Khamaliyah Nur Erine, Sakafitri Rimasari, Ari Sapto
{"title":"荷兰殖民风格的建筑在马朗市木原地区的存在,在1900至2021年","authors":"Khamaliyah Nur Erine, Sakafitri Rimasari, Ari Sapto","doi":"10.17977/um081v2i42022p588-602","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The history of the city of Malang has a long journey until the presence of the city of Malang is rapidly as it is today. Judging from its history, in 1914 the Kayutangan area to the Malang city square was used as the center of Malang city at that time. This is because the geographical location of Kayutangan is very strategic for trade and service routes and is used as a connecting route between Malang and Surabaya. The pattern of settlements is formed around the square with the pattern following the grouping of a plural society. Most of the colonial buildings in Malang adhere to Dutch architecture. Colonial buildings built before the 1920s have an \"Indische Empire\" architectural style which is an old European model building. In the years after the 1920s the colonial building had an architectural style of \"Nieuwe Bouwen\" which had been adapted to the climate and building techniques of the Dutch East Indies. The existence of the Dutch colonial style building at this time can still be enjoyed by the facade of the building. Contextual buildings are designed based on the existing environmental and climate systems to realize buildings that adopt Dutch colonial architecture and the system of structuring the routes prioritizes users' comfort and safety when passing through these routes. The author uses the historical method which has four stages including heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The purpose of writing this article is to find out the historical background of the architectural development of the Kayutangan area, Malang and to analyze the existence of Dutch colonial buildings in the Kayutangan area, Malang in 1900-2021.Sejarah kota Malang memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga hadirnya kota Malang yang pesat seperti saat ini. Ditinjau dari sejarahnya, pada tahun 1914 kawasan Kayutangan hingga alun-alun kota Malang dijadikan sebagai pusat kota Malang pada saat itu. Hal ini dikarenakan letak geografis Kayutangan sangat strategis untuk jalur perdagangan dan jasa serta dijadikan sebagai jalur penghubung antara Malang dengan Surabaya. Pola pemukiman terbentuk di sekeliling alun-alun dengan polanya mengikuti pengelompokan masyarakat majemuk. Sebagian besar bangunan kolonial di Malang menganut arsitektur Belanda. Bangunan kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920-an memiliki gaya arsitektur “Indische Empire” yang merupakan bangunan model Eropa lama. Pada tahun setelah 1920-an bangunan kolonial memiliki gaya arsitektur “Nieuwe Bouwen” yang telah disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan Hindia Belanda. Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda pada masa kini masih bisa dinikmati fasade bangunannya. Bangunan kontekstual yang dirancang berdasarkan sistem lingkungan dan iklim yang ada untuk mewujudkan bangunan yang mengadopsi arsitektur kolonial Belanda dan sistem penataan jalur-jalur lebih memprioritaskan para penggunanya nyaman dan aman ketika melewati jalur tersebut. Penulis menggunakan metode sejarah yang memiliki empat tahap diantaranya heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui latar historis perkembangan arsitektur kawasan Kayutangan, Malang serta untuk menganalisis eksistensi bangunan kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Malang pada tahun 1900-2021.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2022-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Kota Malang pada tahun 1900-2021\",\"authors\":\"Khamaliyah Nur Erine, Sakafitri Rimasari, Ari Sapto\",\"doi\":\"10.17977/um081v2i42022p588-602\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The history of the city of Malang has a long journey until the presence of the city of Malang is rapidly as it is today. Judging from its history, in 1914 the Kayutangan area to the Malang city square was used as the center of Malang city at that time. This is because the geographical location of Kayutangan is very strategic for trade and service routes and is used as a connecting route between Malang