{"title":"ANALISIS SPEKTRAL CITRA SPOT 7 UNTUK IDENTIFIKASI KAWASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN","authors":"Nirmawana Simarmata, Fitralia Elyza, Rezalian Vatiady","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1046","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Konversi hutan manggrove merupakan sumber utama emisi CO dengan jumlah sebesar 1,7 ± 0,6 Pg karbon per tahun. Kegiatan konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Ekspansi usaha pertambakan udang di kawasan pesisir Provinsi Lampung semakin meluas dari tahun ke tahun yang berdampak serius pada kondisi hutan mangrove. Kebijakan pembukaan tambak baru telah mengubah bentang hutan mangrove dan akan menimbulkan kerugian sosial yang jauh lebih besar. Menanggapi permasalahan tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengikuti program Reduce Emission from Deforestation and Degradation atau REDD+ dalam melakukan inventarisasi karbon hutan. Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan mangrove yang sangat melimpah. Potensi hutan mangrove Indonesia cukup besar, Indonesia memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia. Salah satunya di Kabupaten Lampung Selatan merupakan kawasan dengan tutupan yang relatif luas di Provinsi Lampung. Karakteristik hutan mangrove dianalisis berdasarkan nilai spektral nya dengan menggunakan indeks vegetasi. Jenis data penginderaan jauh yang digunakan untuk penelitian ini adalah citra SPOT 7. Citra SPOT 7 dianalisis menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) sehingga diperoleh nilai kehijauan objek mangrove. Nilai indeks vegetasi pada kawasan penelitian mempunyai range antara 0.2 – 0.7. Nilai indeks vegetasi digunakan sebagai parameter untuk memetakan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Lampung Selatan.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"16 12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Seminar Nasional Geomatika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1046","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
ANALISIS SPEKTRAL CITRA SPOT 7 UNTUK IDENTIFIKASI KAWASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Konversi hutan manggrove merupakan sumber utama emisi CO dengan jumlah sebesar 1,7 ± 0,6 Pg karbon per tahun. Kegiatan konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Ekspansi usaha pertambakan udang di kawasan pesisir Provinsi Lampung semakin meluas dari tahun ke tahun yang berdampak serius pada kondisi hutan mangrove. Kebijakan pembukaan tambak baru telah mengubah bentang hutan mangrove dan akan menimbulkan kerugian sosial yang jauh lebih besar. Menanggapi permasalahan tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengikuti program Reduce Emission from Deforestation and Degradation atau REDD+ dalam melakukan inventarisasi karbon hutan. Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan mangrove yang sangat melimpah. Potensi hutan mangrove Indonesia cukup besar, Indonesia memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia. Salah satunya di Kabupaten Lampung Selatan merupakan kawasan dengan tutupan yang relatif luas di Provinsi Lampung. Karakteristik hutan mangrove dianalisis berdasarkan nilai spektral nya dengan menggunakan indeks vegetasi. Jenis data penginderaan jauh yang digunakan untuk penelitian ini adalah citra SPOT 7. Citra SPOT 7 dianalisis menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) sehingga diperoleh nilai kehijauan objek mangrove. Nilai indeks vegetasi pada kawasan penelitian mempunyai range antara 0.2 – 0.7. Nilai indeks vegetasi digunakan sebagai parameter untuk memetakan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Lampung Selatan.