{"title":"KIAI PESANTREN(关于NUSYUZ的案例研究)","authors":"Mohamad Ikrom","doi":"10.21831/HUM.V17I1.23122","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kiai Pesantren tidak sekadar guru. Ia juga menjadi tempat berkeluh kesah semuapersoalan masyarakat. Termasuk dalam masalah perkawinan. Termasuk dalampersoalan perkawinan. Salah satu persoalan itu adalah tentang nusyuz. Nusyuzseringkali ditimpakan pada seorang perempuan (istri) yang seringkali meninggalkanpersoalan relasi gender. Penelitian lapangan ini memotret pandangan Kiai Pesantren diJember Jawa Timur tentang nusyuz. Penelitian kualitatif ini menemukan bahwakefariatifan berfikir Kiaia dapat dilihat dari cara-cara mereka berpendapat yangkemudian oleh peneliti dianalisis dengan menggunakan metode Bayani, Qiyasi,Istislahi. Dan dari hasil analisis tersebut ditemukan dua metode istinbath yangdigunakan oleh para kiai Jember, yaitu; istinbath bayani dan istinbath istislahi. Terkaitdengan adanya penafsiran ayat nusyuz, penelitian ini menemukan dua corak penafsiranyaitu (1) corak penafsiran tekstual yang terekam lewat kekakuan mereka ketikamenafsirkan ayat nusyuz, dan lebih menitik beratkan kepada kekuasaan seorang suamiuntuk melakukan sebuah tindakan kepada seorang istri. (2) corak penafsirankontekstual terlihat lewat penafsiran mereka yang lebih cenderung kepada pengkajianulang terhadap ayat-ayat nusyuz sehingga terkesan bahwa nusyuz tidak hanya dimilikioleh istri. Hal ini disebabkan karena adanya pro dan kontra terhadap pemikiran nusyuzyang lebih humanis.Head of boarding school (Kiai Pesantren) is not just a teacher. He also became a place tocomplain about all the problems of the community. Included in the issue of marriage. Includedin the issue of marriage. One of the problems is about Nusyuz. Nusyuz is often inflicted on awoman (wife) who often leaves the issue of gender relations. This field research portrays theviews of Kiai Islamic Boarding Schools in Jember, East Java, about Nusyuz. This qualitativeresearch found that the effectiveness of Kiaia's thinking can be seen from the ways they arguedthat the researchers then analyzed it using the Bayani, Qiyasi, Istislahi method. And from theresults of the analysis found two istinbath methods used by the Jember scholars, namely;istinbath bayani and istinbath istislahi. In connection with the interpretation of the nusyuzverse, this study found two interpretive features, namely (1) the style of textual interpretation recorded through their rigidity when interpreting the verse nusyuz, and more focused on thepower of a husband to take an action to a wife. (2) the style of contextual interpretation can beseen through their interpretation which is more inclined to a reassessment of the nusyuz versesso that it seems that nusyuz is not only owned by the wife. This is due to the existence of prosand cons of the more humanistic thoughts of Nusyuz.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-01-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"KIAI PESANTREN DAN PEMIKIRANNYA TENTANG NUSYUZ (STUDI KASUS DI KABUPATEN JEMBER)\",\"authors\":\"Mohamad Ikrom\",\"doi\":\"10.21831/HUM.V17I1.23122\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kiai Pesantren tidak sekadar guru. Ia juga menjadi tempat berkeluh kesah semuapersoalan masyarakat. Termasuk dalam masalah perkawinan. Termasuk dalampersoalan perkawinan. Salah satu persoalan itu adalah tentang nusyuz. Nusyuzseringkali ditimpakan pada seorang perempuan (istri) yang seringkali meninggalkanpersoalan relasi gender. Penelitian lapangan ini memotret pandangan Kiai Pesantren diJember Jawa Timur tentang nusyuz. Penelitian kualitatif ini menemukan bahwakefariatifan berfikir Kiaia dapat dilihat dari cara-cara mereka berpendapat yangkemudian oleh peneliti dianalisis dengan menggunakan metode Bayani, Qiyasi,Istislahi. Dan dari hasil analisis tersebut ditemukan dua metode istinbath yangdigunakan oleh para kiai Jember, yaitu; istinbath bayani dan istinbath istislahi. Terkaitdengan adanya penafsiran ayat nusyuz, penelitian ini menemukan dua corak penafsiranyaitu (1) corak penafsiran tekstual yang terekam lewat kekakuan mereka ketikamenafsirkan ayat nusyuz, dan lebih menitik beratkan kepada kekuasaan seorang suamiuntuk melakukan sebuah tindakan kepada seorang istri. (2) corak penafsirankontekstual terlihat lewat penafsiran mereka yang lebih cenderung kepada pengkajianulang terhadap ayat-ayat nusyuz sehingga terkesan bahwa nusyuz tidak hanya dimilikioleh istri. Hal ini disebabkan karena adanya pro dan kontra terhadap pemikiran nusyuzyang lebih humanis.Head of boarding school (Kiai Pesantren) is not just a teacher. He also became a place tocomplain about all the problems of the community. Included in the issue of marriage. Includedin the issue of marriage. One of the problems is about Nusyuz. Nusyuz is often inflicted on awoman (wife) who often leaves the issue of gender relations. This field research portrays