and Surabaya. The pattern of settlements is formed around the square with the pattern following the grouping of a plural society. Most of the colonial buildings in Malang adhere to Dutch architecture. Colonial buildings built before the 1920s have an \\\"Indische Empire\\\" architectural style which is an old European model building. In the years after the 1920s the colonial building had an architectural style of \\\"Nieuwe Bouwen\\\" which had been adapted to the climate and building techniques of the Dutch East Indies. The existence of the Dutch colonial style building at this time can still be enjoyed by the facade of the building. Contextual buildings are designed based on the existing environmental and climate systems to realize buildings that adopt Dutch colonial architecture and the system of structuring the routes prioritizes users' comfort and safety when passing through these routes. The author uses the historical method which has four stages including heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The purpose of writing this article is to find out the historical background of the architectural development of the Kayutangan area, Malang and to analyze the existence of Dutch colonial buildings in the Kayutangan area, Malang in 1900-2021.Sejarah kota Malang memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga hadirnya kota Malang yang pesat seperti saat ini. Ditinjau dari sejarahnya, pada tahun 1914 kawasan Kayutangan hingga alun-alun kota Malang dijadikan sebagai pusat kota Malang pada saat itu. Hal ini dikarenakan letak geografis Kayutangan sangat strategis untuk jalur perdagangan dan jasa serta dijadikan sebagai jalur penghubung antara Malang dengan Surabaya. Pola pemukiman terbentuk di sekeliling alun-alun dengan polanya mengikuti pengelompokan masyarakat majemuk. Sebagian besar bangunan kolonial di Malang menganut arsitektur Belanda. Bangunan kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920-an memiliki gaya arsitektur “Indische Empire” yang merupakan bangunan model Eropa lama. Pada tahun setelah 1920-an bangunan kolonial memiliki gaya arsitektur “Nieuwe Bouwen” yang telah disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan Hindia Belanda. Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda pada masa kini masih bisa dinikmati fasade bangunannya. Bangunan kontekstual yang dirancang berdasarkan sistem lingkungan dan iklim yang ada untuk mewujudkan bangunan yang mengadopsi arsitektur kolonial Belanda dan sistem penataan jalur-jalur lebih memprioritaskan para penggunanya nyaman dan aman ketika melewati jalur tersebut. Penulis menggunakan metode sejarah yang memiliki empat tahap diantaranya heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui latar historis perkembangan arsitektur kawasan Kayutangan, Malang serta untuk menganalisis eksistensi bangunan kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Malang pada tahun 1900-2021.\",\"PeriodicalId\":40352,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Modern Russian History and Historiography\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.1000,\"publicationDate\":\"2022-10-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Modern Russian History and Historiography\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.17977/um081v2i42022p588-602\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q3\",\"JCRName\":\"HISTORY\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Modern Russian History and Historiography","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/um081v2i42022p588-602","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"HISTORY","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
