{"title":"工作动机、工作满意度与ASN卫生保健人员在Puskesmas工作保留的特征之间的关系:数据分析Risnakes 2017","authors":"Iin Nurlinawati, Lelly Andayasari, Syachroni Syachroni","doi":"10.22435/mpk.v30i2.2674","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACT \nThere is still a gap in the need for health workers based on the ratio of Indonesia's population in 2019. One of the policy recommendations issued by WHO states that it is necessary to maximize the retention of health workers in rural areas, especially those that are underserved by health services. It is also in line with the 3c's SDG's goals of increasing health financing and recruitment, development, training and retention of health workers. Previous studies state that the health service system in rural and remote areas can be implemented well if the motivation and retention of health workers increase so that there is no longer a migration of health workers. Another study shows that increasing incentives and job satisfaction is an effort that can be done to overcome the problem of doctor retention in the area. This study aims to determine the relationship of work motivation, job satisfaction and characteristics of ASN health workers to work retention at the Puskesmas. This study is the result of further analysis of Health Workforce Research (Risnakes) data in 2017 with a sample of all health workers in Puskesmas with ASN status. Data were analyzed univariate, bivariate and multivariate to see what factors most influenced. Based on the results of the study there is a significant relationship between age, sex, level of education, marital status, length of work at the Puskesmas and access to the workplace, motivation and job satisfaction with the retention of the ASN health personnel to continue working at the Puskesmas (p <0, 05). The results of multivariate analysis showed that easy access to the workplace was the dominant factor associated with work retention (OR = 1,928; 95% CI: 1,848-2,011). It is expected that local governments can provide easy access to the workplace for health workers who work at Puskesmas. The policy of building official housing for health workers can be a solution so that health workers feel at home when working in the regions. \nABSTRAK \nMasih terdapat kesenjangan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan rasio jumlah penduduk Indonesia di tahun 2019. Salah satu rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO menyebutkan bahwa perlu memaksimalkan retensi tenaga kesehatan di daerah perdesaan terutama yang kurang terlayani dengan pelayanan kesehatan. Selain itu juga sejalan dengan sasaran 3c pada SDG’s yakni meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan. Studi terdahulu menyatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan di perdesaan dan daerah terpencil dapat terlaksana dengan baik apabila motivasi dan retensi tenaga kesehatan meningkat sehingga tidak terjadi lagi migrasi tenaga kesehatan. Studi lain menunjukkan bahwa peningkatkan insentif dan kepuasan kerja merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah retensi dokter di daerah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi kerja, kepuasan kerja dan karakteristik tenaga kesehatan ASN terhadap retensi kerja di Puskesmas. Studi ini merupakan hasil analisis lanjut dari data Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) tahun 2017 dengan sampel adalah seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas yang berstatus ASN. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat untuk melihat faktor apa yang paling berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama bekerja di Puskesmas dan akses menuju tempat kerja, motivasi dan kepuasan kerja dengan retensi atau kebetahan tenaga kesehatan ASN untuk terus bekerja di Puskesmas (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa mudahnya akses menuju tempat kerja merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan retensi kerja (OR=1,928; 95%CI: 1,848-2,011). Diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan akses menuju tempat kerja bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas. Kebijakan pembangunan rumah dinas bagi tenaga kesehatan dapat menjadi satu solusi agar tenaga kesehatan betah bekerja di daerah.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Hubungan Antara Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Karakteristik Tenaga Kesehatan ASN terhadap Retensi Bekerja di Puskesmas: Analisis Data Risnakes 2017\",\"authors\":\"Iin Nurlinawati, Lelly Andayasari, Syachroni Syachroni\",\"doi\":\"10.22435/mpk.v30i2.2674\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"ABSTRACT \\nThere is still a gap in the need for health workers based on the ratio of Indonesia's population in 2019. One of the policy recommendations issued by WHO states that it is necessary to maximize the retention of health workers in rural areas, especially those that are underserved by health services. It is also in line with the 3c's SDG's goals of increasing health financing and recruitment, development, training and retention of health workers. Previous studies state