Artificial Intelligence Dalam Autonomous Weapon Systems: Masalah Teknis atau Masalah Hukum?

Teguh Yuwono, Rahayu Repindowaty Harahap, Bernard Sipahutar
{"title":"Artificial Intelligence Dalam Autonomous Weapon Systems: Masalah Teknis atau Masalah Hukum?","authors":"Teguh Yuwono, Rahayu Repindowaty Harahap, Bernard Sipahutar","doi":"10.22437/up.v3i3.19412","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Artikel ini membahas problematika hukum dalam pemanfaatan Artifficial Intelligence (AI). Dalam perkembangannya, AI telah menggantikan keberadaan manusia dalam berbagai bidang termasuk militer. Terdapat sebuah permasalahan ketika sebuah sistem senjata otonom atau Autonomous Weapon Systems (AWS) menggunakan AI sebagai pengganti operator selain manusia. AWS tidak dapat memenuhi prinsip pembedaan dan prinsip proporisionalitas yang diatur dalam pasal 51 ayat (1-3) dan ayat (5) Protokol Tambahan I 1977. Prinsip ini merupakan dua hal yang solid, karena berkaitan dengan kriteria kinerja teknis yang bergantung pada kinerja lapangan yang hanya bisa dilaksanakan oleh manusia. Meskipun AWS menggunakan sensor sebagai alat pembeda, namun hal tersebut tidaklah memberikan lagitimasi bahwa sistem senjata ini dapat menerapkan prinsip pembedaan. Sebuah serangan diskriminatif juga akan melanggar hukum jika tidak disesuaikan dengan prinsip proporsionalitas. Inilah letak penting peran manusia dalam mencegah adanya kerugian yang tidak diperlukan. Selain itu, penggunaan AI pada AWS juga telah membuat putusnya rantai tanggungjawab komando yang mensyaratkan adanya unsur atasan dan bawahan. Hal inilah yang tak dimiliki secara jelas antara AWS dan seorang komandan yang memberikan perintah untuk melakukan penyerangan. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang secara khusus mengatur tentang AWS dalam bentuk konvensi baru atau penambahan protokol pada The United Nations Convention on Certain Weapon 1980 dengan tujuan untuk membatasi penggunaan AI supaya keberadaan manusia tetap ada dalam setiap penggunaan senjata.","PeriodicalId":336517,"journal":{"name":"Uti Possidetis: Journal of International Law","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Uti Possidetis: Journal of International Law","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22437/up.v3i3.19412","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Artikel ini membahas problematika hukum dalam pemanfaatan Artifficial Intelligence (AI). Dalam perkembangannya, AI telah menggantikan keberadaan manusia dalam berbagai bidang termasuk militer. Terdapat sebuah permasalahan ketika sebuah sistem senjata otonom atau Autonomous Weapon Systems (AWS) menggunakan AI sebagai pengganti operator selain manusia. AWS tidak dapat memenuhi prinsip pembedaan dan prinsip proporisionalitas yang diatur dalam pasal 51 ayat (1-3) dan ayat (5) Protokol Tambahan I 1977. Prinsip ini merupakan dua hal yang solid, karena berkaitan dengan kriteria kinerja teknis yang bergantung pada kinerja lapangan yang hanya bisa dilaksanakan oleh manusia. Meskipun AWS menggunakan sensor sebagai alat pembeda, namun hal tersebut tidaklah memberikan lagitimasi bahwa sistem senjata ini dapat menerapkan prinsip pembedaan. Sebuah serangan diskriminatif juga akan melanggar hukum jika tidak disesuaikan dengan prinsip proporsionalitas. Inilah letak penting peran manusia dalam mencegah adanya kerugian yang tidak diperlukan. Selain itu, penggunaan AI pada AWS juga telah membuat putusnya rantai tanggungjawab komando yang mensyaratkan adanya unsur atasan dan bawahan. Hal inilah yang tak dimiliki secara jelas antara AWS dan seorang komandan yang memberikan perintah untuk melakukan penyerangan. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang secara khusus mengatur tentang AWS dalam bentuk konvensi baru atau penambahan protokol pada The United Nations Convention on Certain Weapon 1980 dengan tujuan untuk membatasi penggunaan AI supaya keberadaan manusia tetap ada dalam setiap penggunaan senjata.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
本文探讨了运用人工智能的法律问题。随着人工智能的发展,人工智能在包括军事在内的许多领域取代了人类的存在。一个自动或自主武器系统利用人工智能代替人类以外的操作系统存在一个问题。AWS无法满足本章第51节(1-3节)和第5节(5节)I - 1977节附加协议中规定的区分和比例原则。这一原则是两个坚实的基础,因为它涉及到依赖于只有人类才能实现的领域绩效的技术标准。虽然AWS使用传感器作为分化工具,但这并不能证明该武器系统能够执行区分原则的合法性。如果不符合相称性原则,歧视性攻击也将是非法的。这是人类在防止不必要伤害方面所起的重要作用。此外,在AWS上使用人工智能也打破了需要上下级和下级的指挥链。AWS和下令进攻的指挥官之间没有明显的联系。为此,需要对AWS作出特别安排,以建立一种新的公约或在1980年联合国举行的Certain武器会议上增加协议,以限制对人工智能的使用,使任何武器的使用都能维持人类的存在。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
How Indonesia and Thailand Transform International Law: A Study of Access and Benefit Sharing The Lion Air JT610 Crash Due to Lack of Pilot Training: Is There Responsibility for Indonesia? Application of The Principles of Extraterritorial Jurisdiction Towards Personal Data Breach Committed Cross-Country Borders Protecting Indonesia's Communal Intellectual Property Rights: A TWAIL Perspective Mitigating Disinformation: Reflection of #NoNotAgain Campaign in Nepal for Indonesia
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1