MAKNA FILOSOFIS UBORAMPE DAN PROSESI TEMU MANTEN DI JAWA

Ahmad Khoiri, Thoriqul Aziz
{"title":"MAKNA FILOSOFIS UBORAMPE DAN PROSESI TEMU MANTEN DI JAWA","authors":"Ahmad Khoiri, Thoriqul Aziz","doi":"10.53429/spiritualis.v7i2.348","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"\n \n \n \n  \nUpacara pernikahan adat Jawa memiliki makna filosofis yang unik dan layak untuk dijadikan renungan bagi kedua mempelai saat menikah. Uborampe dan prosesi temu manten di Jawa bukanlah pepaes tanpa makna. Tetapi prosesi itu memiliki makna mendalam dan luhur yang jarang diketahui orang. Artikel ini membahas tentang makna filosofis uborampe dan prosesi pernikahan Jawa. Penelitian ini menggunakan gabungan antara field-research dengan library research. Hasil penelitian ini ada dua, yaitu makna filosofis dari prosesi acara dan makna filosofis dari uborampe yang digunakan pada saat acara tersebut. Pertama, makna filosofis dari prosesi yaitu: Asraqal adalah sambutan bagi calon pemimpin baru atau raja baru. Balangan suruh menandakan orang yang dituju dengan ketulusan niat; menginjak telur memiliki makna ‘memecah keperawanan’ supaya memiliki anak; mencuci kaki suami memiliki makna kesucian lahir batin dan membawa nama harum keluarga; berjabat tangan menyilang sebagai simbol ikatan yang kuat. Diberi minum air kendi memberikan makna supaya selalu ingat kepada yang memberi penghidupan; sembah sungkem  memberikan makna minta restu kepada orang tua; dahar kembul memiliki makna dinikmati bersama apapun pahit-manisnya hidup. Kacar-kucur memiliki makna suami harus bisa memenuhi kebutuhan lahir batin istrinya. Sedangkan makna filosofis dari uborampe yang identik dalam upacara temu manten adalah gedang rojo memiliki makna sebagai raja; kembar mayang memiliki makna selaras nan indah dari lika-liku kehidupan; bentuk burung dalam kembar \n \n \n \n \nmayang memiliki makna jangkauan luas dan kesetiaan; bentuk keris menandakan bahwa pengantin pria mampu melindungi diri dan keluarganya; bentuk walang sebagai simbol agar tidak terjadi halangan; bentuk uler-uleran  sebagai simbol adanya hama dalam kehidupan; bentuk payung sebagai simbol melindungi dan mengayomi; daun pohon beringin sebagai simbol rindang dan sejuk. Buah-buahan di kwade sebagai simbol matang dan siap santap. Cengkir yang berada di depan pintu gerbang rumah menandakan sang pengantin sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga. Bunga melati yang dikenakan pengantin wanita sebagai simbol kesucian dan keperawanan; dan sajen memiliki simbol ‘damai’ dengan siapapun yang akan mengganggu. \n \n \n \n","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"30 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v7i2.348","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

