M. Sari, Tetty Noverita Khairani, Titin Miranitatis Setia Ana Hura
Pendahuluan: Masyarakat kini lebih cenderung menggunakan obat dari alam karena memiliki efek samping yang sedikit. Salah satu bahan alami yang sering digunakan masyarakat untuk mengatasi jerawat adalah tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan bahan dasar kosmetik atau obat-obatan, karena tomat mengandung senyawa metabolit antara lain alkaloid dan saponin yang bersifat antibakteri. Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol tomat dalam sediaan krim. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu evaluasi kemampuan antibakteri ekstrak tomat berdasarkan sifat fisik organoleptis, homogenitas, pH, uji iritasi, stabilitas sediaan dan pengujian antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran pada media Nutrient Agar. Hasil: Berdasarkan hasil uji ANOVA pada penelitian ini menunjukkan bahwa krim dengan ekstrak tomat 25%, 50% 75% dan kontrol (+) memiliki aktivitas antibakteri. Formula II, krim konsentrasi ekstrak 50% memiliki daya hambat paling optimal adalah 11,03 mm sama dengan kontrol (+) 11,06 mm atau tidak berbeda signifikan sedangkan krim dengan konsentrasi 75% memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar adalah 12,86 mm dibandingkan dengan kontrol (+) atau signifikan pada 0,05. Kesimpulan: Krim ekstrak etanol tomat dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan memiliki warna coklat, bau khas tomat dan bentuk yang halus, serta memiliki aktivitas antibakteri.
{"title":"Uji Aktivitas Sediaan Krim Ekstrak Etanol Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) sebagai Anti Jerawat","authors":"M. Sari, Tetty Noverita Khairani, Titin Miranitatis Setia Ana Hura","doi":"10.33085/jdf.v5i2.4814","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v5i2.4814","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Masyarakat kini lebih cenderung menggunakan obat dari alam karena memiliki efek samping yang sedikit. Salah satu bahan alami yang sering digunakan masyarakat untuk mengatasi jerawat adalah tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan bahan dasar kosmetik atau obat-obatan, karena tomat mengandung senyawa metabolit antara lain alkaloid dan saponin yang bersifat antibakteri. Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol tomat dalam sediaan krim. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu evaluasi kemampuan antibakteri ekstrak tomat berdasarkan sifat fisik organoleptis, homogenitas, pH, uji iritasi, stabilitas sediaan dan pengujian antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran pada media Nutrient Agar. Hasil: Berdasarkan hasil uji ANOVA pada penelitian ini menunjukkan bahwa krim dengan ekstrak tomat 25%, 50% 75% dan kontrol (+) memiliki aktivitas antibakteri. Formula II, krim konsentrasi ekstrak 50% memiliki daya hambat paling optimal adalah 11,03 mm sama dengan kontrol (+) 11,06 mm atau tidak berbeda signifikan sedangkan krim dengan konsentrasi 75% memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar adalah 12,86 mm dibandingkan dengan kontrol (+) atau signifikan pada 0,05. Kesimpulan: Krim ekstrak etanol tomat dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan memiliki warna coklat, bau khas tomat dan bentuk yang halus, serta memiliki aktivitas antibakteri.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122324472","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Jeruk Bali merupakan jenis tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara dan banyak dibudidayakan di beberapa wilayah dan dapat digunakan sebagai tanaman herbal untuk menghindari resistensi dari obat kimia. Tujuan: Untuk mengetahui kandungan senyawa dan aktivitas farmakologi kulit jeruk Bali. Metode: Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu studi literatur secara online terhadap jurnal-jurnal yang telah diterbitkan pada tingkat nasional maupun internasional. Hasil: Jeruk Bali tumbuh subur di bawah sinar matahari dengan iklim tropis, kelembaban rata-rata pada suhu 25-32ᴼC, dan curah hujan 1.500-2.500 mm. Jeruk Bali tersusun atas bagian flavedo, albedo, dan endocarp. Senyawa limonen adalah senyawa utama penyusun minyak atsiri kulit jeruk Bali dengan persentase 94,96%. Senyawa lainnya terdiri dari mircen (2,48%), β-asaron (1,09%), germacrene D (1,01%), dan α-pinen (0,46%). Senyawa-senyawa yang terdapat pada jeruk Bali memiliki khasiat sebagai antioksidan, antimikroba, dan penurun kadar glukosa. Kesimpulan: Minyak atsiri kulit jeruk Bali memiliki berbagai senyawa penyusun dengan kandungan utama berupa senyawa limonen dan memiliki berbagai aktivitas farmakologi.
