Hanif Jati Pambudi, Ario Lukito Adi Nugroho, Liliek Handoko, Firstya Evi Dianastiti
{"title":"蜂鸣器在Covid-19大流行:分析蜂鸣器在Twitter上的批判性话语","authors":"Hanif Jati Pambudi, Ario Lukito Adi Nugroho, Liliek Handoko, Firstya Evi Dianastiti","doi":"10.14203/jmb.v23i1.1265","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pandemi Covid-19 menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh masyarakat secara langsung maupun secara daring sejak tahun 2020 lalu. Hal ini terlihat dari penuhnya pembahasan Covid-19 di media massa cetak maupun elektronik. Tak hanya itu perbincangan tersebut juga gencar menjadi topik utama dalam obrolan di media sosial, seperti Twitter. Melihat antusiasme masyarakat terhadap Twitter memantik munculnya sekelompok pendengung (buzzer) yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu, baik untuk mempromosikan sesuatu sampai pada tema politik. Penelitian ini membahas dimensi tekstual, praktik kewacanaan, dan dimensi sosiokultural kicauan dari akun @permadiaktivis1 dalam menggiring opini terkait pandemi dan vaksin dengan mendukung pemerintah. Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan teoretis merujuk pada metode Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Hasil penelitian dalam dimensi tekstual menemukan bahwa Permadi Arya beberapa kali mengonfrontasi pemikirannya dengan beberapa tokoh publik dalam menyikapi suatu peristiwa Covid-19, yaitu AA Gym, Najwa Shihab, Hidayat Nur Wahid, dan Bintang Emon. Penutur sama sekali tidak pernah menyalahkan pemerintah terkait kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani pandemi Covid-19. Hal ini membuktikkan bahwa pendengung bekerja untuk membela satu pihak. Selain itu, sindiran dan ajakan menjadi pola dari kicauan tentang topik Pandemi Covid-19. Sindiran yang diberikan dapat menjadi bumerang kepada pihak pemerintah. Lebih lanjut, jika buzzer hanya fokus pada sindiran dan konfrontasi dikhawatirkan akan ada misinformasi yang diterima pembaca.","PeriodicalId":32703,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat dan Budaya","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Buzzer di Masa Pandemi Covid-19: Studi Analisis Wacana Kritis Kicauan Buzzer di Twitter\",\"authors\":\"Hanif Jati Pambudi, Ario Lukito Adi Nugroho, Liliek Handoko, Firstya Evi Dianastiti\",\"doi\":\"10.14203/jmb.v23i1.1265\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pandemi Covid-19 menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh masyarakat secara langsung maupun secara daring sejak tahun 2020 lalu. Hal ini terlihat dari penuhnya pembahasan Covid-19 di media massa cetak maupun elektronik. Tak hanya itu perbincangan tersebut juga gencar menjadi topik utama dalam obrolan di media sosial, seperti Twitter. Melihat antusiasme masyarakat terhadap Twitter memantik munculnya sekelompok pendengung (buzzer) yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu, baik untuk mempromosikan sesuatu sampai pada tema politik. Penelitian ini membahas dimensi tekstual, praktik kewacanaan, dan dimensi sosiokultural kicauan dari akun @permadiaktivis1 dalam menggiring opini terkait pandemi dan vaksin dengan mendukung pemerintah. Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan teoretis merujuk pada metode Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Hasil penelitian dalam dimensi tekstual menemukan bahwa Permadi Arya beberapa kali mengonfrontasi pemikirannya dengan beberapa tokoh publik dalam menyikapi suatu peristiwa Covid-19, yaitu AA Gym, Najwa Shihab, Hidayat Nur Wahid, dan Bintang Emon. Penutur sama sekali tidak pernah menyalahkan pemerintah terkait kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani pandemi Covid-19. Hal ini membuktikkan bahwa pendengung bekerja untuk membela satu pihak. Selain itu, sindiran dan ajakan menjadi pola dari kicauan tentang topik Pandemi Covid-19. Sindiran yang diberikan dapat menjadi bumerang kepada pihak pemerintah. Lebih lanjut, jika buzzer hanya fokus pada sindiran dan konfrontasi dikhawatirkan akan ada misinformasi yang diterima pembaca.\",\"PeriodicalId\":32703,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Masyarakat dan Budaya\",\"volume\":\"33 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-05-27\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Masyarakat dan Budaya\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14203/jmb.v23i1.1265\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Masyarakat dan Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14203/jmb.v23i1.1265","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
自2020年以来,Covid-19大流行一直是公众和网络讨论的话题。这在印刷和电子大众媒体上的全面讨论中是显而易见的。不仅如此,这些对话也成为像Twitter这样的社交媒体聊天的焦点。看到公众对Twitter的热情引发了一群有特定目标和兴趣的无人机的出现,无论是在政治主题上还是在宣传某件事。该研究讨论了文本尺寸、共性实践和社会文化维度推文,这些推文旨在通过支持政府来引导与流行病和疫苗相关的观点。本研究采用的方法方法是定性性描述性的,而理论方法指的是对诺曼·费尔克劳的批判性话语分析方法。tekstual维度的研究发现,Permadi在应对Covid-19事件时,他与一些公众人物的思维进行了几次对抗,即AA健身房、Najwa Shihab、Hidayat Nur Wahid和Emon star。发病人士从未将应对Covid-19大流行制定的政策归咎于政府。事实证明,无人机是为保卫一方而工作的。此外,影射和邀请成为Covid-19大流行的推文模式。影射可能会适得其反。此外,如果蜂鸣器只关注讽刺和对抗,读者可能会感到困惑。
Buzzer di Masa Pandemi Covid-19: Studi Analisis Wacana Kritis Kicauan Buzzer di Twitter
Pandemi Covid-19 menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh masyarakat secara langsung maupun secara daring sejak tahun 2020 lalu. Hal ini terlihat dari penuhnya pembahasan Covid-19 di media massa cetak maupun elektronik. Tak hanya itu perbincangan tersebut juga gencar menjadi topik utama dalam obrolan di media sosial, seperti Twitter. Melihat antusiasme masyarakat terhadap Twitter memantik munculnya sekelompok pendengung (buzzer) yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu, baik untuk mempromosikan sesuatu sampai pada tema politik. Penelitian ini membahas dimensi tekstual, praktik kewacanaan, dan dimensi sosiokultural kicauan dari akun @permadiaktivis1 dalam menggiring opini terkait pandemi dan vaksin dengan mendukung pemerintah. Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan teoretis merujuk pada metode Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Hasil penelitian dalam dimensi tekstual menemukan bahwa Permadi Arya beberapa kali mengonfrontasi pemikirannya dengan beberapa tokoh publik dalam menyikapi suatu peristiwa Covid-19, yaitu AA Gym, Najwa Shihab, Hidayat Nur Wahid, dan Bintang Emon. Penutur sama sekali tidak pernah menyalahkan pemerintah terkait kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani pandemi Covid-19. Hal ini membuktikkan bahwa pendengung bekerja untuk membela satu pihak. Selain itu, sindiran dan ajakan menjadi pola dari kicauan tentang topik Pandemi Covid-19. Sindiran yang diberikan dapat menjadi bumerang kepada pihak pemerintah. Lebih lanjut, jika buzzer hanya fokus pada sindiran dan konfrontasi dikhawatirkan akan ada misinformasi yang diterima pembaca.