that the health service system in rural and remote areas can be implemented well if the motivation and retention of health workers increase so that there is no longer a migration of health workers. Another study shows that increasing incentives and job satisfaction is an effort that can be done to overcome the problem of doctor retention in the area. This study aims to determine the relationship of work motivation, job satisfaction and characteristics of ASN health workers to work retention at the Puskesmas. This study is the result of further analysis of Health Workforce Research (Risnakes) data in 2017 with a sample of all health workers in Puskesmas with ASN status. Data were analyzed univariate, bivariate and multivariate to see what factors most influenced. Based on the results of the study there is a significant relationship between age, sex, level of education, marital status, length of work at the Puskesmas and access to the workplace, motivation and job satisfaction with the retention of the ASN health personnel to continue working at the Puskesmas (p <0, 05). The results of multivariate analysis showed that easy access to the workplace was the dominant factor associated with work retention (OR = 1,928; 95% CI: 1,848-2,011). It is expected that local governments can provide easy access to the workplace for health workers who work at Puskesmas. The policy of building official housing for health workers can be a solution so that health workers feel at home when working in the regions. \\nABSTRAK \\nMasih terdapat kesenjangan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan rasio jumlah penduduk Indonesia di tahun 2019. Salah satu rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO menyebutkan bahwa perlu memaksimalkan retensi tenaga kesehatan di daerah perdesaan terutama yang kurang terlayani dengan pelayanan kesehatan. Selain itu juga sejalan dengan sasaran 3c pada SDG’s yakni meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan. Studi terdahulu menyatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan di perdesaan dan daerah terpencil dapat terlaksana dengan baik apabila motivasi dan retensi tenaga kesehatan meningkat sehingga tidak terjadi lagi migrasi tenaga kesehatan. Studi lain menunjukkan bahwa peningkatkan insentif dan kepuasan kerja merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah retensi dokter di daerah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi kerja, kepuasan kerja dan karakteristik tenaga kesehatan ASN terhadap retensi kerja di Puskesmas. Studi ini merupakan hasil analisis lanjut dari data Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) tahun 2017 dengan sampel adalah seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas yang berstatus ASN. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat untuk melihat faktor apa yang paling berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama bekerja di Puskesmas dan akses menuju tempat kerja, motivasi dan kepuasan kerja dengan retensi atau kebetahan tenaga kesehatan ASN untuk terus bekerja di Puskesmas (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa mudahnya akses menuju tempat kerja merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan retensi kerja (OR=1,928; 95%CI: 1,848-2,011). Diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan akses menuju tempat kerja bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas. Kebijakan pembangunan rumah dinas bagi tenaga kesehatan dapat menjadi satu solusi agar tenaga kesehatan betah bekerja di daerah.\",\"PeriodicalId\":18323,\"journal\":{\"name\":\"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan\",\"volume\":\"6 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.1000,\"publicationDate\":\"2020-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22435/mpk.v30i2.2674\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/mpk.v30i2.2674","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
根据2019年印度尼西亚人口比例,对卫生工作者的需求仍然存在差距。世卫组织发布的一项政策建议指出,必须最大限度地将卫生工作者留在农村地区,特别是那些卫生服务不足的地区。这也符合联合国可持续发展目标关于增加卫生筹资和征聘、发展、培训和留住卫生工作者的目标。以前的研究表明,如果卫生工作者的动机和保留增加,使卫生工作者不再迁移,农村和偏远地区的卫生服务系统可以得到很好的实施。另一项研究表明,增加激励和工作满意度是解决该地区医生留用问题的一项努力。本研究旨在确定工作动机、工作满意度和ASN卫生工作者特征与Puskesmas工作保留的关系。本研究是对2017年卫生人力研究(Risnakes)数据进行进一步分析的结果,样本为Puskesmas具有ASN状态的所有卫生工作者。对数据进行单因素、双因素和多因素分析,以了解哪些因素影响最大。根据研究结果,年龄、性别、受教育程度、婚姻状况、在Puskesmas工作的时间长短与ASN保健人员继续在Puskesmas工作的机会、动机和工作满意度之间存在显著关系(p < 0.05)。多变量分析的结果显示,容易进入工作场所是与工作保留相关的主要因素(OR = 1928;95% ci: 1,848- 2011)。预计地方政府可以为在Puskesmas工作的卫生工作者提供方便的工作场所。为卫生工作者建造官方住房的政策可以成为一种解决办法,使卫生工作者在各区域工作时感到宾至如归。【摘要】2019年1月1日,中国日报网报道。Salah satu rekomendas kebijakan yang dikaluarkan oleh WHO menyebukan bahwa perlu memaksimalkan rettensi tenaga kesehatan di daerah perdesaan和terutama yang kurang terlayani dengan pelayanan kesehatan。Selain itu juga sejalan dengan sasaran是可持续发展目标(SDG)的yakni meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan。研究terdahulu menyatakan bahwa系统pelayanan kesehatan di perdesaan dandaerah terlaksana dengan baik apabila motivasi dan retensi tenaga kesehatan meningkat sehinga terjadi lagi migrasi tenaga kesehatan。