) for each of these villages. The results of SDJ showed that there were no microfilariae in all samples examined. Enrekang District can be declared as a filariasis-free area. The behavior of community in using mosquito nets and closed clothing as an effort to avoid mosquito bites and community participation in taking filariasis mass drug greatly contributed to the succes of filariasis elimination in Enrekang District, South Sulawesi Province. \nAbstrak \nKabupaten Enrekang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan yang dinyatakan endemis filariasis sejak ditemukan kasus pertama pada kegiatan survei darah jari (SDJ) di tahun 2006. Di Kabupaten Enrekang telah dilaksanakan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis selama lima tahun terus-menerus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan lulus TAS-3 (Transmission Assesment Survey), serta menerima sertifikat bebas filariasis dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan angka mikrofilaremia paska lulus TAS – 3 dan mengidentifikasi faktor-faktor perilaku masyarakat yang berkaitan dengan eliminasi filariasis di wilayah endemis filariasis di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Desember tahun 2017. Kegiatan dilaksanakan di dua desa sentinel, yaitu Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Pengumpulan data dilakukan dengan survei darah jari dan wawancara terhadap 310 penduduk (jumlah sampel minimum) untuk masing-masing desa tersebut. Hasil SDJ menunjukkan bahwa tidak terdapat mikrofilaria dari keseluruhan sampel yang diperiksa. Kabupaten Enrekang dapat dinyatakan sebagai daerah yang bebas filariasis. Perilaku masyarakat dalam menggunakan kelambu dan pakaian tertutup sebagai upaya untuk menghindari gigitan nyamuk serta keikutsertaan masyarakat dalam meminum obat massal filariasis sangat berperan terhadap keberhasilan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Status Endemisitas Filariasis dan Faktor Perilaku Masyarakat Terkait Eliminasi Filariasis di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan\",\"authors\":\"Nurul Hidayah, Sitti Chadijah, Neflita Nelfita, Rosmini Rosmini\",\"doi\":\"10.22435/mpk.v31i4.3919\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Enrekang district is one of the regions in South Sulawesi Province that has been declared endemic for filariasis since the first case was found in the fingerblood survey (SDJ) in 2006. In Enrekang district, the Filariasis Mass Prevention Drug Administration (POPM) program has been implemented for five years continuously from 2007 to 2011, and passed the TAS-3 (Transmission Assessment Survey), also received a filariasis-free certificate from the Ministry of Health in 2016. This research aimed to determine the microfilaremia rate after passing TAS–3 and identify community behavioral factors related to filariasis elimination in filariasis endemic areas in Enrekang District, South Sulawesi Province. The research design was cross-sectional and conducted from February to December 2017. Data collections were carried out in two sentinel villages, namely Potokullin village Buntu Batu Sub District and Parombean village located in Curio Sub District, Enrekang District. Data were collected through fingerblood survey and interviews with 310 residents (minimum sample size) for each of these villages. The results of SDJ showed that there were no microfilariae in all samples examined. Enrekang District can be declared as a filariasis-free area. The behavior of community in using mosquito nets and closed clothing as an effort to avoid mosquito bites and community participation in taking filariasis mass drug greatly contributed to the succes of filariasis elimination in Enrekang District, South Sulawesi Province. \\nAbstrak \\nKabupaten Enrekang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan yang dinyatakan endemis filariasis sejak ditemukan kasus pertama pada kegiatan survei darah jari (SDJ) di tahun 2006. Di Kabupaten Enrekang telah dilaksanakan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis selama lima tahun terus-menerus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan lulus TAS-3 (Transmission Assesment Survey), serta menerima sertifikat bebas filariasis dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan angka mikrofilaremia paska lulus TAS – 3 dan mengidentifikasi faktor-faktor perilaku masyarakat yang berkaitan dengan eliminasi filariasis di wilayah endemis filariasis di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Desember tahun 2017. Kegiatan dilaksanakan di dua desa sentinel, yaitu Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Pengumpulan data dilakukan dengan survei darah jari dan wawancara terhadap 310 penduduk (jumlah sampel minimum) untuk masing-masing desa tersebut. Hasil SDJ menunjukkan bahwa tidak terdapat mikrofilaria dari keseluruhan sampel yang diperiksa. Kabupaten Enrekang dapat dinyatakan sebagai daerah yang bebas filariasis. Perilaku masyarakat dalam menggunakan kelambu dan pakaian tertutup sebagai upaya untuk menghindari gigitan nyamuk serta keikutsertaan masyarakat dalam meminum obat massal filariasis sangat berperan terhadap keberhasilan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.\",\"PeriodicalId\":18323,\"journal\":{\"name\":\"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan\",\"volume\":\"5 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.1000,\"publicationDate\":\"2021-12-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22435/mpk.v31i4.3919\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/mpk.v31i4.3919","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