{"title":"Review: Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima) dan Aktivitas Farmakologinya","authors":"Nurina Barqy","doi":"10.33085/jdf.v5i2.4837","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v5i2.4837","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Jeruk Bali merupakan jenis tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara dan banyak dibudidayakan di beberapa wilayah dan dapat digunakan sebagai tanaman herbal untuk menghindari resistensi dari obat kimia. Tujuan: Untuk mengetahui kandungan senyawa dan aktivitas farmakologi kulit jeruk Bali. Metode: Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu studi literatur secara online terhadap jurnal-jurnal yang telah diterbitkan pada tingkat nasional maupun internasional. Hasil: Jeruk Bali tumbuh subur di bawah sinar matahari dengan iklim tropis, kelembaban rata-rata pada suhu 25-32ᴼC, dan curah hujan 1.500-2.500 mm. Jeruk Bali tersusun atas bagian flavedo, albedo, dan endocarp. Senyawa limonen adalah senyawa utama penyusun minyak atsiri kulit jeruk Bali dengan persentase 94,96%. Senyawa lainnya terdiri dari mircen (2,48%), β-asaron (1,09%), germacrene D (1,01%), dan α-pinen (0,46%). Senyawa-senyawa yang terdapat pada jeruk Bali memiliki khasiat sebagai antioksidan, antimikroba, dan penurun kadar glukosa. Kesimpulan: Minyak atsiri kulit jeruk Bali memiliki berbagai senyawa penyusun dengan kandungan utama berupa senyawa limonen dan memiliki berbagai aktivitas farmakologi.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122328225","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh akibat demam. Suhu normal pada manusia berkisar antara 36-37 0C. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak etanol daun randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn.) Terhadap ujung putih jantan yang diinduksi vaksin DPT-HB. Metode: Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan. Kelompok kontrol positif menggunakan parasetamol 500 mg/kgBB, kelompok kontrol negatif diberikan CMC Na 1% dan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun randu (EEDR) dengan dosis 100, 200, 300 mg/kg diberikan. secara lisan. Tikus putih jantan diinduksi dengan 0,2 ml vaksin DPT-HB secara intramuskuler. Pengukuran suhu rektal tikus dilakukan sebelum dan sesudah pemberian vaksin setelah perlakuan diuji secara berturut-turut pada menit ke 30, 60, 90, 120 dan 150. Hasil: penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun randu (EEDR) pada dosis 300 mg/kgBB menunjukkan penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan daun ekstrak etanol randu (EEDR) pada dosis 200 dan 100 mg/kgBB Pemberian parasetamol menunjukkan penurunan suhu rektal tikus yang lebih besar dibandingkan dengan daun ekstrak etanol randu (EEDR) dosis 300 mg/kgBB. Kesimpulan: ekstrak etanol daun randu (EEDR) memiliki efek antipiretik pada tikus putih jantan tetapi tidak lebih baik dari parasetamol.
{"title":"Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn.) terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)","authors":"Parhan Parhan, Niva Nevizah","doi":"10.33085/jdf.v5i2.4833","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v5i2.4833","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh akibat demam. Suhu normal pada manusia berkisar antara 36-37 0C. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak etanol daun randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn.) Terhadap ujung putih jantan yang diinduksi vaksin DPT-HB. Metode: Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan. Kelompok kontrol positif menggunakan parasetamol 500 mg/kgBB, kelompok kontrol negatif diberikan CMC Na 1% dan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun randu (EEDR) dengan dosis 100, 200, 300 mg/kg diberikan. secara lisan. Tikus putih jantan diinduksi dengan 0,2 ml vaksin DPT-HB secara intramuskuler. Pengukuran suhu rektal tikus dilakukan sebelum dan sesudah pemberian vaksin setelah perlakuan diuji secara berturut-turut pada menit ke 30, 60, 90, 120 dan 150. Hasil: penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun randu (EEDR) pada dosis 300 mg/kgBB menunjukkan penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan daun ekstrak etanol randu (EEDR) pada dosis 200 dan 100 mg/kgBB Pemberian parasetamol menunjukkan penurunan suhu rektal tikus yang lebih besar dibandingkan dengan daun ekstrak etanol randu (EEDR) dosis 300 mg/kgBB. Kesimpulan: ekstrak etanol daun randu (EEDR) memiliki efek antipiretik pada tikus putih jantan tetapi tidak lebih baik dari parasetamol.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133944444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Tingginya masalah resistensi antibiotik di indonesia disebabkan karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga diperlukan adanya antibakteri dari bahan alam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan minimal efek samping. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai antibakteri yaitu biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis).Sifat antibakteri pada biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis) disebabkan karena adanya senyawa fenolik berupa flavonoid, alkaloid, tanin, terpenoid, saponin, dan juga senyawa gallotanin.Tujuan:Untuk mengetahui aktifitas antibakteri ekstrak biji mangga arumanis dan bakteri apa saja yang dapat dihambat dengan mengetahui nilai MIC. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode PICO. Hasil: Dari literatur review biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis) terbukti dapat menghambat bakteri gram positif dan negatif dengan penghambatan lebih besar pada bakteri positif. Dengan nilai MIC sebesar 0.03mg/mL yang terbukti dapat menghambat bakteri Methicillin Resistan Staphylococcu aureus.Kesimpulan:Ekstrak biji mangga arumanis dapat menghambat bakteri gram positif dan negatif dengan nilai MIC dimulai dari 0.03mg/mL.