theviews of Kiai Islamic Boarding Schools in Jember, East Java, about Nusyuz. This qualitativeresearch found that the effectiveness of Kiaia's thinking can be seen from the ways they arguedthat the researchers then analyzed it using the Bayani, Qiyasi, Istislahi method. And from theresults of the analysis found two istinbath methods used by the Jember scholars, namely;istinbath bayani and istinbath istislahi. In connection with the interpretation of the nusyuzverse, this study found two interpretive features, namely (1) the style of textual interpretation recorded through their rigidity when interpreting the verse nusyuz, and more focused on thepower of a husband to take an action to a wife. (2) the style of contextual interpretation can beseen through their interpretation which is more inclined to a reassessment of the nusyuz versesso that it seems that nusyuz is not only owned by the wife. This is due to the existence of prosand cons of the more humanistic thoughts of Nusyuz.\",\"PeriodicalId\":34797,\"journal\":{\"name\":\"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-01-16\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21831/HUM.V17I1.23122\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/HUM.V17I1.23122","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
Kiai Pesantren不仅仅是一名教师。它也成为所有公共事务的焦点。包括婚姻问题。包括婚姻问题。其中一个问题是努努兹。努努兹通常是被排除在性关系之外的女性(妻子)身上。这项实地研究拍摄了Kiai Pesantren的愿景,关于nusyuz。这种定性研究发现,研究人员认为Kiaia的原因可以从他们的观点来判断,研究人员后来用Bayani, Qiyasi,Istislahi方法分析了他们的观点。分析结果显示,kiai Jember使用的两种istinbath方法是:妻子贝亚尼和妻子斯特斯拉希。在对努沙兹经文的解释中,研究发现了两种解释的特点,即(1)在解释努沙兹经文时通过严格记录的文本解释,以及更多的是赋予丈夫对妻子采取行动的权力。(2)上下文解释的特点是,他们对努努兹经文的解释更倾向于重复,从而留下这样的印象:努努兹不只是妻子拥有的。这是由于努努兹扬更人道主义思想的利弊。登机学校的头不仅仅是老师。他还出现了一个地方来抱怨整个社区的问题。包括婚姻问题。包括婚姻的问题。有一个问题是关于努努兹的。努努兹对十名女性妻子提出了性别关系的问题。这个现场研究的portrays theview of Kiai Islamic sitols in Jember, East Java,关于Nusyuz的采访。这种qualitiveresearch发现,Kiaia思维的有效性可以从他们的研究论点中看到,然后用Bayani, Qiyasi, Istislahi method分析其论点。分析结果显示有两种妻子使用的方法,namely;妻子bayani和妻子istislahi。与努努兹诗歌的解释相结合,这一研究发现了两种解释特征,纳米尔(1)在解释努努尤兹的诗时,通过他们的伪装记录的方式,以及更多的丈夫对妻子采取行动的权力。2)对努努兹·维瑟瑟斯的解释,尽管他们更倾向于对努努兹的解释,但似乎努努兹不仅仅被妻子压制。这就证明了更多的人对努努兹的看法。
KIAI PESANTREN DAN PEMIKIRANNYA TENTANG NUSYUZ (STUDI KASUS DI KABUPATEN JEMBER)
Kiai Pesantren tidak sekadar guru. Ia juga menjadi tempat berkeluh kesah semuapersoalan masyarakat. Termasuk dalam masalah perkawinan. Termasuk dalampersoalan perkawinan. Salah satu persoalan itu adalah tentang nusyuz. Nusyuzseringkali ditimpakan pada seorang perempuan (istri) yang seringkali meninggalkanpersoalan relasi gender. Penelitian lapangan ini memotret pandangan Kiai Pesantren diJember Jawa Timur tentang nusyuz. Penelitian kualitatif ini menemukan bahwakefariatifan berfikir Kiaia dapat dilihat dari cara-cara mereka berpendapat yangkemudian oleh peneliti dianalisis dengan menggunakan metode Bayani, Qiyasi,Istislahi. Dan dari hasil analisis tersebut ditemukan dua metode istinbath yangdigunakan oleh para kiai Jember, yaitu; istinbath bayani dan istinbath istislahi. Terkaitdengan adanya penafsiran ayat nusyuz, penelitian ini menemukan dua corak penafsiranyaitu (1) corak penafsiran tekstual yang terekam lewat kekakuan mereka ketikamenafsirkan ayat nusyuz, dan lebih menitik beratkan kepada kekuasaan seorang suamiuntuk melakukan sebuah tindakan kepada seorang istri. (2) corak penafsirankontekstual terlihat lewat penafsiran mereka yang lebih cenderung kepada pengkajianulang terhadap ayat-ayat nusyuz sehingga terkesan bahwa nusyuz tidak hanya dimilikioleh istri. Hal ini disebabkan karena adanya pro dan kontra terhadap pemikiran nusyuzyang lebih humanis.Head of boarding school (Kiai Pesantren) is not just a teacher. He also became a place tocomplain about all the problems of the community. Included in the issue of marriage. Includedin the issue of marriage. One of the problems is about Nusyuz. Nusyuz is often inflicted on awoman (wife) who often leaves the issue of gender relations. This field research portrays theviews of Kiai Islamic Boarding Schools in Jember, East Java, about Nusyuz. This qualitativeresearch found that the effectiveness of Kiaia's thinking can be seen from the ways they arguedthat the researchers then analyzed it using the Bayani, Qiyasi, Istislahi method. And from theresults of the analysis found two istinbath methods used by the Jember scholars, namely;istinbath bayani and istinbath istislahi. In connection with the interpretation of the nusyuzverse, this study found two interpretive features, namely (1) the style of textual interpretation recorded through their rigidity when interpreting the verse nusyuz, and more focused on thepower of a husband to take an action to a wife. (2) the style of contextual interpretation can beseen through their interpretation which is more inclined to a reassessment of the nusyuz versesso that it seems that nusyuz is not only owned by the wife. This is due to the existence of prosand cons of the more humanistic thoughts of Nusyuz.