{"title":"对后现代乌朗·班贾尔身份的数字文化侵略和消费主义","authors":"Supriansyah Supriansyah","doi":"10.18592/AL-BANJARI.V18I1.2544","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article examines the identity of the Banjar people who have been trapped in issues of ethnicity, religion and culture. The social construction of the identity of contemporary or urban Banjar people is still not touched by many researchers. Known as a religious and obedient society, the urban Banjar people cannot avoid contact with the clash of differences, where the presence of the internet makes it easy to clash or friction with various things. Living in the postmodern era, the Banjar community met with digital culture and consumerism. Both are very susceptible to coloring Islam, which is also happened in forming the identity of the Banjar people itself. Two important questions in this article, namely what do the Banjar people face in the postmodern era? And what is the effect on the construction of the identity of the Banjar people? In fact, the spirituality of the Banjar community which is touched by digital culture and consumerism is transformed by infecting the secular side and the melting of traditionalism in Banjar's public life. The culture of Ahlussunnah wal jamaah of the Banjar community is no longer rigid but mingles with several different ideologies or ideologies. The Islamic identity of the Banjar people is no longer dominated by the ideology of Aswaja. At the same time, political conditions play an active role, so there is silence on the worship side because it is intertwined with consumerism, digital culture and the strengthening of the flow of Islamic populism in society. Artikel ini mengulik identitas masyarakat Banjar yang selama ini masih terjebak dalam persoalan etnisitas, keberagamaan dan kebudayaan. Konstruksi sosial atas identitas urang Banjar kontemporer atau urban masih belum banyak disentuh oleh banyak peneliti. Dikenal sebagai masyarakat yang religious dan taat beribadah, urang Banjar urban tidak bisa mengelak bersentuhan dengan benturan berbagai perbedaan, di mana dengan kehadiran internet memudahkan terjadi benturan atau gesekan dengan berbagai hal. Hidup di era pascamodern, masyarakat Banjar berjumpa dengan kultur digital dan budaya konsumerisme. Dua kultur yang sangat rentan mewarnai keberislaman, yang mana juga sebagai identitas urang Banjar itu sendiri. Dua pertanyaan penting dalam artikel ini, yaitu apa saja yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat Banjar di era pascamodern? Dan apa pengaruhnya terhadap konstruksi identitas urang Banjar? Spritualitas masyarakat Banjar yang dijamah kultur digital dan konsumerisme bertransformasi dengan menjangkiti sisi sekuler dan mencairnya tradisionalisme di kehidupan publik Banjar. Kultur Ahlussunnah wal Jamaah masyarakat Banjar tidak lagi rigid dan berbaur cair dengan beberapa paham atau ideologi yang berbeda. Identitas Keberislaman urang Banjar tidak lagi didominasi dibatasi ideologi Aswaja. Di saat yang sama kondisi politik turut memainkan peran aktif, sehingga terjadi pendangkalan pada sisi peribadatan karena berkelindan dengan konsumerisme, kultur digital dan menguatnya arus populisme Islam di masyarakat.","PeriodicalId":32130,"journal":{"name":"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":"{\"title\":\"AGRESI KULTUR DIGITAL DAN KONSUMERISME PADA IDENTITAS URANG BANJAR DI ERA PASCAMODERN\",\"authors\":\"Supriansyah Supriansyah\",\"doi\":\"10.18592/AL-BANJARI.V18I1.2544\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article examines the identity of the Banjar people who have been trapped in issues of ethnicity, religion and culture. The social construction of the identity of contemporary or urban Banjar people is still not touched by many researchers. Known as a religious and obedient society, the urban Banjar people cannot avoid contact with the