{"title":"Review Artikel: Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Biji Mangga Arumanis (Mangifera indica L. Var. Arumanis)","authors":"Nur Khasanah, Desy Nawangsari, S. Sunarti","doi":"10.33085/JDF.V5I1.4704","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V5I1.4704","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Tingginya masalah resistensi antibiotik di indonesia disebabkan karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga diperlukan adanya antibakteri dari bahan alam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan minimal efek samping. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai antibakteri yaitu biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis).Sifat antibakteri pada biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis) disebabkan karena adanya senyawa fenolik berupa flavonoid, alkaloid, tanin, terpenoid, saponin, dan juga senyawa gallotanin.Tujuan:Untuk mengetahui aktifitas antibakteri ekstrak biji mangga arumanis dan bakteri apa saja yang dapat dihambat dengan mengetahui nilai MIC. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode PICO. Hasil: Dari literatur review biji mangga arumanis (Mangifera indica L.Var. Arumanis) terbukti dapat menghambat bakteri gram positif dan negatif dengan penghambatan lebih besar pada bakteri positif. Dengan nilai MIC sebesar 0.03mg/mL yang terbukti dapat menghambat bakteri Methicillin Resistan Staphylococcu aureus.Kesimpulan:Ekstrak biji mangga arumanis dapat menghambat bakteri gram positif dan negatif dengan nilai MIC dimulai dari 0.03mg/mL.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133247835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Sampai saat ini tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat, salah satunya adalah penggunaan antibiotik. Kenyataan dilapangan masih sering ditemui antibiotik dipergunakan secara bebas atau tanpa resep dokter. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis dan berapa jumlah penggunaan antibiotik tanpa resep di apotek X yang merupakan salah satu apotek di Kabupaten Sragen periode November 2018 sampai April 2019. Metode: Penelitian ini berupa penelitian deskriptif retrospektif dengan subjek penelitian adalah penjualan antibiotik tanpa resep di Apotek X periode November 2018 sampai April 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: penelitian menunjukkan masih ada beberapa jenis antibiotik yang digunakan bebas tanpa resep. Kesimpulan : Rincian penggunaan antibiotik tanpa resep berdasarkan nama dan jumlah adalah sebagai berikut: Amoxiciliin 76,3%, Ciprofloxacin 5,7%, Fradiomycin sulfate dan Gramicidin 5,7%, Tetracycline 4,6%, Cefixime 4,5%, Levofloxacin 1,2%, Cefadroxil 0,9 %, Ampicillin 0,7%, Metronidazole 0,5%.