恩热康区是南苏拉威西省自2006年在指血调查中发现第一例丝虫病以来宣布为地方病的地区之一。恩热康区从2007年至2011年连续5年实施了丝虫病大规模预防药物管理(POPM)项目,并通过了传播评估调查(tas3),并于2016年获得了卫生部颁发的无丝虫病证书。本研究旨在确定南苏拉威西省恩热康区丝虫病流行区通过tas3后的微丝虫病发生率,并确定与丝虫病消除相关的社区行为因素。研究设计为横断面设计,于2017年2月至12月进行。数据收集工作在两个哨点村进行,即位于恩热康区库里奥街道的波托库林村和本图巴图街道的Parombean村。通过手指血调查和对每个村庄310名居民(最小样本量)的访谈收集数据。SDJ检测结果显示,所有样品均未检出微丝蚴。恩热康区可以宣布为无丝虫病区。南苏拉威西省恩热康区成功消灭丝虫病的主要原因是社区使用蚊帐和衣物防止蚊虫叮咬,以及社区参与丝虫病群众用药。Abstrak县Enrekang merupakan salah研究wilayah di Provinsi苏拉威西塞拉坦风杨dinyatakan endemis丝虫病sejak ditemukan kasus pertama篇kegiatan survei darah jari(从事)di tahun 2006。Di Kabupaten Enrekang telah dilaksanakan计划Pemberian Obat penegahan Massal (POPM)丝虫病selama lima tahun terus- menmenus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan lulus TAS-3(传播评估调查),serta menerima sertifikat bebas丝虫病dari Kementerian Kesehatan patan tahun 2016。苏拉威西,恩热康省,苏拉威西,塞拉坦。Penelitian ini bertujuan untuk menentukan angka microfilaremia paska lulus TAS - 3 dan mengidentifikasi factor - factor, peraku masyarakat yang berkaitan dengan消灭丝虫病。Desain penelitian adalah横截面。Penelitian dilakukan padadbulan 2月,sampai, dengan bulan 12月,tahun 2017。Kegiatan dilaksanakan di dua desa sentinel, yitu desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang。彭普兰数据dilakukan dengan survei darah jari dan wawancara terhadap 310 penduduk (jumlah sample minimum) untuk - masing-masing desterbut。[3] [j] [menunjukkan] [bawa] [terdapat]微丝虫[keseluuhan]。Kabupaten Enrekang dapat dinyatakan sebagai daerah yang患丝虫病。苏拉威西,西拉丹,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西,喀拉威西。
Status Endemisitas Filariasis dan Faktor Perilaku Masyarakat Terkait Eliminasi Filariasis di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan
Enrekang district is one of the regions in South Sulawesi Province that has been declared endemic for filariasis since the first case was found in the fingerblood survey (SDJ) in 2006. In Enrekang district, the Filariasis Mass Prevention Drug Administration (POPM) program has been implemented for five years continuously from 2007 to 2011, and passed the TAS-3 (Transmission Assessment Survey), also received a filariasis-free certificate from the Ministry of Health in 2016. This research aimed to determine the microfilaremia rate after passing TAS–3 and identify community behavioral factors related to filariasis elimination in filariasis endemic areas in Enrekang District, South Sulawesi Province. The research design was cross-sectional and conducted from February to December 2017. Data collections were carried out in two sentinel villages, namely Potokullin village Buntu Batu Sub District and Parombean village located in Curio Sub District, Enrekang District. Data were collected through fingerblood survey and interviews with 310 residents (minimum sample size) for each of these villages. The results of SDJ showed that there were no microfilariae in all samples examined. Enrekang District can be declared as a filariasis-free area. The behavior of community in using mosquito nets and closed clothing as an effort to avoid mosquito bites and community participation in taking filariasis mass drug greatly contributed to the succes of filariasis elimination in Enrekang District, South Sulawesi Province.
Abstrak
Kabupaten Enrekang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan yang dinyatakan endemis filariasis sejak ditemukan kasus pertama pada kegiatan survei darah jari (SDJ) di tahun 2006. Di Kabupaten Enrekang telah dilaksanakan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis selama lima tahun terus-menerus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, dan lulus TAS-3 (Transmission Assesment Survey), serta menerima sertifikat bebas filariasis dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan angka mikrofilaremia paska lulus TAS – 3 dan mengidentifikasi faktor-faktor perilaku masyarakat yang berkaitan dengan eliminasi filariasis di wilayah endemis filariasis di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Desember tahun 2017. Kegiatan dilaksanakan di dua desa sentinel, yaitu Desa Potokullin, Kecamatan Buntu Batu dan Desa Parombean, Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Pengumpulan data dilakukan dengan survei darah jari dan wawancara terhadap 310 penduduk (jumlah sampel minimum) untuk masing-masing desa tersebut. Hasil SDJ menunjukkan bahwa tidak terdapat mikrofilaria dari keseluruhan sampel yang diperiksa. Kabupaten Enrekang dapat dinyatakan sebagai daerah yang bebas filariasis. Perilaku masyarakat dalam menggunakan kelambu dan pakaian tertutup sebagai upaya untuk menghindari gigitan nyamuk serta keikutsertaan masyarakat dalam meminum obat massal filariasis sangat berperan terhadap keberhasilan eliminasi filariasis di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.