clash of differences, where the presence of the internet makes it easy to clash or friction with various things. Living in the postmodern era, the Banjar community met with digital culture and consumerism. Both are very susceptible to coloring Islam, which is also happened in forming the identity of the Banjar people itself. Two important questions in this article, namely what do the Banjar people face in the postmodern era? And what is the effect on the construction of the identity of the Banjar people? In fact, the spirituality of the Banjar community which is touched by digital culture and consumerism is transformed by infecting the secular side and the melting of traditionalism in Banjar's public life. The culture of Ahlussunnah wal jamaah of the Banjar community is no longer rigid but mingles with several different ideologies or ideologies. The Islamic identity of the Banjar people is no longer dominated by the ideology of Aswaja. At the same time, political conditions play an active role, so there is silence on the worship side because it is intertwined with consumerism, digital culture and the strengthening of the flow of Islamic populism in society. Artikel ini mengulik identitas masyarakat Banjar yang selama ini masih terjebak dalam persoalan etnisitas, keberagamaan dan kebudayaan. Konstruksi sosial atas identitas urang Banjar kontemporer atau urban masih belum banyak disentuh oleh banyak peneliti. Dikenal sebagai masyarakat yang religious dan taat beribadah, urang Banjar urban tidak bisa mengelak bersentuhan dengan benturan berbagai perbedaan, di mana dengan kehadiran internet memudahkan terjadi benturan atau gesekan dengan berbagai hal. Hidup di era pascamodern, masyarakat Banjar berjumpa dengan kultur digital dan budaya konsumerisme. Dua kultur yang sangat rentan mewarnai keberislaman, yang mana juga sebagai identitas urang Banjar itu sendiri. Dua pertanyaan penting dalam artikel ini, yaitu apa saja yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat Banjar di era pascamodern? Dan apa pengaruhnya terhadap konstruksi identitas urang Banjar? Spritualitas masyarakat Banjar yang dijamah kultur digital dan konsumerisme bertransformasi dengan menjangkiti sisi sekuler dan mencairnya tradisionalisme di kehidupan publik Banjar. Kultur Ahlussunnah wal Jamaah masyarakat Banjar tidak lagi rigid dan berbaur cair dengan beberapa paham atau ideologi yang berbeda. Identitas Keberislaman urang Banjar tidak lagi didominasi dibatasi ideologi Aswaja. Di saat yang sama kondisi politik turut memainkan peran aktif, sehingga terjadi pendangkalan pada sisi peribadatan karena berkelindan dengan konsumerisme, kultur digital dan menguatnya arus populisme Islam di masyarakat.\",\"PeriodicalId\":32130,\"journal\":{\"name\":\"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman\",\"volume\":\"6 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-06-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"3\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18592/AL-BANJARI.V18I1.2544\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"AlBanjari Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Keislaman","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/AL-BANJARI.V18I1.2544","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
摘要
这篇文章探讨了班贾尔人的身份,他们被困在种族、宗教和文化问题中。当代班贾尔人或城市班贾尔人身份的社会建构仍未被许多研究者触及。班加尔人是一个以宗教和顺从著称的社会,他们无法避免接触到不同的冲突,互联网的存在使他们很容易与各种事物发生冲突或摩擦。生活在后现代时代,班贾尔社区遇到了数字文化和消费主义。两者都很容易受到伊斯兰教色彩的影响,这也发生在形成班贾尔人本身的身份时。本文提出了两个重要的问题,即班贾尔人在后现代时代面临着什么?这对班贾尔人的身份建构有什么影响?事实上,受数字文化和消费主义影响的班加尔社区的灵性,是通过感染世俗的一面和传统主义在班加尔公共生活中的融化而转变的。班贾尔社区的Ahlussunnah wal jamaah文化不再僵化,而是融合了几种不同的意识形态或意识形态。班贾尔人的伊斯兰身份不再受阿斯瓦贾意识形态的支配。与此同时,政治条件发挥了积极作用,因此在崇拜方面存在沉默,因为它与消费主义、数字文化和伊斯兰民粹主义在社会中的流动加强交织在一起。Artikel ini mengulik identitas masyarakat Banjar yang selama ini masih terjebak dalam persoalan etnisitas, keberagamaan dan kebudayaan。在城市中,人们对榕树的社会特征有不同的认识。