{"title":"Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Apotek X Kabupaten Sragen","authors":"Rita Septiana, Khotimatul Khusna","doi":"10.33085/JDF.V5I1.4750","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V5I1.4750","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Sampai saat ini tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat, salah satunya adalah penggunaan antibiotik. Kenyataan dilapangan masih sering ditemui antibiotik dipergunakan secara bebas atau tanpa resep dokter. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis dan berapa jumlah penggunaan antibiotik tanpa resep di apotek X yang merupakan salah satu apotek di Kabupaten Sragen periode November 2018 sampai April 2019. Metode: Penelitian ini berupa penelitian deskriptif retrospektif dengan subjek penelitian adalah penjualan antibiotik tanpa resep di Apotek X periode November 2018 sampai April 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: penelitian menunjukkan masih ada beberapa jenis antibiotik yang digunakan bebas tanpa resep. Kesimpulan : Rincian penggunaan antibiotik tanpa resep berdasarkan nama dan jumlah adalah sebagai berikut: Amoxiciliin 76,3%, Ciprofloxacin 5,7%, Fradiomycin sulfate dan Gramicidin 5,7%, Tetracycline 4,6%, Cefixime 4,5%, Levofloxacin 1,2%, Cefadroxil 0,9 %, Ampicillin 0,7%, Metronidazole 0,5%.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129359975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Pelayanan Farmasi menjadi salah satu pelayanan penunjang medik terapeutik yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Peran Instalasi Farmasi yang cukup besar sebagai sumber dana rumah sakit, diperlukan untuk melihat kepuasan pasien terhadap pelayanan Instalasi Farmasi rumah sakit. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Datu Beru Takengon. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan desain kuantitatif. Tingkat kepuasan diukur dengan lima dimensi kualitas jasa pelayanan, dianalisis dengan rumus mean dan persentase. Hasil: Tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian menunjukkan kategori puas dengan persentase dimensi tangible adalah 66,3%, dimensi reliability 91,8%, dimensi responsiveness 55,1%, dimensi assurance 64,3%, dimensi empathy 53,1%. Kesimpulan: Tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi RSUD datu Beru Katengon masuk dalam kategori puas.
前期:药物服务成为治疗医学支持服务的一部分,它与整个医院服务是不可分割的。需要看到病人对医院的药物安装服务感到满意。目的:研究的目的是确定病人对药物服务的满意度。方法:采用定量设计的描述性方法进行研究。满意度是用服务质量的五个维度来衡量的,用平均公式和百分比来分析。结果:门诊病人对药物服务的门诊率显示,对tangible维度满意的类别为66.3%,可靠性尺寸为91.8%,责任感尺寸为5.1%,尺寸为64.3%,尺寸为empathy 53.1%。结论:在datu datu Katengon安装的门诊病人满意度属于自满的范畴。
{"title":"Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Datu Beru Takengon","authors":"A. Sari, Defri Aroni, Ismaul Hasanah","doi":"10.33085/jdf.v4i1.4562","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4562","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Pelayanan Farmasi menjadi salah satu pelayanan penunjang medik terapeutik yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Peran Instalasi Farmasi yang cukup besar sebagai sumber dana rumah sakit, diperlukan untuk melihat kepuasan pasien terhadap pelayanan Instalasi Farmasi rumah sakit. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Datu Beru Takengon. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan desain kuantitatif. Tingkat kepuasan diukur dengan lima dimensi kualitas jasa pelayanan, dianalisis dengan rumus mean dan persentase. Hasil: Tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian menunjukkan kategori puas dengan persentase dimensi tangible adalah 66,3%, dimensi reliability 91,8%, dimensi responsiveness 55,1%, dimensi assurance 64,3%, dimensi empathy 53,1%. Kesimpulan: Tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi RSUD datu Beru Katengon masuk dalam kategori puas.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114677649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Benni Iskandar, Neni Frimayanti, Ferdy Firmansya, Tiara Tri Agustini, Dea Dwi Putri
Pendahuluan: Perkembangan industri kosmetika menyebabkan banyaknya produk losion racikan beredar di online-shop dengan jenis, fungsi, harga ataupun variasi komposisi. Tetapi, banyak produk online-shop belum memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh BPOM, sehingga dikhawatirkan memiliki tingkat keamanan yang rendah dikalangan masyarakat. Tujuan: Untuk menguji sifat fisik dan kelembaban sediaan losion racikan yang dijual di online shop. Metode: Penelitian ini melakukan pemeriksaan organoleptis, homogenitas, uji pH, stabilitas fisik, tipe losion, daya sebar, daya tercuci, uji iritasi, dan uji kelembaban. Hasil: Semua uji sifat fisik memenuhi syarat kecuali uji pH yaitu hanya losion C yang sesuai dengan pH kulit dan peningkatan persentase kelembaban kulit setelah pemakaian losion pada panelis wanita lebih besar dibandingkan pria. Kesimpulan: Sediaan losion racikan memiliki sifat fisik yang baik selama penyimpanan suhu kamar dan suhu dingin dalam waktu 8 minggu, pH losion berkisar antara (6,2-7,4) dan dapat meningkatkan kelembaban kulit dengan hasil persentase 30%-60% .
