{"title":"Toponymy of Bandung City in Mancapat Perspective (Quarter Typology)","authors":"Leli Yulifar, Aman Aman, Yuyu Yohana Risagarniwa","doi":"10.15294/paramita.v33i2.41627","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Nowadays, the community and the government tend to rename a location without recognizing its historical significance when, in fact, the naming of a place reflects a national identity, and in some areas, it incorporates mitigating elements, including the city of Bandung. For this reason, this study was conducted to discover the origins of place names in the city of Bandung with historical and other meanings to ensure that they will be taken into account by all parties when naming or renaming places/areas in Bandung. That being the case, a historical method with a toponomatology approach (toponymy) and the concept of mancapat (quarter typology) were employed in this study, resulting in a toponymy for the city of Bandung based on a naming pattern that refers to the concept of traditional urban planning (mancapat/circular pattern) which is in line with its historical meanings, with a time frame between 1810-2000. This is distinct from the patterns or concepts researchers adopt, typically referring to natural or socio-cultural phenomena (linear patterns). Therefore, the findings of this study can offer new insights into tracing the origins of specific locations through historical analysis supported by the concept of traditional Javanese planology (mancapat) or quarter typology. Thus, toponymy researchers can adopt it for other traditional inland state cities in Indonesia. Saat ini terdapat kecenderungan masyarakat juga pemerintah mengganti nama sebuah tempat tanpa mempertimbangkan segi kesejarahannya. Padahal, penamaan tempat tersebut menunjukkan sebuah jati diri bangsa, bahkan untuk beberapa daerah mengandung unsur mitigasi, termasuk di dalamnya wilayah Kota Bandung. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menemukan asal-usul nama tempat di Kota Bandung yang memiliki makna sejarah dan makna lainnya, agar menjadi pertimbangan para pihak saat akan mengganti atau memberi nama tempat/kawasan di Kota Bandung. Untuk itu, metode sejarah dengan pendekatan Toponomatology (Toponimi) dan konsep Mancapat (Typology Kuarter ) digunakan di dalam penelitian ini, sehingga dihasilkan Toponimi Kota Bandung berdasar pola penamaan yang mengacu kepada konsep tata kota tradisional (mancapat/pola sirkular) yang in line dengan makna kesejarahannya, dengan bingkai waktu antara 1810-2000. Hal ini berbeda dari pola atau konsep yang selama ini digunakan para peneliti yang pada umumnya mengacu kepada fenomena alam atau sosio kultural (pola linear). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan khazanah yang baru di dalam mengungkapkan asal-usul tempat, yakni analisis historis yang dibantu konsep planologi (tata kota) tradisional di Jawa (Mancapat) atau Typology Kuarter. Maka, para peneliti toponimi bisa mengadopsinya untuk kota-kota tradisional pedalaman (inland state) lainnya di Nusantara.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/paramita.v33i2.41627","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Nowadays, the community and the government tend to rename a location without recognizing its historical significance when, in fact, the naming of a place reflects a national identity, and in some areas, it incorporates mitigating elements, including the city of Bandung. For this reason, this study was conducted to discover the origins of place names in the city of Bandung with historical and other meanings to ensure that they will be taken into account by all parties when naming or renaming places/areas in Bandung. That being the case, a historical method with a toponomatology approach (toponymy) and the concept of mancapat (quarter typology) were employed in this