玛琅市的历史经历了漫长的旅程,直到今天玛琅市的存在才迅速发展起来。从历史上看,1914年至玛琅市广场的Kayutangan地区被用作当时玛琅市的中心。这是因为Kayutangan的地理位置对于贸易和服务路线非常具有战略意义,并且被用作玛琅和泗水之间的连接路线。围绕广场形成聚落格局,格局遵循多元社会的分组。玛琅的大多数殖民建筑都沿用荷兰建筑风格。20世纪20年代以前建造的殖民建筑具有“印第什帝国”的建筑风格,是一种古老的欧洲模型建筑。在20世纪20年代之后的几年里,殖民地建筑采用了“Nieuwe Bouwen”的建筑风格,适应了荷属东印度群岛的气候和建筑技术。此时荷兰殖民风格建筑的存在仍然可以从建筑的立面上欣赏到。文脉建筑在现有环境和气候系统的基础上进行设计,实现采用荷兰殖民建筑风格的建筑,路线结构系统优先考虑用户通过这些路线时的舒适性和安全性。作者采用的史学方法分为启发式、来源批判、阐释和史学四个阶段。写这篇文章的目的是找出马朗Kayutangan地区建筑发展的历史背景,并分析1900-2021年马朗Kayutangan地区荷兰殖民建筑的存在。杨Sejarah哥打玛琅memiliki perjalanan cukup panjang hingga hadirnya哥打玛琅杨pesat seperti种子ini。1914 kawasan Kayutangan hinga alun-alun kota Malang dijadikan sebagai pusat kota Malang padsaat itu。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。Pola pemukiman terbentuk di sekeliling alun-alun dengan polanya mengikuti pengelompokan masyarakat majemuk。塞巴吉亚纳邦古纳殖民地总督迪玛朗·芒加纳特·贝兰达。班古南殖民地杨迪班古南sebelum tahun 1920- and memiliki gaya arsitektur“印第什帝国”杨迪班古南模型欧罗巴喇嘛。1920年的今天,孟加拉殖民时期的纪念活动开始了,“新布文”开始了,“新布文”开始了,“新布文”开始了。Eksistensi bangunan gaya殖民地Belanda pada masa kini masih bisa dinikmati fasade bangunannya。翻译为:Bangunan kontekstual yang dirancang berdasarkan system lingkungan daniklim yang ada untuk mewujudk mewujudk kolial Belanda dansystem penataan jalur-jalur lebih memprioriitaskan para penggunanya nyaman danaman ketika melewati jalur tersebut。Penulis menggunakan方法sejarah yang memoriliki empata diantaranya启发式,批判数量,解释和史学。Malang serta untuk menganalis eksistensi bangunan colonial Belanda di kawasan Kayutangan, Malang patada tahun 1900-2021。
Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Kota Malang pada tahun 1900-2021
The history of the city of Malang has a long journey until the presence of the city of Malang is rapidly as it is today. Judging from its history, in 1914 the Kayutangan area to the Malang city square was used as the center of Malang city at that time. This is because the geographical location of Kayutangan is very strategic for trade and service routes and is used as a connecting route between Malang and Surabaya. The pattern of settlements is formed around the square with the pattern following the grouping of a plural society. Most of the colonial buildings in Malang adhere to Dutch architecture. Colonial buildings built before the 1920s have an "Indische Empire" architectural style which is an old European model building. In the years after the 1920s the colonial building had an architectural style of "Nieuwe Bouwen" which had been adapted to the climate and building techniques of the Dutch East Indies. The existence of the Dutch colonial style building at this time can still be enjoyed by the facade of the building. Contextual buildings are designed based on the existing environmental and climate systems to realize buildings that adopt Dutch colonial architecture and the system of structuring the routes prioritizes users' comfort and safety when passing through these routes. The author uses the historical method which has four stages including heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The purpose of writing this article is to find out the historical background of the architectural development of the Kayutangan area, Malang and to analyze the existence of Dutch colonial buildings in the Kayutangan area, Malang in 1900-2021.Sejarah kota Malang memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga hadirnya kota Malang yang pesat seperti saat ini. Ditinjau dari sejarahnya, pada tahun 1914 kawasan Kayutangan hingga alun-alun kota Malang dijadikan sebagai pusat kota Malang pada saat itu. Hal ini dikarenakan letak geografis Kayutangan sangat strategis untuk jalur perdagangan dan jasa serta dijadikan sebagai jalur penghubung antara Malang dengan Surabaya. Pola pemukiman terbentuk di sekeliling alun-alun dengan polanya mengikuti pengelompokan masyarakat majemuk. Sebagian besar bangunan kolonial di Malang menganut arsitektur Belanda. Bangunan kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920-an memiliki gaya arsitektur “Indische Empire” yang merupakan bangunan model Eropa lama. Pada tahun setelah 1920-an bangunan kolonial memiliki gaya arsitektur “Nieuwe Bouwen” yang telah disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan Hindia Belanda. Eksistensi bangunan gaya kolonial Belanda pada masa kini masih bisa dinikmati fasade bangunannya. Bangunan kontekstual yang dirancang berdasarkan sistem lingkungan dan iklim yang ada untuk mewujudkan bangunan yang mengadopsi arsitektur kolonial Belanda dan sistem penataan jalur-jalur lebih memprioritaskan para penggunanya nyaman dan aman ketika melewati jalur tersebut. Penulis menggunakan metode sejarah yang memiliki empat tahap diantaranya heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui latar historis perkembangan arsitektur kawasan Kayutangan, Malang serta untuk menganalisis eksistensi bangunan kolonial Belanda di kawasan Kayutangan, Malang pada tahun 1900-2021.