{"title":"Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Aceh","authors":"Wilda Rizwani, Suprianto Anto","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4359","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pendahuluan; Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang rentang usia produktif. Indonesia merupakan Negara ketiga di dunia dalam urutan penderita tuberkulosis tertinggi. Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Tujuan; untuk mengetahui jumlah penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode; penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan analisis data tentang penggunaan obat anti tuberkulosis yang menggunakan metode retrospektif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh berdasarkan data sekunder selama 6 bulan dari bulan Januari-Juni tahun 2016. Hasil; Penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh menggunakan obat anti tuberkulosis tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) (48,9%), dan tablet 2 Fix Dose Combination (2FDC) (51%). Tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) berisi kaplet RHZE yaitu Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg untuk pengobatan tahap intensif atau tahap awal. Sedangkan tablet 2Fix Dose Combination (2FDC) berisi tablet RH yaitu Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg untuk pengobatan tahap lanjutan. Kesimpulan; pada penelitian ini, obat anti tuberkulosis FDC yang cenderung lebih banyak digunakan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian konseling dan pengawasan menelan obat kepada pasien mengenai efek samping obat anti tuberculosis dan keteraturan pengobatan tuberkulosis.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Dunia Farmasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4359","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
初步;结核病是一种由结核病引起的传染病。结核病是一种因贫困而加重的疾病,通常影响其高产年龄的人口。印度尼西亚是世界上患结核病最多的第三个国家。结核病治疗药物是一种抗生素抗药性药物。目的;了解亚齐jureuen镇痛药的使用情况。方法;这项研究包括利用回顾性方法使用抗结核病药物的数据收集和分析。这项研究是根据2016年1月至6月的次级数据在Juang county Bireuen进行的。结果;在jureuen city Puskesmas使用抗结核病药物,亚齐使用抗结核病药片4修复剂量(4FDC)(48.9%)和药片2修复剂量(2FDC)(51%)。平板电脑4 Fix Dose (4FDC)包含RHZE kaplet,即riflesmo 150 mg, Isoniazid 75毫克,razinamid 400 mg和etambuto275 mg用于强化或早期治疗。而药片2Fix Dose comdc (2FDC)则含有RH药片,即rif氨1150毫克和Isoniazid,用于高级治疗。结论;在这项研究中,FDC抗药性药物往往被更广泛地使用。建议下一名研究人员对针对结核病抗毒素及其治疗规律的药物治疗病人进行咨询和监测研究。
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Aceh
Pendahuluan; Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang rentang usia produktif. Indonesia merupakan Negara ketiga di dunia dalam urutan penderita tuberkulosis tertinggi. Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Tujuan; untuk mengetahui jumlah penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode; penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan analisis data tentang penggunaan obat anti tuberkulosis yang menggunakan metode retrospektif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh berdasarkan data sekunder selama 6 bulan dari bulan Januari-Juni tahun 2016. Hasil; Penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh menggunakan obat anti tuberkulosis tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) (48,9%), dan tablet 2 Fix Dose Combination (2FDC) (51%). Tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) berisi kaplet RHZE yaitu Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg untuk pengobatan tahap intensif atau tahap awal. Sedangkan tablet 2Fix Dose Combination (2FDC) berisi tablet RH yaitu Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg untuk pengobatan tahap lanjutan. Kesimpulan; pada penelitian ini, obat anti tuberkulosis FDC yang cenderung lebih banyak digunakan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian konseling dan pengawasan menelan obat kepada pasien mengenai efek samping obat anti tuberculosis dan keteraturan pengobatan tuberkulosis.