Dakwah时代的颠覆:对被指控参与者的矛盾心理

Andy Dermawan
{"title":"Dakwah时代的颠覆:对被指控参与者的矛盾心理","authors":"Andy Dermawan","doi":"10.21831/hum.v23i1.59745","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Setiap manusia muslim adalah “marketing” Tuhan. Menyampaikan nilai Islam di era disrupsi bukanlah perkara mudah, selain dibutuhkan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman yang sedang terjadi juga dibutuhkan kesatuan visi dan misi atau kata dan tindakan yang integratif agar maksud dan tujuan dakwah tersampaikan dengan baik.  Nilai-nilai mulia itu mesti terintegrasi dengan nilai-nilai sosial di masyarakat agar mereka memahami bahwa nilai Islam “sejalan” dengan nilai kemanusiaan. Hadirnya agama merupakan solusi yang dinantikan oleh zaman di dalam membantu pemecahan masalah yang berarti. Penafsiran ulang narasi agama menjadi niscaya agar maksud yang terkandung dari misi agama tersampaikan. Masalah muncul manakala ada ambivalensi di antara keduanya. Narasi agama dan maksudnya seolah semacam “jauh panggang dari api”.  Tulisan ini bertujuan untuk menemukan ambivalensi dakwah sehingga potret dakwah ke depan lebih partisipatoris. Melalui pendekatan hermeneutis-historis-fenomenologis, yakni mengurai problematika dakwah secara tektual-kontekstual berdasarkan dinamika yang terjadi, maka diharapkan terurainya ambivalensi itu dapat membantu diformulasikannya model dakwah partisipatoris yang humanistik. Adapun implikasi  dari kajian  ini adalah membangun tatanan suatu masyarakat di dalam memahami narasi agama yang kontekstual dan memiliki kesadaran beragama yang humanis. Every Muslim human being is God's \"marketing\". Conveying Islamic values in an era of disruption is a challenging matter, apart from requiring the ability to adapt to the current developments, it also requires a unified vision and mission, or integrative words and actions, so that the aims and objectives of da'wah are conveyed properly. These noble values must be integrated with social values in society so that people understand that Islamic values are \"in line\" with human values. The presence of religion is a solution that has been long awaited in helping to solve significant problems. Reinterpretation of religious narratives is necessary so that the intentions contained in the religious mission are conveyed. Problems arise when there is ambivalence between the two. Religious narratives and their intentions seem to fall short of their purpose. This paper aimed to find the ambivalence of da'wah so that the future portrait of da'wah is more participatory. Through a hermeneutical-historical-phenomenological approach, namely analyzing the problems of da'wah textually-contextually based on the existing dynamics, it is hoped that dissolving this ambivalence can help formulate a humanistic participatory da'wah model. The implications of this study are to build the order of a society by understanding contextual religious narratives and having a humanist religious awareness. ","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Dakwah era disrupsi: Mengurai ambivalensi menuju dakwah partisipatoris\",\"authors\":\"Andy Dermawan\",\"doi\":\"10.21831/hum.v23i1.59745\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Setiap manusia muslim adalah “marketing” Tuhan. Menyampaikan nilai Islam di era disrupsi bukanlah perkara mudah, selain dibutuhkan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman yang sedang terjadi juga dibutuhkan kesatuan visi dan misi atau kata dan tindakan yang integratif agar maksud dan tujuan dakwah tersampaikan dengan baik.  Nilai-nilai mulia itu mesti terintegrasi dengan nilai-nilai sosial di masyarakat agar mereka memahami bahwa nilai Islam “sejalan” dengan nilai kemanusiaan. Hadirnya agama merupakan solusi yang dinantikan oleh zaman di dalam membantu pemecahan masalah yang berarti. Penafsiran ulang narasi agama menjadi niscaya agar maksud yang terkandung dari misi agama tersampaikan. Masalah muncul manakala ada ambivalensi di antara keduanya. Narasi agama dan maksudnya seolah semacam “jauh panggang dari api”.  Tulisan ini bertujuan untuk menemukan ambivalensi dakwah sehingga potret dakwah ke depan lebih partisipatoris. Melalui pendekatan hermeneutis-historis-fenomenologis, yakni mengurai problematika dakwah secara tektual-kontekstual berdasarkan dinamika yang terjadi, maka diharapkan terurainya ambivalensi itu dapat membantu diformulasikannya model dakwah partisipatoris yang humanistik. Adapun implikasi  dari kajian  ini adalah membangun tatanan suatu masyarakat di dalam memahami narasi agama yang kontekstual dan memiliki kesadaran beragama yang humanis. Every Muslim human being is God's \\\"marketing\\\". Conveying Islamic values in an era of disruption is a challenging matter, apart from requiring the ability to adapt to the current developments, it also requires a unified vision and mission, or integrative words and actions, so that the aims and objectives of da'wah are conveyed properly. These noble values must be integrated with social values in society so that people understand that Islamic values are \\\"in line\\\" with human values. The presence of religion is a solution that has been long awaited in helping to solve significant problems. Reinterpretation of religious narratives is necessary so that the intentions contained in the religious mission are conveyed. Problems