{"title":"Evaluasi Sifat Fisik dan Uji Kelembaban Sediaan Losion Yang Dijual Secara Online-Shop","authors":"Benni Iskandar, Neni Frimayanti, Ferdy Firmansya, Tiara Tri Agustini, Dea Dwi Putri","doi":"10.33085/jdf.v4i1.4561","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4561","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Perkembangan industri kosmetika menyebabkan banyaknya produk losion racikan beredar di online-shop dengan jenis, fungsi, harga ataupun variasi komposisi. Tetapi, banyak produk online-shop belum memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh BPOM, sehingga dikhawatirkan memiliki tingkat keamanan yang rendah dikalangan masyarakat. Tujuan: Untuk menguji sifat fisik dan kelembaban sediaan losion racikan yang dijual di online shop. Metode: Penelitian ini melakukan pemeriksaan organoleptis, homogenitas, uji pH, stabilitas fisik, tipe losion, daya sebar, daya tercuci, uji iritasi, dan uji kelembaban. Hasil: Semua uji sifat fisik memenuhi syarat kecuali uji pH yaitu hanya losion C yang sesuai dengan pH kulit dan peningkatan persentase kelembaban kulit setelah pemakaian losion pada panelis wanita lebih besar dibandingkan pria. Kesimpulan: Sediaan losion racikan memiliki sifat fisik yang baik selama penyimpanan suhu kamar dan suhu dingin dalam waktu 8 minggu, pH losion berkisar antara (6,2-7,4) dan dapat meningkatkan kelembaban kulit dengan hasil persentase 30%-60% . ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131879510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menyebabkan peningkatan hematokrit, penurunan hemoglobin, leukosit normal atau menurun, dan penurunan trombosit (trombositopenia). Trombositopenia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan. Salah satu tanaman yang mampu meningkatkan trombosit pada pasien demam berdarah adalah daun pepaya. Kandungan enzim proteinolitik seperti papain dan chymopapain dapat membantu meningkatkan jumlah trombosit, fraksi alkaloid (carpaine) terbukti bertanggung jawab atas aktivitas anti-trombositopenia, serta flavonol dan flavonoid menstimulan produksi sel darah, menghambat NS2B-NS3 protease dan mencegah perakitan virus DEN-2. Daun pepaya juga mempengaruhi produksi Gen ALOX-12 dan PTAFR yang berperan dalam produksi trombosit. Pada review ini, pencarian data primer dilakukan dengan secara online, berupa jurnal nasional maupun jurnal internasional 10 tahun terakhir (2009-2017). Hasil diperoleh dari beberapa jurnal dan sumber lainnya dapat diketahui mekanisme pengaruh daun pepaya dalam meningkatkan trombosit.
{"title":"Pengaruh Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Peningkatan Trombosit pada Pasien Demam Berdarah Dengue","authors":"Anniza Agustina","doi":"10.33085/jdf.v4i1.4573","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4573","url":null,"abstract":"Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menyebabkan peningkatan hematokrit, penurunan hemoglobin, leukosit normal atau menurun, dan penurunan trombosit (trombositopenia). Trombositopenia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan. Salah satu tanaman yang mampu meningkatkan trombosit pada pasien demam berdarah adalah daun pepaya. Kandungan enzim proteinolitik seperti papain dan chymopapain dapat membantu meningkatkan jumlah trombosit, fraksi alkaloid (carpaine) terbukti bertanggung jawab atas aktivitas anti-trombositopenia, serta flavonol dan flavonoid menstimulan produksi sel darah, menghambat NS2B-NS3 protease dan mencegah perakitan virus DEN-2. Daun pepaya juga mempengaruhi produksi Gen ALOX-12 dan PTAFR yang berperan dalam produksi trombosit. Pada review ini, pencarian data primer dilakukan dengan secara online, berupa jurnal nasional maupun jurnal internasional 10 tahun terakhir (2009-2017). Hasil diperoleh dari beberapa jurnal dan sumber lainnya dapat diketahui mekanisme pengaruh daun pepaya dalam meningkatkan trombosit.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115362214","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Secara tradisional Lactuca indica L. digunakan untuk menambah nafsu makan, memperlancar pencernaan menambah stamina, mengobati penyakit gondok, mengobati sakit lambung, menurunkan kolesterol, kadar gula darah dan risiko kanker. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisia dan ekstrak dijumpai adanya senyawa flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan triterpenoid/ steroid. Tujuan: Untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari ekstrak Daun Kumak lalu mengidentifikasi golongan senyawa dengan spektrofotometri UV-Vis. Metode: Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat menggunakan pelarut etanol 80%, selanjutnya ekstrak etanol difraksinasi dengan etil asetat dan terakhir dengan n-heksana. Flavonoida diisolasi menggunakan kromatografi kertas (Kkt) dan isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil: Isolat berfluoresensi biru lemah dibawah lampu UV 366 nm, hasil spektrofotometri Uv-Vis terdapat dua puncak pada λ maksimum 336,2 nm (pita I) dan 271,2 nm (pita II). Kesimpulan: Diduga isolat merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 350-385 nm (pita I) dan 250-280 nm (pita II).