  Upacara pernikahan adat Jawa memiliki makna filosofis yang unik dan layak untuk dijadikan renungan bagi kedua mempelai saat menikah. Uborampe dan prosesi temu manten di Jawa bukanlah pepaes tanpa makna. Tetapi prosesi itu memiliki makna mendalam dan luhur yang jarang diketahui orang. Artikel ini membahas tentang makna filosofis uborampe dan prosesi pernikahan Jawa. Penelitian ini menggunakan gabungan antara field-research dengan library research. Hasil penelitian ini ada dua, yaitu makna filosofis dari prosesi acara dan makna filosofis dari uborampe yang digunakan pada saat acara tersebut. Pertama, makna filosofis dari prosesi yaitu: Asraqal adalah sambutan bagi calon pemimpin baru atau raja baru. Balangan suruh menandakan orang yang dituju dengan ketulusan niat; menginjak telur memiliki makna ‘memecah keperawanan’ supaya memiliki anak; mencuci kaki suami memiliki makna kesucian lahir batin dan membawa nama harum keluarga; berjabat tangan menyilang sebagai simbol ikatan yang kuat. Diberi minum air kendi memberikan makna supaya selalu ingat kepada yang memberi penghidupan; sembah sungkem  memberikan makna minta restu kepada orang tua; dahar kembul memiliki makna dinikmati bersama apapun pahit-manisnya hidup. Kacar-kucur memiliki makna suami harus bisa memenuhi kebutuhan lahir batin istrinya. Sedangkan makna filosofis dari uborampe yang identik dalam upacara temu manten adalah gedang rojo memiliki makna sebagai raja; kembar mayang memiliki makna selaras nan indah dari lika-liku kehidupan; bentuk burung dalam kembar mayang memiliki makna jangkauan luas dan kesetiaan; bentuk keris menandakan bahwa pengantin pria mampu melindungi diri dan keluarganya; bentuk walang sebagai simbol agar tidak terjadi halangan; bentuk uler-uleran  sebagai simbol adanya hama dalam kehidupan; bentuk payung sebagai simbol melindungi dan mengayomi; daun pohon beringin sebagai simbol rindang dan sejuk. Buah-buahan di kwade sebagai simbol matang dan siap santap. Cengkir yang berada di depan pintu gerbang rumah menandakan sang pengantin sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga. Bunga melati yang dikenakan pengantin wanita sebagai simbol kesucian dan keperawanan; dan sajen memiliki simbol ‘damai’ dengan siapapun yang akan mengganggu.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
爪哇的传统婚礼有独特的哲学意义,值得在婚礼上为新娘和新郎祈祷。乌波拉菲姆和他的队伍在爪哇的约会并不是没有意义的佩珀。但这种游行具有一种很少有人知道的深刻而崇高的意义。这篇文章讨论了uborampe的哲学意义和java的婚礼习俗。本研究采用实地研究与图书馆研究的结合。这项研究的结果包括两项,即程序的哲学意义和当时使用的uborampe的哲学意义。首先,游行的哲学意义是:宿舍是对新领导人或新国王的欢迎。输入命令,表示意图真诚的人;踩在鸡蛋上有“打破贞洁”的意思是生孩子;洗丈夫的脚具有内在出生和携带家庭的芬芳名字的神圣意义;握手是一种强有力的纽带的象征。被给予喝一壶水给了活着的人意义;祷告赋予父母祝福的意义;夜莺与生活中任何甜蜜的事物一起享受是有意义的。女人认为丈夫应该能够满足妻子与生俱来的需要。而uborampe在manten的仪式中相同的哲学意义是gedang rojo具有国王的意义;双胞胎的意义与生命的曲折是和谐的;双生双胞胎中的鸟的形状具有广泛性和忠诚的意义;克丽丝的形式表明新郎有能力保护自己和家人;作为防止障碍的标志形式;乌尔-乌尔兰形式,象征着生命中的害虫;伞的形状象征着保护和保护;榕树的叶子象征着遮荫和凉爽。维德的果实象征着成熟和准备。站在门口的把手表示新娘已经准备好进入方舟。新娘穿的茉莉花象征着贞洁和贞洁;而sajen对任何想要干涉的人都有一个“和平”的象征。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
PROBLEMATIKA ULAMA MAKNA FILOSOFIS UBORAMPE DAN PROSESI TEMU MANTEN DI JAWA PERHITUNGAN WETON DALAM PERNIKAHAN JAWA (Studi Kasus Pada Desa Kendalrejo Kecamatan Bagor Nganjuk) DO’A PARA NABI YANG DIABADIKAN AL-QUR’AN (Adam, Nuh, Hud, Salih}, Ibrahim, Lut, dan Isma‘il) SLAMETAN METRI: Studi Kasus di Dusun Ngelgok Desa Kranding Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Jawa Timur
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1