Dikenal sebagai masyarakat yang religious dan taat berbagai, urang Banjar,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市,城市。【翻译】:我们的文化是数字化的,我们的消费是现代化的。Dua文化yang sangat rentan mewarnai keberislaman, yang mana juga sebagai identitas urang Banjar itu sendiri。这句话的意思是:“我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是……”丹阿帕彭加鲁尼亚特哈扎德·哈扎克什的身份是什么?精神上的进步是进步,是进步,是进步,是进步,是进步,是进步,是进步。文化Ahlussunnah wal Jamaah masyarakat Banjar tidak lagi刚性danberbaur椅子登根bebera pahamau意识形态yang berbeda。识别Keberislaman urang Banjar tidak lagi didominasi dibatasi意识形态Aswaja。Di saat yang sama kondisi politik turut memainkan peran aktif, seingga terjadi pendangkalan pada sisi peribadatan karena berkelindan dengan消费主义,文化数字dan menguatnya和民粹主义Islam Di masyarakat。
AGRESI KULTUR DIGITAL DAN KONSUMERISME PADA IDENTITAS URANG BANJAR DI ERA PASCAMODERN
This article examines the identity of the Banjar people who have been trapped in issues of ethnicity, religion and culture. The social construction of the identity of contemporary or urban Banjar people is still not touched by many researchers. Known as a religious and obedient society, the urban Banjar people cannot avoid contact with the clash of differences, where the presence of the internet makes it easy to clash or friction with various things. Living in the postmodern era, the Banjar community met with digital culture and consumerism. Both are very susceptible to coloring Islam, which is also happened in forming the identity of the Banjar people itself. Two important questions in this article, namely what do the Banjar people face in the postmodern era? And what is the effect on the construction of the identity of the Banjar people? In fact, the spirituality of the Banjar community which is touched by digital culture and consumerism is transformed by infecting the secular side and the melting of traditionalism in Banjar's public life. The culture of Ahlussunnah wal jamaah of the Banjar community is no longer rigid but mingles with several different ideologies or ideologies. The Islamic identity of the Banjar people is no longer dominated by the ideology of Aswaja. At the same time, political conditions play an active role, so there is silence on the worship side because it is intertwined with consumerism, digital culture and the strengthening of the flow of Islamic populism in society. Artikel ini mengulik identitas masyarakat Banjar yang selama ini masih terjebak dalam persoalan etnisitas, keberagamaan dan kebudayaan. Konstruksi sosial atas identitas urang Banjar kontemporer atau urban masih belum banyak disentuh oleh banyak peneliti. Dikenal sebagai masyarakat yang religious dan taat beribadah, urang Banjar urban tidak bisa mengelak bersentuhan dengan benturan berbagai perbedaan, di mana dengan kehadiran internet memudahkan terjadi benturan atau gesekan dengan berbagai hal. Hidup di era pascamodern, masyarakat Banjar berjumpa dengan kultur digital dan budaya konsumerisme. Dua kultur yang sangat rentan mewarnai keberislaman, yang mana juga sebagai identitas urang Banjar itu sendiri. Dua pertanyaan penting dalam artikel ini, yaitu apa saja yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat Banjar di era pascamodern? Dan apa pengaruhnya terhadap konstruksi identitas urang Banjar? Spritualitas masyarakat Banjar yang dijamah kultur digital dan konsumerisme bertransformasi dengan menjangkiti sisi sekuler dan mencairnya tradisionalisme di kehidupan publik Banjar. Kultur Ahlussunnah wal Jamaah masyarakat Banjar tidak lagi rigid dan berbaur cair dengan beberapa paham atau ideologi yang berbeda. Identitas Keberislaman urang Banjar tidak lagi didominasi dibatasi ideologi Aswaja. Di saat yang sama kondisi politik turut memainkan peran aktif, sehingga terjadi pendangkalan pada sisi peribadatan karena berkelindan dengan konsumerisme, kultur digital dan menguatnya arus populisme Islam di masyarakat.