{"title":"Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Kumak (Lactuca indica L.)","authors":"Hepni Hepni","doi":"10.33085/jdf.v4i1.4557","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v4i1.4557","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Secara tradisional Lactuca indica L. digunakan untuk menambah nafsu makan, memperlancar pencernaan menambah stamina, mengobati penyakit gondok, mengobati sakit lambung, menurunkan kolesterol, kadar gula darah dan risiko kanker. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisia dan ekstrak dijumpai adanya senyawa flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan triterpenoid/ steroid. Tujuan: Untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari ekstrak Daun Kumak lalu mengidentifikasi golongan senyawa dengan spektrofotometri UV-Vis. Metode: Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat menggunakan pelarut etanol 80%, selanjutnya ekstrak etanol difraksinasi dengan etil asetat dan terakhir dengan n-heksana. Flavonoida diisolasi menggunakan kromatografi kertas (Kkt) dan isolat dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil: Isolat berfluoresensi biru lemah dibawah lampu UV 366 nm, hasil spektrofotometri Uv-Vis terdapat dua puncak pada λ maksimum 336,2 nm (pita I) dan 271,2 nm (pita II). Kesimpulan: Diduga isolat merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 350-385 nm (pita I) dan 250-280 nm (pita II).","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129240686","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Rheumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun, penyakit ini ditandai dengan inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik. Penderita Rheumatoid Artritisakan mengalami gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. Penderita stadium lanjut akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.Tujuan;untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah KotapinangMetode;Desain deskriptif dengan menggunakan metode retrospektif dan mengambil data melalui isntalasi rekam medik.Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase, dengan kriteria inklusi semua obat antiinflamasi pada Rheumatoid Artritis dan kriteria eksklusi seluruh data rekam medik pasien Rheumatoid Artritis yang tidak lengkap.Hasil;Pasien yang paling banyak terkena penyakit Rheumatoid Artritis berjenis kelamin perempuan 23 orang (69,69%), berkisar pada usia 15-49 tahun (33,3%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat generik, yaitu 35 obat (94,28%). Lama pemberian obat selama 14 hari yaitu pada obat meloxicam (22,85%). Dosis obat AINS yang paling banyak digunakan yaitu meloxicam pada dosis 2x7,5mg (25,71%). Sediaan obat yang digunakan yaitu tablet (100%) dengan penggunaan melalui oral.Kesimpulan;penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit Rheumatoid Artritis pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kotapinang tahun 2017 paling banyak terdapat pada pasien perempuan, usia 15-49 tahun, golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS yaitu meloxicam
{"title":"Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kotapinang","authors":"Siti Netti Ritonga, Hafizhatul Abadi, Ruth Mayana Rumanti","doi":"10.33085/jdf.v3i3.4485","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i3.4485","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Rheumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun, penyakit ini ditandai dengan inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik. Penderita Rheumatoid Artritisakan mengalami gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. Penderita stadium lanjut akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.Tujuan;untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah KotapinangMetode;Desain deskriptif dengan menggunakan metode retrospektif dan mengambil data melalui isntalasi rekam medik.Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase, dengan kriteria inklusi semua obat antiinflamasi pada Rheumatoid Artritis dan kriteria eksklusi seluruh data rekam medik pasien Rheumatoid Artritis yang tidak lengkap.Hasil;Pasien yang paling banyak terkena penyakit Rheumatoid Artritis berjenis kelamin perempuan 23 orang (69,69%), berkisar pada usia 15-49 tahun (33,3%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat generik, yaitu 35 obat (94,28%). Lama pemberian obat selama 14 hari yaitu pada obat meloxicam (22,85%). Dosis obat AINS yang paling banyak digunakan yaitu meloxicam pada dosis 2x7,5mg (25,71%). Sediaan obat yang digunakan yaitu tablet (100%) dengan penggunaan melalui oral.Kesimpulan;penggunaan obat anti inflamasi pada penyakit Rheumatoid Artritis pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kotapinang tahun 2017 paling banyak terdapat pada pasien perempuan, usia 15-49 tahun, golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS yaitu meloxicam","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132239774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}