P. M. Laksono, Wisma Nugraha Christianto R., Arif Wahyu Widada, Esti Anantasari, Indah Marlina, Olga Aurora Nandiswara, Natasha Devanand Dhanwani
{"title":"MNEMONIC DEVICE (KALENDER) UNTUK PENGAYAAN LITERASI MUSIM MENUJU SUMBA BARAT DAYA YANG BERDAULAT PANGAN","authors":"P. M. Laksono, Wisma Nugraha Christianto R., Arif Wahyu Widada, Esti Anantasari, Indah Marlina, Olga Aurora Nandiswara, Natasha Devanand Dhanwani","doi":"10.14710/humanika.v28i1.35653","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kedaulatan pangan adalah solusi bagi kelaparan. Namun demikian di Sumba Barat Daya, kondisi lapar tersebut berkelindan menyatu dengan perubahan kondisi alam, sosial, ekonomi, dan budaya. Pengadaan dan kecukupan pangan pun dibayangkan bertautan dengan kebutuhan untuk memenuhi kontrak-kontrak sosial dalam komunitas setempat, yaitu dengan moralitas yang ditampilkan melalui rangkaian ritual daur hidup sepanjang tahun. Kelindan pengadaan pangan, yang utamanya lewat kegiatan pertanian dan peternakan, dengan rangkaian kegiatan ritual ini diperlukan penataan agar hidup lebih terorganisir dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Kelindan ini secara tradisional telah diantisipasi menggunakan berbagai macam media. Salah satu di antaranya adalah kalender musim yang di Sumba Barat Daya dan banyak tempat lain sudah terabaikan. Oleh karena itu, artikel ini menyajikan aplikasi kalender musim sebagai mnemonic device yang dapat membantu petani, untuk menemukenali kembali jiwa alam sehingga mereka dapat bertani selaras dengan irama alam. Selain itu, kalender musim menjadi sarana pencatatan mengenai tanda-tanda alam yang selama ini samar, sehingga petani mampu menyeimbangkan diri antara kepentingan pemenuhan komoditas dan juga pemenuhan kebutuhan hidupnya. Secara partisipatoris penelitian dilakukan selama tiga tahun, yaitu tahun pertama menghasilkan identifikasi masalah; tahun kedua menghasilkan rumusan model kedaulatan pangan, dan tahun ketiga berisi rangkaian workshop uji coba model. Artikel ini khusus mengulas bagaimana model kedaulatan pangan yang berupa mnemonic device itu diperkaya melalui serangkaian workshop, yang diikuti para pemangku kepentingan di Sumba Barat Daya serta komunitas mahasiswa Sumba yang ada di Yogyakarta. Pengayaan kalender musim ini diharapkan mempermudah serta memperluas aksesibilitas penggunanya secara lintas gender, usia, dan strata sosial. Apresiasi kalender musim akan menjamin petani insaf akan pentingnya mendahulukan kedaulatan pangan daripada gengsi sosial.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/humanika.v28i1.35653","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Kedaulatan pangan adalah solusi bagi kelaparan. Namun demikian di Sumba Barat Daya, kondisi lapar tersebut berkelindan menyatu dengan perubahan kondisi alam, sosial, ekonomi, dan budaya. Pengadaan dan kecukupan pangan pun dibayangkan bertautan dengan kebutuhan untuk memenuhi kontrak-kontrak sosial dalam komunitas setempat, yaitu dengan moralitas yang ditampilkan melalui rangkaian ritual daur hidup sepanjang tahun. Kelindan pengadaan pangan, yang utamanya lewat kegiatan pertanian dan peternakan, dengan rangkaian kegiatan ritual ini diperlukan penataan agar hidup lebih terorganisir dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Kelindan ini secara tradisional telah diantisipasi menggunakan berbagai macam media. Salah satu di antaranya adalah kalender musim yang di Sumba Barat Daya dan banyak tempat lain sudah terabaikan. Oleh karena itu, artikel ini menyajikan aplikasi kalender musim sebagai mnemonic device yang dapat membantu petani, untuk menemukenali kembali jiwa alam sehingga mereka dapat bertani selaras dengan irama alam. Selain itu, kalender musim menjadi sarana pencatatan mengenai tanda-tanda alam yang selama ini samar, sehingga petani mampu menyeimbangkan diri antara kepentingan pemenuhan komoditas dan juga pemenuhan kebutuhan hidupnya. Secara partisipatoris penelitian dilakukan selama tiga tahun, yaitu tahun pertama menghasilkan identifikasi masalah; tahun kedua menghasilkan rumusan model kedaulatan pangan, dan tahun ketiga berisi rangkaian workshop uji coba model. Artikel ini khusus mengulas bagaimana model kedaulatan pangan yang berupa mnemonic device itu diperkaya melalui serangkaian workshop, yang diikuti para pemangku kepentingan di Sumba Barat Daya serta komunitas mahasiswa Sumba yang ada di Yogyakarta. Pengayaan kalender musim ini diharapkan mempermudah serta memperluas aksesibilitas penggunanya secara lintas gender, usia, dan strata sosial. Apresiasi kalender musim akan menjamin petani insaf akan pentingnya mendahulukan kedaulatan pangan daripada gengsi sosial.