study, resulting in a toponymy for the city of Bandung based on a naming pattern that refers to the concept of traditional urban planning (mancapat/circular pattern) which is in line with its historical meanings, with a time frame between 1810-2000. This is distinct from the patterns or concepts researchers adopt, typically referring to natural or socio-cultural phenomena (linear patterns). Therefore, the findings of this study can offer new insights into tracing the origins of specific locations through historical analysis supported by the concept of traditional Javanese planology (mancapat) or quarter typology. Thus, toponymy researchers can adopt it for other traditional inland state cities in Indonesia. Saat ini terdapat kecenderungan masyarakat juga pemerintah mengganti nama sebuah tempat tanpa mempertimbangkan segi kesejarahannya. Padahal, penamaan tempat tersebut menunjukkan sebuah jati diri bangsa, bahkan untuk beberapa daerah mengandung unsur mitigasi, termasuk di dalamnya wilayah Kota Bandung. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menemukan asal-usul nama tempat di Kota Bandung yang memiliki makna sejarah dan makna lainnya, agar menjadi pertimbangan para pihak saat akan mengganti atau memberi nama tempat/kawasan di Kota Bandung. Untuk itu, metode sejarah dengan pendekatan Toponomatology (Toponimi) dan konsep Mancapat (Typology Kuarter ) digunakan di dalam penelitian ini, sehingga dihasilkan Toponimi Kota Bandung berdasar pola penamaan yang mengacu kepada konsep tata kota tradisional (mancapat/pola sirkular) yang in line dengan makna kesejarahannya, dengan bingkai waktu antara 1810-2000. Hal ini berbeda dari pola atau konsep yang selama ini digunakan para peneliti yang pada umumnya mengacu kepada fenomena alam atau sosio kultural (pola linear). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan khazanah yang baru di dalam mengungkapkan asal-usul tempat, yakni analisis historis yang dibantu konsep planologi (tata kota) tradisional di Jawa (Mancapat) atau Typology Kuarter. Maka, para peneliti toponimi bisa mengadopsinya untuk kota-kota tradisional pedalaman (inland state) lainnya di Nusantara.
如今,社区和政府倾向于在不承认一个地方的历史意义的情况下重新命名一个地方,而事实上,一个地方的命名反映了一个国家的身份,在一些地区,它包含了缓和因素,包括万隆市。出于这个原因,本研究是为了发现万隆市地名的历史和其他意义的起源,以确保在命名或重命名万隆市的地方/地区时,所有各方都会考虑到它们。在这种情况下,本研究采用了一种带有地形拟象学方法(toponomatology approach)和mancapat (quarter类型学)概念的历史方法,根据传统城市规划概念(mancapat/圆形模式)的命名模式为万隆市命名,其时间框架为1810-2000年。这与研究者采用的模式或概念不同,通常指的是自然或社会文化现象(线性模式)。因此,本研究的发现可以通过传统爪哇planology (mancapat)或quarter类型学概念支持的历史分析,为追踪特定地点的起源提供新的见解。因此,地名研究人员可以将其用于印度尼西亚其他传统内陆州城市。Saat ini terdapat kecenderungan masyarakat juga pemerintah mengganti nama sebuah tempat tanpa mempertimbangkan segi kesjarhanya。Padahal, penaan tempat teresbut menunjukkan sebuah jati diri bangsa, bakan untuk beberapa daerah mengandung unsur mitigasi, termasuk di dalamnya wilayah Kota Bandung。Oleh karena, kajian ini bertujuan untuk menemukan asal-usul nama tempat di Kota万隆yang memoriliki makna sejarah dan makna lainnya, agar menjadi pertimbangan para pihak saat akan mengganti atau成员nama tempat/kawasan di Kota万隆。Untuk itu, metode sejarah dengan pendekatan Toponomatology (Toponimi) dan konsep Mancapat(类型学图章)digunakan di dalam penelitian ini, sehinga dihasilkan Toponimi Kota Bandung berdasar pola penamaan yang mengacu kepada konsep tata Kota传统(Mancapat /pola sirkular) yang in line dengan makna kesejarahannya, dengan bingkai waktu antara 1810-2000。halini berbeda dari pola atau konsep yang selama ini digunakan para peneliti yang pada umumnya mengacu kepada现象是一个社会文化(pola线性)。Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan khazanah yang baru di dalam mengungkapkan asal-usul tempat, yakni analysishistoris yang dibantu konsep planologi (tata kota) traditional di java (Mancapat) atau类型学库。Maka, para peneliti toponimi bisa mengadopsinya untuk kota-kota传统骑士人(内陆州)lainnya di Nusantara。