arise when there is ambivalence between the two. Religious narratives and their intentions seem to fall short of their purpose. This paper aimed to find the ambivalence of da'wah so that the future portrait of da'wah is more participatory. Through a hermeneutical-historical-phenomenological approach, namely analyzing the problems of da'wah textually-contextually based on the existing dynamics, it is hoped that dissolving this ambivalence can help formulate a humanistic participatory da'wah model. The implications of this study are to build the order of a society by understanding contextual religious narratives and having a humanist religious awareness. \",\"PeriodicalId\":34797,\"journal\":{\"name\":\"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-04-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21831/hum.v23i1.59745\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/hum.v23i1.59745","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

每个穆斯林人都是上帝的营销者。在混乱的时代表达伊斯兰教的价值不是一件容易的事,但要适应当前时代的演变,还需要统一愿景和使命,或包容性的言行,才能很好地表达起诉书的目的和宗旨。这些崇高的价值观必须与社会中的社会价值观相结合,这样他们才能理解伊斯兰教的价值观与人类的价值观是“真实的”。宗教的存在是时代期待的解决方案,有助于解决有意义的问题。宗教的忏悔是为了揭示宗教使命的意义。当他们之间存在矛盾时,问题就出现了。宗教的本质及其含义有点像“远离火焰”。本文旨在寻找矛盾的电荷,使电荷画像向前更具参与性。[UNK]通过hermeneutis历史现象学的方法,[UNK],即基于正在发生的动态缩小主题语境问题,[UNK[然后特别希望这种矛盾心理可以帮助他制定一个人本主义的参与式起诉模型。本研究的意义在于,在理解语境宗教叙事的基础上,构建一个具有人文多样性意识的社会结构。每一个穆斯林都是上帝的“营销”。在一个混乱的时代传达伊斯兰价值观是一件具有挑战性的事情,除了需要适应当前发展的能力外,还需要统一的愿景和使命,或综合的言语和行动,以便正确传达da'wah的目的和目标。这些崇高的价值观必须与社会中的社会价值观相结合,让人们明白伊斯兰价值观与人类价值观“一致”。宗教的存在是人们期待已久的解决办法,有助于解决重大问题。重新解读宗教叙事是必要的,这样才能传达宗教使命中包含的意图。当两者之间存在矛盾时,就会出现问题。宗教叙事及其意图似乎达不到目的。本文旨在寻找达的矛盾心理,使达未来的画像更具参与性。通过一种解释学的历史现象学方法,即在现有动力的基础上,从文本语境的角度分析达瓦的问题,希望化解这种矛盾心理有助于形成一种人本参与的达瓦模式。本研究的意义在于通过理解语境中的宗教叙事和具有人文主义的宗教意识来建立社会秩序。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Dakwah era disrupsi: Mengurai ambivalensi menuju dakwah partisipatoris
Setiap manusia muslim adalah “marketing” Tuhan. Menyampaikan nilai Islam di era disrupsi bukanlah perkara mudah, selain dibutuhkan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman yang sedang terjadi juga dibutuhkan kesatuan visi dan misi atau kata dan tindakan yang integratif agar maksud dan tujuan dakwah tersampaikan dengan baik.  Nilai-nilai mulia itu mesti terintegrasi dengan nilai-nilai sosial di masyarakat agar mereka memahami bahwa nilai Islam “sejalan” dengan nilai kemanusiaan. Hadirnya agama merupakan solusi yang dinantikan oleh zaman di dalam membantu pemecahan masalah yang berarti. Penafsiran ulang narasi agama menjadi niscaya agar maksud yang terkandung dari misi agama tersampaikan. Masalah muncul manakala ada ambivalensi di antara keduanya. Narasi agama dan maksudnya seolah semacam “jauh panggang dari api”.  Tulisan ini bertujuan untuk menemukan ambivalensi dakwah sehingga potret dakwah ke depan lebih partisipatoris. Melalui pendekatan hermeneutis-historis-fenomenologis, yakni mengurai problematika dakwah secara tektual-kontekstual berdasarkan dinamika yang terjadi, maka diharapkan terurainya ambivalensi itu dapat membantu diformulasikannya model dakwah partisipatoris yang humanistik. Adapun implikasi  dari kajian  ini adalah membangun tatanan suatu masyarakat di dalam memahami narasi agama yang kontekstual dan memiliki kesadaran beragama yang humanis. Every Muslim human being is God's "marketing". Conveying Islamic values in an era of disruption is a challenging matter, apart from requiring the ability to adapt to the current developments, it also requires a unified vision and mission, or integrative words and actions, so that the aims and objectives of da'wah are conveyed properly. These noble values must be integrated with social values in society so that people understand that Islamic values are "in line" with human values. The presence of religion is a solution that has been long awaited in helping to solve significant problems. Reinterpretation of religious narratives is necessary so that the intentions contained in the religious mission are conveyed. Problems arise when there is ambivalence between the two. Religious narratives and their intentions seem to fall short of their purpose. This paper aimed to find the ambivalence of da'wah so that the future portrait of da'wah is more participatory. Through a hermeneutical-historical-phenomenological approach, namely analyzing the problems of da'wah textually-contextually based on the existing dynamics, it is hoped that dissolving this ambivalence can help formulate a humanistic participatory da'wah model. The implications of this study are to build the order of a society by understanding contextual religious narratives and having a humanist religious awareness. 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
5
审稿时长
16 weeks
期刊最新文献
Pengembangan nilai moderasi beragama dalam materi akidah pada perkuliahan pendidikan agama Islam di Universitas Negeri Padang Refleksi filosofis atas kosmologi dan alam semesta Implementation model characters strengthening based on 5s to support the halal industry in Universitas Negeri Yogyakarta and International Islamic University Malaysia Implementasi wawasan kebangsaan berbasis nilai-nilai kearifan lokal untuk mewujudkan pelajar Pancasila di MAN 1 Kulon Progo Kontruksi pemikiran Paulo Freire tentang kebijakan merdeka belajar dan relevansinya dengan pendidikan Islam
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1