学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习,学习学习。Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi kerja, kepuasan kerja dan karakteristik tenaga kesehatan ASN terhadap retensi kerja di Puskesmas。研究人员在研究中分析了该地区的数据,并于2017年1月在印度的Tenaga Kesehatan (Risnakes)进行了分析。数据分析分为单变量、双变量和多变量三种,并分析了影响因素。Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama bekerja di Puskesmas dan akses menuju tempat kerja, motivasi dan kepuasan kerja dengan retensi atau kebetahan tenaga kesehatan ASN untuk terus bekerja di Puskesmas (p< 0.05)。多变量menunjukkan bahwa mudahnya akses menuju tempat kerja merupakan factor for dominan yang berhubungan dengan retensi kerja (OR= 1928;95%置信区间:1848 - 2011)。Diharapkan permerintah daerah dapa成员kan kemudahan akuuju tempat kerja bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas。Kebijakan pembangunan rumah dinas bagi tenaga kesehatan dapat menjadi satu solusi agar kesehatan betah bekerja di daerah。
Hubungan Antara Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Karakteristik Tenaga Kesehatan ASN terhadap Retensi Bekerja di Puskesmas: Analisis Data Risnakes 2017
ABSTRACT
There is still a gap in the need for health workers based on the ratio of Indonesia's population in 2019. One of the policy recommendations issued by WHO states that it is necessary to maximize the retention of health workers in rural areas, especially those that are underserved by health services. It is also in line with the 3c's SDG's goals of increasing health financing and recruitment, development, training and retention of health workers. Previous studies state that the health service system in rural and remote areas can be implemented well if the motivation and retention of health workers increase so that there is no longer a migration of health workers. Another study shows that increasing incentives and job satisfaction is an effort that can be done to overcome the problem of doctor retention in the area. This study aims to determine the relationship of work motivation, job satisfaction and characteristics of ASN health workers to work retention at the Puskesmas. This study is the result of further analysis of Health Workforce Research (Risnakes) data in 2017 with a sample of all health workers in Puskesmas with ASN status. Data were analyzed univariate, bivariate and multivariate to see what factors most influenced. Based on the results of the study there is a significant relationship between age, sex, level of education, marital status, length of work at the Puskesmas and access to the workplace, motivation and job satisfaction with the retention of the ASN health personnel to continue working at the Puskesmas (p <0, 05). The results of multivariate analysis showed that easy access to the workplace was the dominant factor associated with work retention (OR = 1,928; 95% CI: 1,848-2,011). It is expected that local governments can provide easy access to the workplace for health workers who work at Puskesmas. The policy of building official housing for health workers can be a solution so that health workers feel at home when working in the regions.
ABSTRAK
Masih terdapat kesenjangan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan rasio jumlah penduduk Indonesia di tahun 2019. Salah satu rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO menyebutkan bahwa perlu memaksimalkan retensi tenaga kesehatan di daerah perdesaan terutama yang kurang terlayani dengan pelayanan kesehatan. Selain itu juga sejalan dengan sasaran 3c pada SDG’s yakni meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan. Studi terdahulu menyatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan di perdesaan dan daerah terpencil dapat terlaksana dengan baik apabila motivasi dan retensi tenaga kesehatan meningkat sehingga tidak terjadi lagi migrasi tenaga kesehatan. Studi lain menunjukkan bahwa peningkatkan insentif dan kepuasan kerja merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah retensi dokter di daerah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi kerja, kepuasan kerja dan karakteristik tenaga kesehatan ASN terhadap retensi kerja di Puskesmas. Studi ini merupakan hasil analisis lanjut dari data Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) tahun 2017 dengan sampel adalah seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas yang berstatus ASN. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat untuk melihat faktor apa yang paling berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama bekerja di Puskesmas dan akses menuju tempat kerja, motivasi dan kepuasan kerja dengan retensi atau kebetahan tenaga kesehatan ASN untuk terus bekerja di Puskesmas (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa mudahnya akses menuju tempat kerja merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan retensi kerja (OR=1,928; 95%CI: 1,848-2,011). Diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan akses menuju tempat kerja bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas. Kebijakan pembangunan rumah dinas bagi tenaga kesehatan dapat menjadi satu solusi agar tenaga kesehatan betah bekerja di daerah.